Enlightment? Bismillah

Alhamdulillah amanat baru untuk mengkaji dan merumuskan regulasi tentang CA dengan segala pernak-perniknya untuk Indonesia. Bismillah....

Banyak hal yang patut dipetik sebagai pelajaran berharga dari masa lalu untuk diterapkan di amanat ini.  

Dan masih terus Belajar PKI (versi yang legal)

 
Menjelang 30 September 2015 (hari ini), saya malah "dijejali" ajaran-ajaran tentang PKI. Eitss, nanti dulu, ini bukan Partai Komunis Indonesia. Tapi Public Key Infrastructure, nah lho, aya naon deui ieu (sok-sokan Bahasa Sunda, ceritanya kangen istri yang masih di Bandung)

Kesempatan untuk mendalami tentang PKI ini beririsan dengan amanat di sebuah proyek yang sedang saya jalani di Kemkominfo. Di sini ada jadwal Training PKI yang melibatkan beberapa personel di Kemkominfo serta tim proyek CA. Tim trainer-nya "diimpor" langsung dari Korea Selatan (itu lho, negera yang beberapa hari lalu ada turnamen Korea Terbuka, terus Indonesia juara badminton di situ).

Mengasyikan mempelajari ilmu baru yang nggak baru-baru banget. Kebetulan di proyek Indonesia Kreatif selama 3 tahun belakangan, saya juga kerap berurusan dengan infrastruktur dan manajemen akun, termasuk proses pengamanannya. Dan tentunya urusan "tugas spesial" terkait assessment OpenSSL dari CTO saya hehee. Agak "nggak baru-baru banget" juga karena satu semester lalu harus mengurai benang panjang tentang Manajemen Risiko di MTI Fasilkom UI. Namun "ilmu baru" karena saya selama ini tidak sebegitu mendalami PKI. Apalagi dengan status TA di area SIDE dan Lab di area ICM, tentu ini menjadi tantangan belajar yang asyik. Ya terlepas dari rekor buruk jika berjumpa dengan matkul area Telematics hehee..

Yuk belajar PKI, insya Allah hingga Desember 2015 nanti. Semoa ilmunya bermanfaat :D

Well said hehee


Sumber gambar: Fanpage Muslim Show
Suka banget dengan kartun terbitan mereka, termasuk yang satu ini juga. Mengingatkan bahaya internet jika tidak dikendalikan. Fasilitas internet harusnya jadi sarana memanen ilmu dan membagikannya pada pasangan kita. Bukan malah mengais cerita orang lain yang memancing keirian lantas membandingkan jeruk vs apel. Hehee... Wallahualam

25 tahun (bayangan) IT Telkom

 Medali di bawah ini merupakan benda berharga yang bisa dikatakan "sudah" tidak lagi diproduksi massal. Alasannya sederhana, masa edar kampus Institut Teknologi Telkom secara resmi dilanjutkan dengan nama baru hasil merger, yaitu Telkom University. Mengenai alasan apakah proses merger tersebut dikategorikan langkah bagus ataukah jelek, saya secara subjektif maupun objektif tidak tahu. Yang saya pahami, dan kebetulan banyak juga yang masih memahami, bahwa eksistensi IT Telkom dari sisi umur "still counting up".

Saya sendiri bukan lulusan Fakultas Hukum yang tahu apakah usia kampus yang telah dimerger resmi berakhir ataukah tidak. Kebetulan, Telkom University pun tahun ini tidak menyatakan usia mereka 25 tahun (usia kampus predesesor tertuanya), melainkan 2 tahun. Namun bagi saya usia IT Telkom akan terus bertambah. 


Alasannya sederhana, alumni IT Telkom (termasuk generasi STT Telkom) akan tetap mewarnai peradaban, terlepas dari apakah itu sudah beralih menjadi Universitas Telkom, ataupun tidak. Singkat cerita, selamat ulang tahun almamater tempat aku tumbuh dan dipertemukan dengan orang-orang hebat (termasuk yang kini menjadi pendamping hidup saya hehee). 
"'kan kami jaga keagungannya...maju..IT Telkom kita" 

Flying-Float in Float Market with Family

Fotografer: saya dan adik saya, Otrinanda

High Talk in Compfest7

Tips Desain Bulan ini

Membuat publikasi merupakan tantangan uang akan terus berkesan. Segala tantangan, mulai dari utusan teknis (ngoprek perangkat desain) maupun urusan sosial (negosiasi konten, selera, persepsi), akan menghampiri. Dalam prosesnya, mau tidak mau, perlu beberapa macam trik untuk menghasilkan produk desain yang kreatif, efektif, estetis, sekaligus "jalan tengah". Desain-desain demikian sangat perlu untuk publikasi kegiatan, info kompetisi, info rekrutmen, dll. Sebelumnya, perlu diingat bahwa kegagalan sebuah desain akan mempengaruhi tingkat ketertarikan pembaca dan ujung-ujungnya tingkat partisipasi orang di dalam kegiatan yang dipublikasikan tersebut berkurang dan malah jauh dari target. Indikasi desain yang "berbahaya" antara lain:
- Terlalu banyak atau ramai tulisan
- Alur membaca konten kurang sesuai
- Kesan kegiatan terlalu eksklusif
- "Permainan" warna kacau

