Bhayangkara FC, Momen Kembalinya Persebaya kah?

Nama BSU  sebagai singkatan dari Bhayangkara Surabaya United ternyata tidak berumur panjang. Persis memasuki pekan ke-18, mereka berganti kulit menjadi Bhayangkara FC. Alasan mereka cukup diplomatis, yaitu tidak ingin kepolisian diidentikkan dengan kedaerahan tertentu, dalam hal ini Surabaya, walau kandangmereka ada di Sidoarjo. Namun di balik alasan diplomatis ini, sebetulnha terselubung makna bahwa langkah ini secara otomatis mempersilakan Persebaya, terlepas dari legalitasnya di mata operator kompetisi, sebagai satu-satunya klub dengan akar kota pahlawan sebagai pewaris sejarah Bajul Ijo.

Persebaya di awal dekade 2010-an terseret kasus dualisme klub beserta 3 klub terkemuka lainnya, yaitu Arema, Persija, dan PSMS. Masing-masing tamat dualismenya dengan cara yang berbeda. Persija dan Arema yang sekarang selain "terbukti" secara hukum lewat pengadilan, juga "beruntung" karena bercokol di kompetisi ISL, bukan IPL. Awan mendung terus menyelimuti duo hijau PSMS dan Persebaya. Kasus Persebaya terbilang panjang karena tim Persebaya yang secara manajemen kuat (dan sempat menghuni Divisi Utama LI, kerap disebut Persebaya DU) ternyata bukan Persebaya yang disokong dengan kuat oleh suporter Bonek (dan berlaga di IPL dengan nama Persebaya 1927). Alhasil si Persebaya dengan manajemen kuat ini pun gersang dukungan masyarakat dan lebih jauh lagi gagal memenangkan pengadilan sehingga wajib menghapus nama Persebaya yang sudah digunakannya. Saat mereka berkutat di sejumlah turnamen pada periode pembekuan PSSI, mereka sempat menyandang nama Bonek FC lalu berganti kulit  sebagai Surabaya United.

Nama terakhir inilah kemudian bersedia merger dengan PS Polri lalu menelurkan Bhayangkara Surabaya United. Nuansa Persebaya sebetulnya masih kental dengan jersey warna hijau untuk kandang dan putih untuk tandang. Pun dengan logo yang mencantumkan tugu kota pahlawan beserta simbol buaya dan hiu. Bahkan ketiganya ditmpilkan dalam ukuran besar pada jersey bagian samping. Hanya saja, patut diakui bahwa ketidakadaan nama Persebaya terlalu besar dampaknya. Bahkan dukungan Bonek pun merosot. Di lain sisi, suporter yang kerap hadir malahan dari kalangan polisi, khususnya daerah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.


Sumber bola.net


Seiring diakuisisinya saham secara penuh oleh koperasi milik Polri, maka dominasi Kepolisian atas klub ini pun nyaris lengkap. Semakin paripurna setelah pergantian nama ini diikuti perubahan warna kostu kuning dan hijau muda pada kandang serta hilangnya tiga simbol kota pahlawan dari logo klub ini. Yang menarik, proses revolusi ini persis di saat para Bonek semakin kencang menyuarakan kembalinya Persebaya ke kancah sepakbola Indonesia. Jangankan TSC, kompetisi ISC B pun mereka alfa. Praktis kiprah terakhir mereka adalah turnamen Piala Kemerdekaan. Sesudah itu, nasib mereka terkatung-katung.

Sebuah kebetulan yang tentu menarik. Apakah revolusi di BSU terkait semakin meletupnya kemungkinan Persebaya kembali ke percaturan sepak bola Indonesia. Yang pasti, manajemen Bhayangkara FC menyatakan dukungan mereka kepada Persebaya untuk segera bangkit. Hanya saja, saya berharap tidak ada politik bawah meja di balik ini semua. Misalnya "penyerahan tiket" untuk berlaga di kasta tertinggi sepak bola Indonesia dari Bhayangkara ke Persebaya. Persebaya harus berupaya keras menembus belantara Divisi Utama atau ISCB secara sportif sebagaimana tahun 2009 lalu.

No Response to "Bhayangkara FC, Momen Kembalinya Persebaya kah?"