Filosofi Kelapa [1]

Kelapa identik dengan Pramuka bukan tanpa alasan. Kelapa merupakan flora yang mampu 'dieksploitasi' manfaatnya dalam knteks positif secara maksimal. Hampir seluruh organnya bisa bernilai manfaat, khususnya secara ekonomi. Batangnya bisa menjadi kayu yang dipakai industri mebel. Daunnya banyak diburu menjelang lebaran sebagai bungkus ketupat yang sebetulnya sudah jadi hal yang biasa bagi penjaja sate padang ataupun ketoprak, plus menjadi aksesori penanda lokasi resepsi pernikahan. Buahnya saat muda sangat segara sebagai es kelapa muda. Agak tua sedikit, buahnya menjadi bahan baku santan sekaligus minyak kelapa. Dua jenis kulit buahnya pun bisa dimanfaatkan. Kulit berupa sabut bisa menjadi sapu sedangkan kulit versi cangkak bisa jadi perangkat dapur. Barangkali akar kelapa yang masih belum saya ketahui manfaatnya. Saya sendiri belum menjumpai tanaman yang segokil kelapa dalam menghasilkan manfaat.

Begitulah filosofi hidup ala kelapa. Bermanfaat semaksimal mungkin, apapun konteks aktivitas yang kita lakukan haruslah menjadi umber manfaat bagi sekitar. Selaku akademisi, kita punya visi untuk mencerdaskan lewat proses pendidikan yang mengedepankan kualitas. Pendidikan dalam wujud emngajar di sesi perkuliahan tidak sekedar mengisi 'check list', kita perlu mempergunakan sesi tersebut sebagai kesempatan untuk menyebarkan manfaat. Bagaimana menyebarkan manfaat seharusnya/ Sulut menjawabnya secara eksak, namun sebagai gambaran proses pengajaran perlu berorientasi pada tiga hal, [1] gaya ajar yang nyaman oleh pengajar, [2] karakteristik peserta ajar, dan [3] kebutuhan prodi dan tren industri. Jika salah satunya tidak diperhatikan maka manfaat yang dihasilkan bisa berkurang. Misalnya saja dengan mengabaikan karakteristik peserta ajar yang ngantuk setelah sholat Jumat bisa menyebabkan sesi 150 menit dilalui tanpa ada ilmu yang bisa dicerna peserta didik. Sebagai praktisi industri TI, kita juga perlu menyadari bahwa kita punya potensi untuk menyebar manfaat lewat pengetahuan kita yang diperoleh dari berbagai pengalaman di akademik maupun praktisi lainnya. Eksplorasi kesempatan itu.

Menyebar manfaat memang tidak selalu berbanding lurus dengan apresiasi materi yang kita peroleh. Tidak masalah, ada kalanya kita perlu meng-infak-an pengetahuan kita tanpa memedulikan umpan balik materi.

No Response to "Filosofi Kelapa [1]"