Berikut beberapa solusi yang bisa diterapkan dalam "mengakali" masalah-masalah di atas:
- Fokus pada objek yang harus diketahui di awal, misalnya persyaratan, siapa penyelenggaranya, cara partisipasi, dan tak lupa tanggal-tanggal penting serta kontak narahubung.
- Gunakan bahasa yang ringkas sehingga ukuran huruf bisa lebih besar dan space antarkata/antarkalimat bisa lebih nyaman.
- Jangan seenaknya memadukan warna; cobalah sesekali cari inspirasi palet-palet warna; sebagai gambaran, warna merupakan daya tarik paling pertama unuk memancing pembaca, bahkan mendahului tulisan judul.
- Manfaatkan IT yang akan mendukung pros es penyampaian dan penerimaan informasi. Pertama gunakan web/blog milik organisasi penyelenggara sebagai tempat menampung info-info yang lebih detail. Sebagai contoh informasi tentang format penulisan paper jangan diuraikan di poster, sediakan saja deskripsi detail di web, bahkan sediakan saja template untuk memudahkan proses editing nantinya. Oh ya, jangan paparkan link yang terlalu banyak di poster, misalnya "persyaratan: http:....., mekanisme pendaftaran: http:......., mekanisme penilaian: .....", cukup sediakan satu URL web dan biarkan pembaca browsing mandiri. Satu lagi, manfaatkan fitur shortener link seperti bit.ly agar pembaca tidak kesulitan mengetikkan URL yang harus dituju.

Semoga bermanfaat

Wilujeng 205 Taun Kota Bandung

Kota ini telah memasuki usia ke-205 tahun. Cukup tua dengan sepak terjangnya sangat keras. Kota ini identik dengan banyak hal. Ahli sejarah melabeli Bandung Lautan Api sebagai penanda peran Kota Bandung dalam perjuangan kemerdekaan sekaligus kota pengguncang dunia lewat Konferensi Asia Afrika 1955. Ekonom tak hentinya menupas eskalasi ekonomi kreatif dengan senjata andalannya, kuliner. Pengemar sepak bola di Indonesia sudah "kudu" paham bahwa Kota Bandung merupakan wilayah administrasi yang menjadi acuan huruf B pada nama Persib. Kaum akademisi pun pantang melalaikan berbagai perguruan tinggi yang menghuni Kota Bandung seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Padjadjaran, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, hingga berbagai perguruan tinggi lainnya dimana tingkat kepadatannya sudah melampaui Kota Yogyakarta.

Di bawah komando Ridwan Kamil feat Oded M. D., kota ini menjelma sebagai kota yang paling populer di social media. Prestasi hingga 100 lebih gelar mampu disabet walau predikat kota dengan indeks korupsi versi sebuah lembaga riset juga "menyabeti" kota ini. Secara terbuka salah seorang bupati yang wilayahnya bersebelahan dengan Kota Bandung terang-terangan menyatakan "iri" betapa masyarakatnya lebih kenal Wali Kota Bandung daripada dirinya. 

(dari kiri atas searah jarum jam) Artikel dari Pikiran Rakyat tentang kawasan metropolis Bandung Raya; Alun-Alun Kota Bandung; suasana di Jalan Asia Afrika dimana sebuah batu negara Aljazair beruntung karena benderanya selamat dari penjarahan; Sepasang kekasih kaum urban asal Aceh-Jawa Tengah sedang menikmati suasana Kota Bandung yang memang rpmantis

Terrible Night from JKT to BDG

Rabu 23 September 2015
16.30 Mr. Yudho tells me about train incident in Juanda station.
Haaahh?.. Lah saya naik kereta ke Tanjung Barat dari situ. Tidak mungkin TKP langsung beres dalam 1-2 jam, nah bagaimana dengan Cikini, Gondangdia, dll?

17.30 I go to Gambir station, hope any rest ticket to Bandung
Tiket udah abis akhirnya menghabiskan waktu hingga 18.30 untuk memulihkan fisik yang memang sedang nggak fit.

19.00 berhasil ke Gondangdia tapi di situ ditutup akhirnya memutar otak ke Jalan Salemba. Segala yang di otak saya adalah mencapai Cawang agar bisa menggapai Primajasa arah Tasik/Garut.

