Menabung Kafan

Ulasan menarik tentang perihal mawaris di masjid Kemkominfo tempo hari memberi saya sebuah pemahaman baru tentang menyambut kematian. Pemahaman ini berakar dari pesan pembicara pada ulasan tersebut, yaitu Ust. Ahmad Sarwat, tentang menyiapkan kematian. Menyiapkan kematian tidak melulu identik dengan berhitung pembagian warisan. Ada pula hal yang patut dipersiakan dalam menuju kematian. Persiapan pertama tentunya dari sisi bekal amalan. Persiapan kedua adalah menabung untuk biaya operasional pemakaman

Lho bukannya meninggal ya meninggal, mengapa harus berpikir pusing bagaimana pembiayaan pemakaman kita nantinya? Alasannya sederhana. Biaya mengelola proses pemakaman di era saat ini tidaklah mudah. Kaitannya dengan kain kafan beserta atributnya itu dari Pak Ust. A. Sarwat jika di Jakarta bisa mencapai setengah juta. Belum lagi keperluan penggalian makam dll (apalagi jika ingin dimakamkan di tempat yang eksklusif), ternyata bisa mencapai 3-4 juta. Biaya itu tidak mutlak karena di daerah lain sangat mungkin berbeda-beda. Namun, sebagai gambaran saja, biaya 3-4 juta itu sudah setara gaji satu bulan versi UMP DKI Jakarta. Biaya ini memang relatif murah atau malah relatif mahal tergantung yang meninggal. Saya menilai bahwa bukan perkara mahal atau murahnya, melainkan bagaimana kita menabung agar biaya tersebut tidak memberatkan keluarga kita tatkala kita meninggal dunia.

Menabung ini juga mendorong kita ingat selalu akan kematian. Seperti halnya, kita terbayang suasana haji saat menabung untuk haji, maka kita pun akan terbayang akan kematian tatkala tiap bulannya kita menyisihkan uang untuk tabungan "spesial" satu ini. Bisa jadi tatkala tabungan itu sudah cukup untuk membeli kafan, langsung belikanlah kafan tersebut lalu secara rutin kita tatap renungi kafan itu tiap hari. Strategi yang menjadi peringat rutin bagi kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Strategi yang mendorong kita waspada dalam memanfaatkan waktu tersisa yang tidak kita tahu seberapa lama :)

Review Civil War

Kece, singkat kata itu saya gugamkan pasca-menyaksikan film Captain America: Civil War. Film yang dibesut sebagai pola konflik antar-hero ini mampu menyuguhkan duel yang "halus". Halus di sini bukan dari sisi fisik, melainkan gradasi terjadinya perpecahan. Tidak serta merta satu isu yang kemudian menjadi ajang perdebatan, namun rentetan cara berpikir yang rumit. Dan hebatnya lagi akan ada isu hebat yang menyebabkan "baper" (iya "bawa perasaan") pada salah seorang karakter sebagai puncak dari pertarungan di film ini.

Ada beberapa pelajaran yang menarik dari film. Kenapa saya sebut menarik? Karena tidak semua skenario film mau mengubar hal-hal demikian:

- Perhatikan baik-baik kalimat yang diucapkan seseorang. Kelak di salah satu bagian, kita akan mendapati sosok yang membelot dari koalisinya namun alasannya sangat sederhana, yaitu dirinya hanya bersedia membantu untuk "menemukan", bukan "menangkap"

- Kaderisasi itu perlu. Entah karena kurang pede dengan koalisi yang dimilikinya atau bagaimana, namun Tony Stark secara langsung "melamar" Peter Parker alias Spiderman (yang masih muda) untuk bergabung di barisannya. Berbagai kisah banyol di film ini pun mulai ramai sejak proses rekrutmen hingga pertarungan yang melibatkan si Spiderman

- Jangan ragu minta maaf. Ada sebuah adegan di film ini yang mempertemukan sosok Falcon sebagai pihak yang tidak bersalah, namun berkontribusi pada kecelakaan Rhodes di pihak Iron Man. Falcon segera mendatangi Iron Man yang sedang mengevakuasi si Rhodes dan segera menyampaikan permintaan maafnya. Ya walaupun balasan dari Tony sangat dingin (dan juga panas)

- Berpikirlah dengan matang dalam mengambil keputusan. Awal dari perpecahan diantara kubu Iron Man vs Captain America sebetulnya adalah sebuah kebijakan yang mendorong para superhero untuk mengambil sikap, setuju ataukah tidak (walau sebetulnya cenderung formalitas). Sebagian superhero segera tanda tangan, sebagian berpikir lama lalu tanda tangan, hingga ada pula yang tidak tanda tangan sama sekali. Kekompakan mereka diuji karena sikap yang mereka ambil ini nantinya akan dinilai secara kolektif organisasi, yaitu Avenger, bukan per individu ataupun fraksi. Di sini pelajaran berharga mengenai cara lobi, berargumen, sampai dengan berkompromi terhadap berbagai risiko yang mungkin terjadi. Ketiadaan sosok pemimpin tunggal, yang sebelumnya dipegang oleh Fury, dapat disebut sebagai pemulus terjadinya konflik. Pelajaran bahwa sosok pemimpin tunggal perlu dimiliki di dalam sebuah organisasi.

- Loyalitas vs kepercayaan. Bayangkan kita menjadi Falcon yang loyal pada Steve Rodger (Captain America) namun harus mendapati kenyataan bahwa sosok Steve sendiri tidak punya bukti bahwa Bucky (Winter Soldier) tidak bersalah atas insiden bom di Vienna. Bayangkan pula ketika dua sosok tersebut berhasil lolos dari kejaran Iron Man ke sebuah lokasi di Eropa Timur, namun Iron Man membujuk Falcon untuk "membocorkan" lokasi mereka dengan tawaran si Iron Man akan membantu menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi.

Yang paling menarik sejak saya melihat poster film ini adalah tagline "United We Stand, Divided We Fall". Kenapa? JIka terjemahkan ke Bahasa Indonesia, kurang lebih artinya "Bersatu Kita Tegak, Bercerai Kita Runtuh". Lhaaa? Mirip banget dengan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, "Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh". Jrengg...

MTI Strikes Back

Icon Baru ala Google

Ada yang baru dari suguhan update alias pemutakhiran versi di Google Play, yaitu benuk icon sejumlah apps yang merupakan "kader" dari Google. Apps macam Google Music, Google Play TV and Movie, memajang icon berbentuk segitiga sebagai dan latar belakang serta icon tematik bebas sebagai latar belakang. Bentuk latar belakang setitiga yang relatif lebih besar plus menjadi kesamaan dengan apps serumpun lainnya menjadikan bentuk segitiga ini menempati status sebagai bentuk dasar icon. Bentuk segitiganya pun asimetis secara sumbu vertikal dengan wujud menyerupai icon "play" pada perangkat musik. Jelas hak Google menentukan akan berbentuk apa icon mereka, namun pemilihan segitiga jelas bukan hal yang lazim.
Kenapa benuk segitiga tidak lazim? Karena bentuk icon apps didominasi oleh dua bentuk utama, yaitu lingkaran dan persegi. Memang persegi yang dijumpai banyak bersudut tumpul, tapi pangkal bentuk dasarnya  masih beraroma persegi. Memang ada pula yang menyisipkan aksen sesuai brand-nya, tapi ternyata bentuk yang dihasilkan masih menyerap aroma persegi ataupun lingkaran. Lihat saja icon BBM, Blogger, Traveloka, Tokopedia, dll. Mereka masih dapat dikategorikan persegi. Begitu pula CCcleaner, WhatsApp, Path, yang masih satu "mazhab" lingkaran. Model icon di luar kedua bentuk itu sangat jarang, misalnya Dropbox.


