Liga Paling Sadis

Tidak ada pekerjaan yang benar-benar 'aman' dari pemecatan atau pemutusan hubungan kerja, termasuk pelatih tim sepak bola. Pelatih, sebut saja singkatnya, memiliki masa bakti yang tidak menentu dalam menukangi sebuah klub/tim. Tidak banyak kasus seperti Alex Ferguson dan Arsene Wenger yang membangun rezim dalam dua digit tahun. Pemecatan pelatih adalah hal yang bisa dianggap lmrah dalam bisnis sepak bola. Bahkan nama besar seperti Carlo Ancelotti, Marceloa Lippi, Jose Mourinho, Louis van Gaal, hingga paling gres Claudio Ranieri pernah merasakan tersungkur karirnya lantaran diberhentikan oleh manajemen Real Madrid, Inter Milan, Chelsea, Manchester United, dan Leicester City. Belakangan pula tahta Wenger di Arsenal nyaris dimakzulkan setelah gagal melanjutkan tradisi 4 besar di Liga Inggris. Tapi, yang patut dicermati adalah pemecatan mereka terjadi tidak berdasarkan hasil pertandingan di kompetisi saat musi belum genap 10 pekan.

Liga Indonesia, dengan tajuk tergresnya 'Liga 1' patut disebut sebagai kompetisi paling sadis bagi pihak pelatih. Bagaimana tidak, sudah beberapa nama tumbang dari kursi kepelatihannya. Timo Scheuman harus lengser setelah rentetan kekalahan yang dialami Persiba ketika kompetisi baru berusia tidak lebih dari jumlah jari satu tangan. Disusul kemudian pelatih Bali United dengan alasan yang hampir mirip. Bahkan yang baru kemarin sore, sosok Djajang Nurjaman pun mengundurkan diri dari Persib walau belum ada hitam di atas putih. Jika Timo memang nir-kemenangan dan Hans hanya membawa Bali United ke papan tengah turnamen ISC musim lalu, maka Djajang adalah kasus aneh mengingat tahun 2014 lalu dia mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia kepada Persib setelah puasa nyaris 2 dekade. Sebetulnya sebelum genderang musim ini ditabuh, sudah ada korbang bergelimangan, yaitu Widodo C. Putro yang dianggap kurang meyakinkan oleh Sriwijaya FC pada setahun sebelumnya dan Alfredo Vera yang lisensinya dianggap kurang greget oleh Persipura.

Siapa korban berikutnya, ternyata cukup banyak calon 'mantan pelatih' yang tengah dirundung kegelisahan. Stefano Teco Cugurra di Persija nyaris saja dieliminasi kalau saja tidak terjadi kemenangan di luar dugaan atas Arema. Klub yang disebut terakhir pun si pelatihnya, Aji Santoso, mulai dipertanyakan kelayakannya walau sudah meyumbang trofi turnamen Piala Presiden. Dua raksasa lainnya yang selalu jadi rival, Sriwijaya FC dan Persipura ternyata 'kompak' di ambang pergantian pelatih. Masing-masing mulai menyelasi keputusan mendepak pelatih lama di hulu musim ini. Osvaldo Lessa ternyata menjadi spesialis imbang dan juga kekalahan menyebabkan Sriwijaya FC terperosok di papan bawah. Widodo yang didepak justru kini bersinar dengan aura kebangkitan Bali United. Nasib Persipura mungkin tidak serawan Sriwijaya FC, tapi kursi Listiadi terlanjur 'panas'. Penyebabnya sederhana, dia menggantikan Vera yang sukses menggondol trofi ISC musim lalu. Listiadi dianggap kurang spartan dalam meracik semangat anak asuhnya. Masih ada pula Hanafing selaku juru latih Gresik United yang juga gersang kemenangan.

Apakah dari nama-nama tadi bakal ada yang mengantungi status 'mantan pelatih', ataukah justru pelatih yang saat ini ada di 'zona aman' justru mendadak tersangkut prahara hehee. Sekedar info, sampai dengan pekan 9/10 ini, jarak antara peringkat 1 s.d. 15 masih sangat 'mepet', satu kemenangan oleh sebuah klub bakal mengacaukan konstalasi klub-klub lainnya.


No Response to "Liga Paling Sadis"