20.30 angkot mempersilakan saya turun di Cawang tapi astaghfirullah di situ udah macam suasana mudik. Saya memperoleh nomor antrian 200-an tapi warna spidol ijo dimana antrian yang sedang dijalankan adalah 300-an warna hitam. It mean giliran saya beratus-ratus orangggg.

22.00 angkot Cawang-Ps.Rebo mengantarkan saya ke Ps.Rebo yang suasananya tak kalah ramainya. 

22.30 Akhirnya bisa dapat tempat duduk di bus yang nggak tahu namanya dengan arah Garut.


Kamis, 24 September 2015

02.00 akhirnya sampai juga di Buah Batu


Smansawi#52

Pandora Box for Present and Later

Hari yang baru dengan harapan baru. Aku harus menunaikan dua kewajibanku. Pertama ikhtiar semaksimal mungkin menjalankan peran seorang suami yang mencari nafkah. Sebuah amanat yang masyaAllah sungguh teramat berat namun terhormat. Kedua adalah ber-khusnudzon pada apa yang diarahkan oleh-Nya. Apa yang kita kerjakan, dalam artian profesi, merupakan hasil pilihan kita sendiri dengan "acc" dari Allah SWT. Dialah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita, bahkan yang terbaik dari-Nya itu mengungguli apa yang kita idamkan.

Sebuah kotak pandora kini menggetarkan kertas kado pembungkusnya. Sebentar lagi dia mulai menghamparkan berbagai kejutan yang tiada habis. Wallahualam apa saja kejutan itu nantinya. Bahkan hingga tegukan akhir teh pagi ini pun aku belum dapat memastikan "perantauan hilir mudik" ini akan dilangsungkan berapa lama.

Aku berharap ini menjadi ladang dengan berbagai tumbuhan segar. Dimana sayuran segar nafkah bisa aku suguhkan kepada keluargaku. Dimana buah segar ilmu bisa aku sebar lagi bibitnya di cita-cita yang tertunda itu. Dimana semua itu memiliki humus berupa amalan ibadah.

Bismillahirakhmanirakhim

Nengok Museum Mini KAI di Stasiun Juanda

Ada spot menarik yang sukses menyetop langkah saya pagi ini, yaitu museum "mini" stasiun KAI di Stasiun Juanda. Ukurannya tidak terlalu luas, sekitar setengahnya Lab AI E.105. Memang tidak banyak pula yang disajikan di situ. Namun tak mengurangi kepenasaranannya saya. Hehee

Di sini disediakan sejumlah papan yang menayangkan dokumentasi perkembngan beberapa stasiun, baik stasiun mayor di Jabodetabek, maupin di sejumlah titik di Pulau Jawa. Beberapa foto komparasi juga disuguhkan sebagai "bukti" bahwa PT KAI sukses merevitalisasi suasana stasiun. Tak lupa dua miniatur rencana pengembangan bangunan Stasiun Juanda dan Pasar Senen dihamparkan di barisan terdepan, bisa dibilang, mereka adalah pancingan utama museum mini ini.

International Call for Paper from Himmpas UI

Walk walk afternoon with her ^^

e-Commerce Merambah Momen Kurban

Kurban dan jual beli ternak kaki empat sudah jadi dua sisi beriringan. Wajar karena dimana ada keramaian (yang tentunya peluang pasar) maka akan ada transaksi jual beli. Jual beli hewan kurban beberapa tahun terakhir mulai menerapkan fungsi-fungsi IT. Contoh sederhananya gampang. Sebar SMS promosi, nego harga, ataupun transfer via bank. Yang pasti proses penyembelihannya itu saklek tanpa IT #yaiyalah.

Sumber gambar: liputan6.com

Lantas bergeser ke era socmed dimana brosur berupa image di FB dan TW mencubit alias tagging akun kita. Dan yang belakangan terjadi mulai membuktikan kedigdayaan e-commerce di Indonesia. Bukalapak dan Tokopedia mengganteng dua LSM besar, ACT dan Rumah Zakat untuk proses bisnis jual beli sekaligus penyaluran hewan/daging kurban. Wah... MasyaAllah

Dari sisi IT, ekonomi, ataupun agama Islam saya mendukung pengembangan bisnis ini. Apalagi belum ada insiden penjual konvensional vs online.

Mengitari Sejarah di Museum KAA

Akhirnya Bisa Jalan (Kaki) di Asia-Afrika

Alhamdulillah setelah sekian lama cuma bisa lewat pakai motor, kali ini beneran jalan kaki.