Menarik untuk menyimak apakah inisiasi Google ini direspon positif atau tidak. Jika bisa diterima oleh pengguna AppStore, apakah bentuk segitiga akan diadopsi pula oleh aplikasi-aplikasi lain di luar "Koalisi Google Hebat". Saya pribadi suka dengan bentuk segitiga asimetris ini. Selain karena asimetris, bentuk ini merepresentasikan "play" alias kedinamisan. Namun bentuk ini memiliki kelirangan berupa ruang yang lebih sempit untuk mencantumkan berbagai aksesori akses dibandingkan lingkaran atau persegi. 

Welldone Lab Sessions Done

Tuntas sudah kerja lab sebagaian sebagian "jobdesc" sebagai asdos mata kukiah e-business. Tidak berarti amanat tinggal 50%, sulit mengonversi porsi ke dalam angka tertentu. Kerja lab sendiri merupakan "praktikum" sederhana yang dilalui tiap peserta kuliah dengan cara menerapkan serangkaian proses bisnis di salam ekosistem Enterprise Resource Planning. Bagi mahasiswa S2, praktikum merupakan hal teknis yang bisa jadi membosankan karena mekanisme pengerjaan yang cenderung kaku harus sesuai skenario uji yang ditetapkan. Tantangan yang musti bisa "diakali" dengan cerdik :)

Secara pribadi, saya lebih menekankan esensi praktikum ERP ini lebih ke arah kerangka kerja sebuah organisasi pemasok mengomputerisasi proses bisnisnya. Proses komputerisasi ini ditata melalui rangkaian aksi yang "sangat prosedural". Kesan birokratif memang kental karena SAP, sebagai aplikasi ERP di praktikum ini, ini ditujukan untuk membatasi gerak penggunanya agar jujur dalam menjalankan proses pencatatan transaksi. SAP juga memiliki tampilan yang kurang kekinian, maka wajar jika ada kagok tatkala menggunakannya.



Terima kasih atas bantuan dan dukungan dari Pak Yudho, Made, bapak/ibu sekre MTI, rekan-rekan ebusiness 2014F.

Berkompromi tentang Penantian

Menanti, sebuah kata kerja kerja yang bersinonim dengan menunggu
Menanti berkata dasar "nanti" yang kebetulan menandakan sebuah masa depan. Namun tidak berarti saat "nanti" itu tiba maka apa yang menjadi objek untuk ditunggu itu terealisasi. Bahkan "nanti" adalah periode waktu yang tidak jelas durasinya. Anggap saja sebagai cara menghibur diri terhadap ketidakpastian

Menanti, sebuah aktivitas yang sulit didefinisikan tingkat produktivitasnya. Bisa saja dalam masa penantian itu kita mengisinya dengan berbagai rintik keringat atau malah tetes air liur kuas kantuk. Tatkala dalam mas penantian itu, berbagai torehan produktif bisa ditelurkan melalui aktivitas pengalih perhatian tentu timbul pertanyaan retoris, "ternyata yang ditunggu tidak lebih berkualitas dengan aktivitas pengalih perhatian". Tapi jika diisi dengan aktivitas pengalih yang kurang produktif tentu tidak baik pula. Anggap saja menanti sebagai aktivitas menguji ketahanan diri dalam memahami tujuan, bukan memahamin keinginan.

Menanti, ya menanti bukan berarti tak punya harga diri
Menanti, tak bermakna hanya terdiam diri
Menanti, tak bernyali untuk memaksakan diri
Menanti, takkan tersinonim dengan memamen prestasi

Menanti
Bunga dari gersangnya daya pandang tapi hebat dalam berprasangka
Investasi dalam mereklamasi cara mendekati mimpi

Menanti
Bentuk kompromi terhadap diri sendiri
Berupa negosiasi atas komitmen pribadi ataukah ambisi

Sudden Death La Liga

La Liga semakin memanas menjelang 3 laga terakhir di musim ini. Tiga gacoan terdepan kini berpacu dimana sebiji gol akan menjadi penentu siapa yang bernafas lega di akhir musim nanti lantaran mengarak trofi. Tiga gacoan itu kebetulan merupakan trio kolektor terbanyak gelar juara plus tiga klub yang secara beruntun menguasai 11 musim terakhir. Mereka adalah perwakilan provinsi Catalan: FC Barcelona serta duo ibu kota: Real Madrid dan Atletico Madrid.

Selisih poin mereka sangat "kompor gas", yaitu 1 poin. Barca dan Atletico kesesakan di peringkat pertama (dan kedua), sedangkan Madrid menguntit di ranking 3. Barca dan Atletico walau berpoin sama, namun Barca berhak unggul lantaran head-to-head atas Atletico di dua laga yang identik 2-1. Sisa 3 laga jelas menjadi total 270 menit yang "horor" bagi ke-75 pemain inti ketiga klub tersebut.
Barcelona jelas di atas angin karena mereka unggul head-to-head atas Atletico dan unggul 1 poin atas Real Madrid serta fokus mereka saat ini hanyalah untuk La Liga. Berbeda dengan duo kota Madrid yang musti meladeni Manchester City dan Bayern Müenchen di Liga Champion. Nah, coba kita cek siapa saja lawan masing-masing klub tersebut.

Barca secara beruntun musti meladeni Real Betis (T), Espanyol (K), dan Granada (T). Di paruh pertama hanya Espanyol yang sukses memaksa Barca kehilangan dua poin lantaran imbang 0-0, hanya saja Espanyol sedang dilanda labil belakangan ini. Betis dan Granada malah dicukur 0-4 oleh Barca. Bagaimana dengan Atletico? Mereka musti berpapasan dengan Rayo Vallecano (T), Levante (K), dan Celta Vigo (T). Ketiga sukses disisihkan pada paruh pertama. Pertanda akan mulus? Bisa saja. Lantas Real Madrid boleh jadi sedikit waswas karena bakal menyapa Real Sociedad (K), Valencia (T), dan Deportivo La Caruna (K). Laga pertama praktis hanya Valencia yang merepotkan dengan hasil imbang. Namun Sociedad yang dari musim ke musim "rajin" mengirim "teror" ke Barcelona justru bakal didoakan Barca agar menularkan teror tersebut juga ke Madrid. Sembilan klub yang kebetulan berbeda bakal menjadi halang rintang ketiga klub menuju singgasana. Segala kemungkinan masih terjadi. Termasuk jika Barcelona dan Atletico hanya meraup 2 hasil seri sedangkan Madrid hanya bisa mengais 1 kemenangan. Situasi yang menandakan ketiga klub mendulang poin sama, dalam kasus ini Barcelona memenangi head-to-head juga atas Madrid. Tapi juara dengan cara itu terlalu mencekam bagi Barca.

Well, ketiga kuda pacu ini bakal mengalami "sudden death". Satu hasil imbang bakal menamatkan nasibnya, kecuali dua klub lainnya mendadak pula kalah. Kegagalan berupa mengonversi peluang menjadi gol bakal menjadi beban moral yang hebat, apalagi kebobolan. Selamat berpacu dalam La Liga
Sumber foto: gettyimages

Senyum Terkantuk Pagi ini

^^ Airaqiqah

Alhamdulillah sesuatu yang bersifat sunnah ini bisa terlaksana dengan izin-Nya melalui berbagai bantuan, dari keluarga, bu kontrakan, tetangga, dan juga istri plus putriku

Potret Pagi ini: Bebenah Sungai

Selamat Datang PS TNI dan BSU

Melewati Stadion Persib kemarin, saya menemukan sebuah showcase yang memajang jersey PS TNI. Yang terbayang di benak saya adalah sebuah klub yang awalnya hanya berperan sebagai "tuan rumah" Sudiman Cup yang diadakan oleh Tentara Nasional Indonesia. Klub ini lantaran mencuat dengan kemampuannya bersaing dengan sejumlah klub tenar membuat mereka dihembusi isu akan berpartisipasi di kancah kompetisi resmi Liga Indonesia, dalam hal ini Indonesia Soccer Competition. Isu yang sempat ditampik halus ini ternyata semakin kencang menjadi kenyataan setelah konfirmasi resmi (walau malu-malu) dimana mereka akan mengakuisisi (cmiiw) Persiram Raja Ampat. Alhasil mereka nantinya akan menjadi wakil resmi sebuah instansi penyelenggara negara di sebuah kompetisi resmi sejak era ISL tahun 2008. Apalagi, isu nama yang digusung adalah PS TNI, bukan Persiram Raja Ampat.

Pertanyaan yang menarik, "Apakah berarti nama Persiram berganti menjadi PS TNI? Ataukah Persiram dinyatakan bubar? Kemudian, apakah PS TNI akan bermarkas di Raja Ampat?" Barangkali hanya pertanyaan terakhir yang paling menarik bagi kita. Jika mereka tidak lagi bermarkas di Raja Ampat, maka berarkhir sudah "tiket" wisata para pesepak bola ke objek kece di Raja Ampat, hehee. Namun, PS TNI tidak perlu khawatir kehabisan stok suporter. Jika klub bernama Pelita Jaya kesulitan menggaet suporter loyal lantaran mereka kerap bermusafir, tidak demikian dengan PS TNI. Klub satu ini sudah pasti bakal mudah memperoleh suporter dalam jumlah "keroyokan" karena TNI merupakan salah satu organisasi terbesar dan terluas jangkauannya di Indonesia. PS TNI tidak perlu pusing menjual tiket karena stok suporter mereka bakal melimpah. Sebagai analogi, di dunia kepramukaan Indonesia terdapat Saka Wira Kartika yang merupakan "kejuruan" Pramuka Penegak/Pandega di bidang bela negara hasil. Saka Wira Kartika tumbuh pesat dan cepat lantaran mereka dibina dan dikader oleh TNI dan kita tahu, sepanjang ada bendera Merah Putih, maka di situ ada TNI.

Seolah tidak mau kalah dari TNI yang menggelar Sudirman Cup, Kepolisian RI pun menghelat Bhayangkara Cup dimana mereka mengundang 4 mantan juara ISL, 2 juara turnamen, 2 klub milik instansi penyelenggara negara, dan 2 klub undangan. Klub milik instansi penyelenggara negara tersebut salah satunya adalah PS TNI, sedangkan tim satunya lagi adalah PS Polri. Ya, PS Polri menjadi kekuatan baru yang mewarnai blantika sepak bola tanah air. Tak sekedar numpang lewat di kompetisi yang dituanrumahi mereka sendiri, PS Polri ternyata menyimpan cita-cita ikut berlaga di kancah profesional. Jika PS TNI mengakuisisi Persiram Raja Ampat, maka PS Polri memilih merger dengan Surabaya United. Keduanya sepakat menggusung nama Bhayangkara Surabaya United (BSU). Ini adalah klub yang jika ditarik sejarah merupakan perpanjangan usia dari Persebaya Surabaya, klub legendaris kolektor 2 gelar juara Liga Indonesia tahun 1997 dan 2004 dengan basis massa suporter fanatik bernama bonek. Namun, catat pula bahwa realitasnya masih ada klub berama Persebaya yang dulunya adalah pecahan kongsi berlabel Persebaya 1927, klub ini eksis juga ternyata.

Dengan demikian, BSU punya PR besar berupa membuktikan bahwa BSU merupakan klub yang patut didukung oleh Bonek karena mereka adalah "kelanjutan" dari Persebaya. PR besar yang sangat sulit mengingat nama Persebaya sudah terlanjur melekat di benak Bonek dan juga stakeholder sepak bola Indonesia. Jangan sampai mereka bernasib seperti Pelita Bandung Raya yang kurang bisa membuktikan bahwa mereka adalah "warisan" dari Bandung Raya, klub legendaris di era Galatama dan Liga Indonesia. Mereka perlu meniru Pusamania Borneo FC yang walau dari sisi historis bukanlah kelanjutan dari Persisam Putra Samarinda (yang justru menjadi Bali United Pusam), melainkan Perseba Bangkalan, namun mampu "mengakuisisi" para suporter Persisam.

Merger and acquisition sebetulnya dua hal yang berbeda dari sisi proses bisnis pada konteks industri dan korporasi. Hanya saja, keduanya kerap membingungkan, termasuk dalam konteks sepak bola Indonesia. Apa yang terjadi pada Perseba Bangkalan ketika dibeli para suporter Pusamania adalah contoh akuisisi (acquisition), sedangkan penggabungan (merger) dapat dicontohkan pada bersatunya Pelita Jaya Karawang dengan Bandung Raya membentuk Pelita Bandung Raya.

Fenomena klub yang punya ikatan identitas dengan instansi penyelenggara negara sebetulnya bukan barang baru di industri sepak bola termasuk di Indonesia. Sebelum Liga Indonesia "dipagari" larangan memakai APBN/APBD dan tidak diharuskan di bawah badan hukum, mayoritas klub di Indonesia, yaitu eks-perserikatan, merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah daerah. Persib Bandung dulu adalah milik Pemkot Bandung sebelum akhirnya "diasuh" oleh PT Persib Bandung Bermartabat. Tapi dari era Perserikatan, Galatama, hingga ISL, belum ada satupun yang berstatus didirikan oleh instansi penyelenggara negara yang berskala nasional. Belum ada klub sepak bola profesional yang menginduk pada kementerian tertentu ataupun lembaga tertentu.

Jika berkaca di luar negeri, sebetulnya ada beberapa klub yang memiliki sejarah sebagai klub yang didirikan oleh instansi penyelenggara negara. Untuk contoh sederhana sebut saja duo Bukares asal Rumania, yaitu Dinamo Bucuresti yang didirikan oleh Kepolisian Rumania serta rival abadinya, Steaua Bucuresti yang didirikan oleh Kementerian Dalam Negeri Rumania. Menyeberang ke Moskva, alias Moskow, dimana ibu kota Russia ini sejak era Uni Sovyet sudah memiliki sejumlah klub yang berafiliasi ataupun didirikan oleh lembaga tertentu. Locomotiv Moskva yang notabene didirikan oleh perusahaan kereta api nasional dan dimiliki oleh Kementerian Transportasi, harus berbagi kota dengan CSKA Moskva yang didirikan oleh Kementerian Pertahanan dan Tentara, Dinamo Moskva yang didirikan oleh Kepolisian Rahasia milik negara, serta Spartak Moskva yang didirikan oleh perhimpunan dagang. Dan yang paling dekat dengan negara kita, yaitu Singapura dimana Warrior FC merupakan "perpanjangan tangan" dari Kepolisian Singapura di Liga Singapura.
Satu hal yang perlu diperhatikan bagi PS TNI dan BSU sebelum berlaga di lapangan formal kompetisi ISC nanti, yaitu transparansi dana. Status sebagai "perpanjangan tangan" TNI dan Polri tidak berarti mereka bisa seenaknya menggunakan operasional anggaran dua lembaga tersebut. 

Apalagi, di sebuah stasiun televisi swasta, seorang narasumber menyebutkan bahwa anggaran belanja alutsista TNI-AU sangat sedikit, padahal itu untuk kepentingan pertahanan negara. Sudah selayaknya, PS TNI dan BSU bersikap profesional dalam mengelola dana. Tak hanya itu, idealisme sebagai instansi penyelenggara negara harus dipertahankan dengan ciri khas yang membedakan mereka dengan klub lain di ISC. Apakah mereka harus steril dari WNA? Apakah mereka harus diaudit KPK? Apakah mereka wajib terus memberi hormat pasca-mencetak gol? Saya rasa hal0hal subjektif itu bisa dinegosiasikan di internal mereka.

Selamat datang "muka baru" di kancah strata tertinggi sepak bola Indonesia
Selamat datang PS TNI dan Bhayangkara Surabaya United

Wilujeng Tepang Tahun Kabupaten Bandung

4,5 tahun hidup sebagai mahasiswa IT Telkom sekaligus masyarakat PGA, yang artinya merupakan bagian dari Kabupaten Bandung. Memang di rentang itu KTP masih terbitan Kab. Tegal. Tatkala lulus pun masih berkali-kali singgah dan menginap di wilayah Kab. Bandung ini. Bahkan tatkala bersama istri hijrah ke Kota Bandung, kami kerap menyisir tepi Kab. Bandung.

Dari sisi popularitas, siKabupaten memang tertinggal jauh dari si Kota. Tak ayal mayoritas mahasiswa Telkom University lebih kenal wali kota Bandung daripada bupati Bandung. Barangkali kasus banjir tahunan yang membuat wartawan sudi ke wilayah Kab. Bandung. Padahal Kab. Bandung memiliki kontribusi besar sebagai wilayah kab/kota terbesar di Jawa Barat. Sektor agraria masih jadi andalan kabupaten yang memekarkan Kota Cimahi pada 2001 dan Kab. Bandung Barat pada 2007.

Ke depannya, Kab. Bandung akan terus fokus pada pembangunan di sektor pendidikan. Di sektor inilah sepatutnya kolaborasi dengan Telkom University lebih "mesrah" dimana riset-riset yang ada di kampus diselaraskan dengan problematika di Kab. Bandung.

ISC yang (tidak) di Pinggir Gerbang

Berbagai turnamen yang menyedot atensi bisa dibilang cukup melelahkan bagi persepakbolaan Indonesia. Peegantian pemain, pelatih, hingga perombakan manajemen sangat menguras tenaga mereka yang berlaga. Kini, setelah menunggak selama setahun lebih, PT Liga Indonesia akan menghelat Indonesia Soccer Championship sebagai nama kompetisi suksesor Liga Indonesia.

Kick off sudah disusun berupa laga penghujung April antara Persipura vs Persija. Laga yang tidak berarti aman bagi seluruh koub mengingat audit akan tetap dihentak kepada mereka. Terus terang, saya tidak akan kaget bila akan ada klub yang angkat bendera putih di tengah kompetisi. Faktor finansial menjadi isu yang "di-skip" begitu saja mengingat tekanan menggelar kompetisi resmi sudah terlanjur merebak. Padahal, (kalau tidak salah) hanya Persipura dan Semen Padang yang mencatatkan keuangan surplus di akhir musim ISL 2014 lalu, sisanya minus. Belum lagi kasus penunggakan pemain yang menjadi tradisi mayoritas klub ISL. Tentu hingar bingar skandal Sriwijaya FC di akhir 2013 ataupun "mogok"-nya Bambang Pamungkas di Persija menjadi titik yang kelam bagi Indonesia, termasuk kasus meninggalnya pemain asing di Persis Solo lantaran gaji yang ditunggak membuatnya tidak bisa membeli obat.

Regulasi yang menarik untuk ditunggu kenyataannya adalah "bayang-bayang" pengurangan poin jika sebuah klub menunggak gaji si pemain. Semoga tidak ada cerita klasmen ISC nanti dipenuhi bintang-bintang berupa tanda klub-klub tertentu dipangkas poinnya karena menabrak regulasi ini.
ISC ini memiliki makna khusus bagi Timnas karena dari sinilah bakat-bakat terbaik bakal diasah menuju AFF 2016, tentunya jika sanksi FIFA dicabut dan Kemenpora menghentikan "sikap kulkas" yang sangat absurd itu. Turnamen-turnamen lalu telah memunculkan nama-nama segar yang patut dipantau sepak terjangnya saat ISC nanti, misalnya Rudolf Yanto Basna, Ichsan Kurniawan, Gian Zola, Rizky Pellu, Bayu Gatra, hingga Tereins Puhuri.

Nama kompetisi baru, sponsor kompetisi baru, nah ternyata ada beberapa nama klub juga ada yang baru. Mereka adalah Madura United (d/h Persipasi Bandung Raya), Bhayangkara Surabaya United (d/h Persebaya), dan PS TNI (Persiram Raja Ampat).

Rima-Rima Sederhana: Penghuni Baru

Satu yang baru
Tak sekedar dafang kunjung atau bertamu
Namun juga menaungi esokku semangatku
Rona meruah senyummu damai syahdu

Satu yang memacu
Gempitaku awali hari hingga berganti rupa
Dimana damai sekedar menghampiri
Namun juga meliputi

Isak beliau damai tanpa daya selain renjana
Selalu termaktub dalam sajakku tentangmu
Hingga kusebut dalam tengadahan doa

Wajah Berseri

Kreatifa Himaira Nararya Gandhifa

Treble? Mungkin München dan Shaktar

UEFA Champions League (UCL) dan European League (EL) telah meninaikan babak 8-besar. Artinya masing-masing menyisakan 4 klub yang masih menanggung asa mereguk trofi di akhir musim. La Liga terdepan sebagai kontributor dengan 2 klub di UCL dan 2 klub di EL, yaitu Atletico Madrid, Real Madrid, Sevilla, dan Villareal. Mereka disusul Liga Inggris dengan masing-masing 1 klub di kedua turnamen, yaktu Manchester City dan Liverpool. Satu slot di UCL dihuni Bayern München dari Bundesliga dan Shaktar Donekts dari Liga Ukraina.

Menariknya dua klub terakhir inilah menjadi satu-satunya semifinalis yang masih menyimpan asa menggelar "tasyakuran treble winner" di akhir musim. Müenchen yang berjarak 7 poin atas Dortmund di Bundesliga juga lolos ke semifinal DFB Pokal (Piala Jerman). Situasi agak mirip dialami Shaktar yang walau masih bersaing sengit di Liga Ukraina namun sukses lolos ke semifinal Piala Ukraina. Lebih menarik lagi karena keduanya di babak 8-besar lalu menyingkirkan tim lain yang (sempat) berpeluang mereguk treble dari kompetisi yang sama, yaitu Benfica dan Sporting Braga dari Liga Portugal.

Bagaimana peluang kedua tim untuk merealisasikan target treble dari sisi UCL dan EL?
Müenchen barangkali diuntungkan dengan kelolosan Atletico, Madrid,tapi tidak dengan City. Duo Madrid mendadak kembali bernafsu mengudeta Barcelona di La Liga pasca-pemangkasan selisih 10-11 poin menjadi 4-5 poin. City sendiri dalam posisi agak rileks karena sudah "ditepikan" dari perburuan juara Liga Inggris yang tinggal menyisakan Leicester City dan Tottenham Hotspur. City tinggal berpacu dengan Arsenal memperebutkan opsi tiket langsung ke grup UCL musim depan via peringkat 3. Artinya konsentrasi Duo Madrid sedikit terbebani dengan target juara di ranah domestik. City masih mungkin terecoki urusan domestik, tapi kalaupun gagal mereka masih tersangkut di peringkat 4 dimana dengan skuad yang ada seharusnya mereka besar peluangnya untuk lolos.
Tapi jangan lupa bahwa Madrid adalah tim yang 5 musim beruntun lolos ke semifinal UCL, artinya mereka tahu bagaimana caranya mengatur mental untuk berlaga di babak ini. Jangan lupa bahwa saat Madrid menggaet juara UCL dua musim silam mereka membiarkan peluang juara La Liga sebagai "tumbal" dan tim yang disingkirkan di semifinal saat itu adalah Müenchen. Pun dengan Atletico yang memiliki pertahanan ekstrasolid, baik di La Liga maupun UCL. München perlu belajar dari tumbangnya Barca dari duo Madrid ini.

Shaktar? Jujur mereka lebih berat karena baik Liverpool, Villareal, dan Sevilla sudah tidak terlalu berdesak-desakan tiket ke UCL maupun EL musim depan. Liverpool terlalu jauh dari kuota UCL ataupun EL. Villareal sudah hampir pasti mengamankan perigkat 4 di La Liga, tiket kualifikasi UCL musim depan. Sevilla masih mungkin sulit menggeser Bilbao di tiket buncit ke EL musim depan. Artinya ketiga rival ini masih mungkin mengabaikan hasil minor di kompetisi domestik untuk meraih hasil mayor di EL.

Sebagaimana Madrid di UCL, Sevilla pun punya ikatan batin yang "romantis" dengan EL. Sepanjang sejarah, Sevilla sudah meraup 4 trofi UEFA Cup/EL (kolektor terbanyak), dimana dua diantaranya dicaplok dalam dua musim terakhir. Jika mereka berhasil mengukir sejarah 3 gelar juara beruntun dan raupan trofi menjadi 5, plus lolos otomatis ke UCL musim depan. Tergiur? Pasti. Hambatan yang sangat merintangi Shakhtar Donekts.

Gambar: Müenchen saat berupaya melewati hadangan Benfica
Sjmber: Getty Images

BPJS Perlu Perbaikan Model Bisnis

Awal tahun ini BPJS kembali mengapungkan isu yang cukup mengguncang masyarakat lewat kenaikan. Keputusan Presiden menjadi dasar hukum yang melegalkan penambahan biaya yang harus ditanggung tiap peserta per bulannya. Kenaikan yang konon bersumber dari neraca minus sekian miliar (cmiiw) menjelang tutup kalender 2015 lalu. Banyak pohak langsung menyerukan ketidaksepakatan, entah motif yang kurang sanggup, motif sok peduli rakyat, hingga motif yang memang peduli pada rakyat. Masing-masing punya argumen yang menarik, mulai dari kalkulasi finansial BPJS, outcome layanan yang dianggap kurang layak, birokrasi yang berbelit, dll.

Kasus BPJS sangat unik karena BPJS sebetulnya hanya "bagian" dari himpunan besar bernama layanan kesehatan. Kenyataan yang "diasumsikan" masyarakat terhadap eksistensi BPJS adalah "ketok magic" yang ketika seseorang bergabung maka otomatis dapat mereguk layanan kesehatan yang perfeksion. Ada kegamangan terjadi di sini karena masyarakat terlanjur "berbayar" dimana sudah barang umum biaya yang dibayarkan oleh masyakarat kita akan dianggap bulat sebagai "semua pasti beres". Ibaratnya membuka kios membayar uang "keamanan" ke preman tapi menganggap itu sudah "include" biaya kebersihan. Tak heran muncul berbagai keluhan tentang layanan kesehatan yang sebetulkan kurang tepat dialamatkan kepada BPJS.

Usia BPJS masih terlalu belia untuk divonis gagal tidaknya, namun BPJS harus berhadapan dengan kebiasaan "mie instan" yang menjangkiti masyakarat. Tuntutan "ketok magic" sebagaimana diungkapkan sebelumnya diperberat dengan keacuhan masyarakat dan mungkin juga pemerintah mengenai roadmap BPJS. Saya pribadi berharap BPJS tidak "mati muda" sebagai nasib industri dirgantara Indonesia.

Dari berbagai masalah yang ada, barangkali pukulan telak yang bermuara pada neraca minus adalah realitas uang masuk dan uang keluar yang jauh dari perkiraan. Uang masuk kebanyakan dari Kelas III yang didominasi masyarakat ekonomi ke bawah dimana biaya penggunaannya untuk layanan kesehatan relatif sedikit. Justru ekonomi atas yang mendominasi Kelas I berkontribusi relatif sedikit di dalam arus uang masuk. Namun giliran penggunaannya sebagai uang keluar, golongan ini malah mengambil alih neraca pengeluaran dimana kita tahu betapa ekonomi atas penyakitnya (relatif) lebih waah dan biayanya juga bisa lebih waaah. Ketimpangan yang perlu diklarifikasi apakah sudah diperkirakan sebagai risiko ataukah tidak. Ke depannya problema uang masuk dan uang keluar ini perlu diperbaiki. Hal yang paling mudah memang menaikan uang kontribusi bulanan Kelas I, tapi apakah semudah itu solusi tuntas?

Masih terlalu jauh kawan... BPJS perlu memikirkan bagaimana bagaimana mengelola neraca tidak sekedar iuran pengguna kelas I/II/III plus APBN, namun harus ada inovasi dari sisi ekonomi dan bisnis. Pilihan ada tiga, menaikan income dari pengguna, memangkas outcome, ataukah X. X adalah opsi ketika dua alternatif sebelumnya kurang realistis, yaitu berpikir kreatif. Ya, proses bisnis di dalam sistem BPJS dan TENTUNYA LAYANAN KESEHATAN harus diperbaiki dengan kreatif.

Waktunya BPJS mengubah model bisnisnya
Mengelola sistem nasional yang membentang di 17.000 pulau, infrastruktur TIK tidak merata, edukasi mengalami gap lebar, fasilitas kesehatan beragam, kondisi sosial masyarakat SANGAT beragam, dan tentunya UMR yang jauh berbeda antarkota, itu semua sangat tidak mudah. Namun justru di dalam ekosistem yang banyak tidak mudahnya lah pola pikir kreatif akan tumbuh subur (kecuali bahaya laten korupsi lebih subur). Mungkinkan selain cluster berupa kelas I s.d. III, akan ada pula segmentasi layanan lainnya? Harusnya iya, tentunya dengan perbaikan atas pemahaman asas merata ^^

Perbaikan model bisnis perlu kerja keras, karena akan ada banyak perubahan yang mengancam eksistensi beberapa populasi di dalamnya. Pemanfaatan SI/TI bosa menjadi solusi yang patut diacungkan dalam memperbaiki model bisnis BPJS. Pemanfaatan SI/TI juga memungkinkan PHK massal terhadap SDM di dalam layanan kesehatan. Artinya BPJS perlu menyiapkan strategi migrasi massal untuk SDM yang tergantikan oleh SI/TI. SI/TI seperti apa yang sesuai untuk BPJS?
  • Integrasi data kependudukan antara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kepolisian RI, Kementerian Sosial, hingga kementerian lain yang terkait data kependudukan untuk mengefektifkan e-government sesuai kebutuhan BPJS
  • Penjaminan mutu melalui SI customer service macam perusahaan berorientasi kepuasan pelanggan
  • Koordinasi antarfasilitas kesehatan yang berpikir jauh ke depan ( mengacu pada arahan pembanguna  Indonesia di bidang kesehatan dan masterplan kesehatan nasional)
  • Monitoring performa entitas yang terlibat

BPJS harus sadar bahwa kebiasaan masyarakat terkait "mie instan" dan "ketok magic" sulit ditanggulangi. Pilihan BPJS saat ini hanya dua, berlari dan merombak model bisnisnya dimana kedua harus kreatif. 

Dark Knight as Blaugrana

Tumbang 2-0 oleh Atletico menandai pupus harapannya FC Barcelona mengejar rekor doubleXtreble musim ini. Ini juga menandai masa suram Barca di sejak penghujung Maret 2016 lalu. Betapa tidak, pasca kemenangan 6-0 dari getafe, hanya mengais 1 kemenangan berbanding 1 seri dan 3 kekalahan.

Hasil imbang 2-2 melawan Villareal mengawali rentetan hasil buruk di La Liga berupa sepasang kekalahan dari Real Madrid dan Real Sociedad. Kisah jarak 10 poin dari Atletico selaku peringkat 2 di klasmen La Liga pun kini terpangkas 4 poin, jarak yang artinya lampu kuning di 6 pekan sisa. Di Liga Champion nasib naas musti direguk setelah tumbang marjin dua gol dari Atletico menempatkan agregat 2-3 dimana Barca sebagai yang tersingkir. Manisnya 34 kemenangan di semua laga sejak Oktober lalu seolah menguap tak berbekas padahal segala torehan kedahsyatan Barcelona kerap menghiasi media. Betulkan Barcelona kehilangan sentuhannya tak berbekas? Barangkali tidak juga

Masih Berbekas Kisah El Classico
Keok dari rival dimkandang sendiri padahal sempat unggul di laga yang diapresiasikan bagi legendanya. Ah ironi yang menyesakkan dan itu yang memukul telak mental Barcelona. Boleh jadi kisah berbeda bisa tersaji jika malam itu hasilnya imbang atau bahkan Barca yang menang. Namun, apa iya menyalahkan masa lalu?

Masih Terlalu Membekas Skuad Inti
B/tS + (A-P-M-A) + (I+B+R) +(M+S+N)
Pakem yang terlalu kaku untuk dibongkar pasang pelatih. Pola permainan Barcelona tampak susah move on dari kombinasi mereka. Alhasil situasi genting yang terjadi menjadi kualitas anak muda macam Munir el Haddadi, Sergi Roberto, Rafinha, Douglas Costa, hingga Marc Bartra canggung dan malah kurang dipercaya sebagai super-sup. Nama tenar seperti Arda Turan, Aleix Vidal, hingga Jeremy Matthieu pun sulit merangsek ke starting line up untuk mengacauka "learning knowledge" lawan.

Well, rekor tidak ada juara bertahan yang menjadi juara di musim berikutnya kembali berputar. Praktis fokus Barca saat ini tinggal mengamankan 6 laga sisa di La Liga dan 1 laga final Coppa del Rey. 7 laga seharusnya menjadi ajang evaluasi dan pembuktian Barcelona bisa berkembang dengan 25 pemain, bukan 11 pemain, apalagi 3 pemain saja.

Rima-Rima Sederhana: Bulan Sabit di Pondok Cina

Meruah rekah secercah asa merah jambu
Derap mendekap sinari penantianku
Menjelang gempita meriahnya degapku
Biar begitu tertahankan pelita kalbuku

Rembulan kibaskan elok nyala di malamku
Berjarak ruang aku menyapa saujana
Senyum yang beranjak dari mimpi
Kilau migrasiku jajaki dunia nyata

Susuri sekilas lalu dimana kepak merayap
Terdepakku di galangan berbanjar
Kini sebingkis ukuran Tuhan menggapit relungku
Kemarilah alasan baruku tetap hidup berlari
Benahilah rumah batin kami di suatu alam nanti

Kenapa harus Nulis Paper

Paper bukan terminologi asing di dunia akademik. Paper bagi profesi dosen dan periset merupakan kwajiban formal yang rutin dipenuhi (idealnya) dengan peogresif sesuai keilmuannya. Pun dengan mahasiswa yang juga (mulai) didorong wajib memenuhi publikasi ilmiah berupa paper sesuai strata yang dilaluinya. Walau secara formal, paper merupakan kewajiban, namun ada beberapa hal yang (bisa) menjadi alasan agar akademisi mau dan mampu memublikasikan paper-nya, baik di ranah seminasi ataupun jurnal periodik.

Pertama, mengembangkan diri
Alasan ini sangat egosentris namun tidak ada salahnya karena memang ada dampak positif menulis paper bagi seorang akademisi. Pola pikir kritis, menata bahasa, efektivitas dan efisiensi dalam menyampaikan pemikiran, hingga tentunya manajemen waktu, itu semua merupakan komponen-komponen yang "keras" namun bermanfaat dalam mengembangkan diri si akademisi.

Kedua, kesempatan "ditampar" dengan sportif
Memang "nyelekit" saat hasil penelitian kita dipertanyakan, bahkan hongga urusan sepele macam tata bahasa. Namun di sini justru kesempatan kita untuk dijatuhkan dengan hormat dan bisa berintrospeksi dengan lebih matang. Ada sebuah benefit tersendiri ketika hasil karya kita dikomentari orang lain, entah tanggapan positif ataupun negatif. Namun itu menunjukkan ada potensi daya tarik dari pekerjaan kita. Dan dari pengalaman saya, separah apapun riset dan presentasi kita, para pakar yang ada tetap beramah senyum dalam berdiskusi.

Ketiga, jembatan menuju "jendela"
Dari keaktifan menulis paper, kita akan terpacu untuk mempelajari karya orang lain. Secara tidak langsung, akan muncul "direktori" di otak kita yang berperan mengompilasi relasi-relasi baru beserta kompetensi yang dimiliki masing-masing. Bila beruntung, kita akan dihadiahi "tiket" menjelajahi bumi Allah untuk menyerap nilai-nilai positif dari tanah seberang. Dan itu modal kita untuk memperbaiki bangsa Indonesia dan juga agama Islam.

Keempat, kontribusi bagi institusi
Segala rupa statistik macam webometric, peringkat scopus, dll, itu semua tidak lepas dari produktivitas sebuah institusi dalam memublikasikan risetnya melalui paper. Bahkan di berbagai "lelang dana riset", produktivitas dan portofolio riset milik institusi ikut mempengaruhi penilaian. Di sini kita berkesempatan ikut membangun institusi tempat kita bernaung.

Kelima, warisan untuk diacu
Beberapa skripsi, tesis, dan disertasi mensyaratkan rujukan berupa paper yang dipublikasikan di jurnal periodik dan seminasi, namun tidak memperkenankan penggunaan rujukan sesama skripsi, tesis, mauoun disertasi. Artinya sebagus apapun riset kita namun tidak dijadikan publikasi paper, maka tidak bisa digunakan sebagai acuan suksesor kita di tempat institusi. Mereka terancam gersang referensi.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi^^

Count up the Beat and Count down the day

Setahun lalu dua perkara menguasai hari-hari saya yaitu karya akhir/tesis dan persiapan menikah. Menikah, ya menikah, sebuah gerbang bagi dua orang insan-Nya menapaki terjalnya kehidupan menggapai berkah-Nya. Tiada terbayang secepat ini,mbahwa saat nyaris setahun usia pernikahan kami, kami tengah mempersiapkan diri menyambut buah hati kami. Titipan Illahi yang "sakral" karena dari hasil mendidiknya inilah, kami akan tergiring kensurga ataukah neraka. Titipan Illahi yang kelak menjadi pengalir amal tatkala usia kami berakhir. Titipan Illahi yang tidak pernah menyandang status "mantan orang tua" ataupun "mantan anak". Titipan Illahi yang menjadi deskripsi hebatnya kebesaran Allah SWT.

Pekan demi pekan sejak kami mendeteksi eksistensinya, kini memasuki usia pekan ke-40. Usia kandungan yang menandakan bahwa si eks-penegak ini harus siaga. Setiap langkah menuju tempat kerja, saat di tempat kerja, menuju kosan, saat di kosan, bahkan saat "extend" di kampus Depok/Salemba, harus disertai kesiapan pulang ke Bandung. Bahkan sudah dua hari ini "diorama" istri mengalami pembukaan mewarnai bunga tidurku. Sebuah sinyal ataukah geladi kotor? Wallahualam

Allah SWT adalah sutradara yang Maha Kuasa dan Maha Adil dalam menentukan skenario hidupku, hidup istriku, dan juga hidup bayi di kandungan istri (yang sudah bernyawa). Segala kemungkinan yang bisa saja terjadi patut dinafasi dengan khusnudzon alias berprasangka baik. Dengan segala liku-liku yang ada, kami tawakal atas ridho-Nya karena dengan itulah kami akan kuat dan dekat dengan-Nya.

Stasiun Pasar Minggu Baru, 12 April 2016
Sudah dua KRL full lewat, hehee

Badai dari Karibia

Panama, negara yang satu ini menjadi buah bibir masyarakat sedunia, bahkan sukses menggeser pemulihan kota Brussel sebagai headline news bulan April ini. Skandal yang terjadi di negara ini sukses menggegerkan berbagai negara di 360° permukaan Bumi. Sejak kita memasuki abad XXI, belum ada skandal keuangan multinasional yang seheboh Panama Paper, begitulah nama skandal ini, termasuk krisi keuangan di medio 2000-an. Mengapa Panama Paper begitu menggegerkan?

Singkatnya, Panama Paper merupakan skandal finansial pajak yang menyeret berbagai nama beken di dunia. Masalahnya nama-nama tersebut mayoritas adalah figur publik, baik pejabat, politisi, atlet, dll. Beberapa nama sudah tumbang sebagai bentuk pengakuan keterlibatannya, antara lain perdana menteri Islandia yang mengundurkan diri segera, ya Islandia yang selama ini jauh dari bisingnya kasus perpajakan. Nama perdana menteri Inggris, petinggi partai komunis di Tiongkok, atlet peraih 5 Ballon d'Or asal Argentina, bahkan beberapa nama asal Indonesia disebut-sebut punya andil di kasus ini. Dari nama-nama negara di atas, tampak bahwa kasus ini membuktikan bahwa negara yang finansialnya kokoh sekalipun, ternyata tidak membuat mereka steril dari skandal pajak.

Badai dari Karibia ini rasa-rasanya masih akan menggelayuti berbagai negara di dunia dalam kurun waktu yang lama. Muncul tudingan dari Rusia dan Tiongkok bahwa Amerika Serikat (USA) terlalu protektif dengan tidak memublikasikan nama-nama warga USA yang terlibat namun di saat yang sama USA mengumbar nama-nama terduga dari negara lain. Mengingat sejumlah nama terduga dan terkait adalah politisi di berbagai negara, jelas badai ini bisa jadi senjata ampuh bagi negara yang ulung memainkan media, termasuk USA.

Bagaimana dengan Indonesia? 
Sejauh ini isu Panama Paper muncul di saat kurang tepat, kenapa? Indonesia sedang diguncang 3 masalah lebih pelik: penculikan WNI di Filipina, skandal suap reklamasi Jakarta, dan bursa bakal calon Gubernur DKI Jakarta. Apalagi belum ada nama politisi atau penusaha Indonesia di Panama Paper yang dipastikan terkategori ilegal. Nah jika sudah ada?

Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan Kementerian Keuangan untuk mengkaji substansi skandal tersebut. Semoga pesan presiden tersebut adalah niat tulus agar masyarakat tidak mudah termakan isu, apalagi Indonesia termasuk negara rawa n isu-isu sensitif, terutama menjelang berbagai agenda politik. Dengan demikian, Kemenkeu harus segera bertindak cepat merespon instruksi tersebut agar tidak muncul kesan menyembunyikan nama-nama terkait larrna faktor koneksi partai. 

Akademisi juga harus bisa muncul untuk menganalisis apa saja efek Panama Paper terhadap iklim ekonomi global dan harus bertindak bagaimana pemerintah. Cukup ringkih isu Panama Paper mengingat nama-nama mayor yang diduga terlibat dan juga kaitannya aktivitas yang terjadi dengan hukum tiap negara yang jelas berpengaruh pada perbedaan dampak. Apakah setiap aktivitas yang terjadi di Panama bersifat ilegal? Hingga kini, semua masih abu-abu.

Mereka yang Berjuang agar Jakarta tidak Banjir

Nggak pake efek kamera, sengaja agar lebih alami. Ini adalah potret ibu kota Indonesia. Kota Jakarta Pusat memang berkali-kali meraih adipura. Namun di balik kemegahannya, mereka inilah "guardian" ya png berperan besar mencegah Jakarta banjir

PhD in UI? May be ^^

Maratonnya Nyampe Sini

Hiruk Pikuk Jelang Pilpres FAST

Bosan juga menyimak grup alumni FAST beberapa hari ini, mungkin hampir sekian pekan hehee. Berbagai publikasi meraup dukungan menjelang Pilpres FAST semakin gencar memberondongi notif di HP. Sebetulnya sah-sah antusiasme tiap tim sukses, simpatisan, dll. Hanya saja yang cukup mengganjal adalah materi publikasi yang masih berkutat pada kepentingan pragmatis jangka pendek, yaitu citra dukungan sebanyak-banyak agar nanti saat pemilihan bisa menyedot angka semaksimalnya. Esensi pemilihan ketua (dalam hal ini "presiden") berupa adu ide, gagasan, program kerja, hingga inovasi masih miskin diobral. Entah sebetulnya ada tapi tidak terlalu dimunculkan, atau malah memang tidak ada rencana kontes yang berkualitas. Atau kah memang fenomena program kerja itu tidak sepenting total suara yang mendukung saat pemilihan? Well, sampai di sini saya masih belum bisa membedakan pemilihan presiden FAST dibandingkan pemilihan ketua himpunan.

Padahal ekspektasi sangat membumbung tinggi. Dengan total alumni sekian puluh ribu (tentu masih jauh dibandingkan IA-ITB ataupun ILUNI UI), namun masih terlalu banyak jika dibandingkan dengan total partisipan dalam tiap kegiatan FAST (dari beberapa event yang terpublikasikan di grup FB FAST). Dengan bekal SDM melimpah plus sepak terjang para alumnus di berbagai domain industri, seharusnya budaya ilmiah bisa tetap dipekikkan dalam memperbaiki FAST. Rindu juga pada pendekatan Balance Score Card yang coba diumbar salah satu kandidat pada Pilpres FAST periode sebelumnya. Mungkin pula FAST patut menerapkan Key Performance Indicator agar bisa lebih objektif menilai keberhasilan program kerjanya. Baiklah, menjelang pemilihan kali ini saya bersikap positive thinking saja, semua pragmatisme ini akan sirna pasca-pemilihan dan berganti dengan torehan ide-ide gemilang yang bertujuan jelas, berjangka panjang, dan tentunya bisa memberikan manfaat.

Yuk Lapor Pajak (dan Bayar bagi yang Lolos Kuota)

Well, hiruk pikuk perpajakan memasuki injury time selama 1 bulan. Batas tanggal 31 Maret 2016 untuk lapor pajak tahun 2015 diganjar bonus "30 hari" menjadi 30 April 2016. Faktor masih banyak administrasi yang belum beres plus faktor teknis berupa server yang "berasap" menjadi muara penambahan waktu ini. Terlepas dari membludaknya akses, harus diakui bahwa Kemenerian Keuangan, termasuk Ditjen Pajak, adalah pemegang ranking 1 egov dalam sekian tahun terakhir, saya tidak meragukan hal tersebut. Dan terobosan pembuatan e;-filling untuk lapor pajak secara online merupakan gagasan yang sangat memperbaiki sistem perpajakan di Indonesia plus mereduksi peluang "uang panas birokrasi". Memang implementasinya belum memuaskan ekspektasi masyarakat 100%, tapi saya yakin ke depannya akan jauh lebih baik.

Judi di dalam Lomba

Sebuah topik yang "unik" dipaparkan Ustadz Ahmad Sarwat pada khotbah Sholat Jumat (1/4) di Kemkominfo, Jakpus. Saya sebut unik karena ulasan Judi adalah hal yang langka dibahas di berbagai khotbah sholat Jumat. Dan apa yang diulas beliau kemarin memang mengundang kepenasaranan tersendiri, kenapa?

Beliau mengawali pembahasan tentang judi ini dari sisi kriteria judi yang terdiri dari 4 hal:
- Ada lebih dari satu peserta yang bertanding (baik sesama kompetitor maupun kompetitor dengan bandar)
- Ada harta yang dipertaruhkan
- Ada pemenang diantara peserta tadi
- Ada perpindahan harta dari yang kalah kepada yang menang

Sampai pada penjelasan tersebut, semua masih terasa mudah untuk menganggukkan kepala. Namun ketika dua kasus dikemukakan beliau, mulailah ada pencerahan yang menjadi kritik atas berbagai "judi terselubung" di tengah masyarakat.

Kasus pertama permainan kartu remi/gaple yang tidak mempertaruhkan apa-apa. Ada peserta yang bertanding dimana akan ada pemenang dan akan ada yang kalah. Namun sudah disepakati tidak ada taruhan apa-apa sehingga yg menang tidak mendapat apa-apa, pun yang kalah tidak kehilangan apa-apa. Dalam kasus ini, permainan demikian tidak bisa disebut judi. (Perkara membuang waktu atau malah bisa menunda2 ibadah, itu sudut penilaian lain)

Kasus kedua adalah lomba membaca Al Quran yang menggunakan biaya pendaftaran. Tentu aktivitas yang mulia karena membaca Al Quran banyak berkahnya, namun bagaimana jika peserta diwajibkan membayar uang tertentu (entah dinamakan biaya registrasi, biaya partisipasi, infak, dll)? Bagaimana si pemenang memperoleh hadiah yg sumbernya dari uang yg dibayarkan tadi? Dalam kasus tersebut, coba kita tinjau kriteria judi:
- ada peserta, iya
- ada pemenang dan ada yang kalah, iya
- ada harta yang dipertaruhkan, karena sumbernya dari uang yang dibayarkan peserta, maka iya
- ada perpindahan harta dr yang kalah ke yang menang, karena hadiah pemenang berasal dr uang peserta, maka iya
Dengan demikian konsep lomba demikian justru memenuhi kriteria judi

Sang ustadz memberikan solusi berikut:
- Lomba perlu diatur konsep aliran dananya
- Boleh ada uang dari peserta, namun jangan digunakan untuk hadiah pemenang (piala, uang tunai, dll), tapi gunakan utk operasional lomba (sewa tempat, konsumsi, dll)
- Hadiah pemenang ambil dari sumber dana selain uang peserta
Dengan demikian uang masuk dibedakan menjadi uang peserta dan uang non-peserta, uang keluar dibedakan jg mnjdi uang hadiah dan uang-non hadiah

Berikut ini merupakan referensi yang memang menjelaskan pemaparan beliau
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1181456683&=hukum-hadiah-dari-suatu-perlombaan-yang-berasal-dari-uang-pendaftaran.htm