Kiri atas» batu nama peserta 50th KAA, yaitu Afrika Tengah yang "beruntung" masih ada benderanya. Ngomong-ngomong bentuknya mirip batu nama donatur di Mueum Tsunami

Kanan atas» Infografis hal-hal unik terkait KAA tahun 1955, diantaranya siapa satpamnya, juru masaknya, hingga kasus "hilang" kabarnya salah seorang putri kepala negara peserta.

Kiri tengah» Seolah enggan melupakn sejarah dengan menayangkan wajah-wajah "pembesar" negara penggagas KAA

Kiri bawah» daftar logo organisasi, panitia, hibgga brand yang berperan di 50th KAA.

Kanan bawah» seni WPAP (cmiiw) Bapak Wali Kota Bandung yang ikut menginiasi perbaikan situs Jalan Asia Afrika

Passing through in Masjid Imtizaj

Tidak banyak masjid di Pulau Jawa yang arsitekturnya "lepas" dari identitas rumah joglo. Lebih jauh lagi, sangat jarang pola arsitektur Tionghoa di dalam sebuah masjid. Memang harus diakui bahwa budaya Arab dianggap identik dengan Islam, sedangkan budaya Tionghoa disebut identik dengan Konghuchu ataupun Budha. Padahal Arab dan Tionghoa adalah sosial budaya yang tidak otomatis mencerminkan agama tertentu. Toh di negeri Tiongkok pun masjidnya memakai motif Tionghoa, serupa dengan masjid bermotifkan Jawa di daerah Jawa Tengah.

Salah satu masjid "langka" yang menjadi sorotan dan alhamdulillah sempat ikut mampir adalah Masjid Imtizaj. Masjid ini terletak di Jalan ABC, Kota Bandung. Ya, Jalan ABC, untung bukan XYZ hehee. Dengan mengandalkan warna khas Tionghoa, merah dan kuning, masjid ini tampak anggun walau tidak berukuran megah.

Ada dua poin menarik yang saya perhatikan di Masjid Imtizaj ini. Pertama soal tidak adanya ornamen bergambar naga, macan, atau hewan lainnya. Padahal ornamen-ornamen tadi merupakan ciri khas bangunan khas Tionghoa, namun si pengelola masjid tampaknya paham bahwa ornamen macam itu tidak patut ada di masjid karena berpotensi mengurangi konsentrasi ibadah. Kedua tentang tempat wudhu perempuan yang lokasinya tertutup. Agak menggelitik karena tidak jarang masjid yang malah menyediakan tempat wudhu perempuan terbuka sehingga mengkhawatirkan tampaknya aurat mereka. Tapi masjid ini memilih 'mengamankan' aurat muslimah. Saluut.

Singgah Sejenak di Pusdai Bandung

Ceritanya menanti istri tersayang yang sedang kuliah. Lantaran jenuh menatap LCD (yang juga jenuh ngeliatin saya), akhirnya saya memacu diri mengitari Kota Bandung. Namun karena mau ada agenda di Jl. Asia-Afrika, maka tidak berlama-lama di sini.

Alhamdulillah suasana di sini nyaman di hati. Kebetulan lebih dari 2 tahun yang lalu mampir ke mari, tepatnya ikut sholat Ashar pasca agenda wisuda di ITT. Nah, tadi siang kebetulan nengok ada semacam training manasik haji. Nguping ceramahnya kok jadi ikut merinding ya?

Pusdai, dengan nama lengkap Pusat Dakwah Indonesia, terletak segaris dengan kawasan Pasteur, Gd.Sate-Gasibu, hingga Cicaheum. Otomatis lalu kendaraan di hadapannya pun sangat ramai. Dari sisi lokasi pula patut dikategorikan sebagai titik yang strategis. Namun lebih dari sekedar lokasi, masjid di Pusdai ini memegang peranan yang signifikan dalam hal dakwah, khususnya di Kota Bandung dan Jawa Barat. Pengajian rutin diselenggarakan di sini dengan berbagai sajian aktivitas lain seperti TK, hingga berbagai pelatihan.

Ngomong-ngomong soal lokasinya yang dekat ke Gd. Sate, bukan rahasia lagi bila Pusdai kerap menjadi titik start 'jalan kaki' dalam sebuah aksi jalanan mahasiswa. Setidaknya begitulah pakem lazim BEM Bandung Raya.

3C+2S in Literature Review

Bab 2 merupakan bagian kerap dianggap membosankan dan hanya mempertebal halaman tesis. Alasannya sederhana, "tinggal copas sana sini". Betulkah pendapat demikan? Eiitss nanti dulu gaes.Sedikit saya menyinggung perkuliahan Metpen dua semester lalu yang menjadi matkul favorit nomor 3 dari semua matkul di semester 2. Di situ diukas berbagai hal mengenai riset, salah satunya urgensi literature review alias tinjauan pustaka yang biasanya menjadi isi dari bab 2 dalam tesis.

Diawali dari sebuah kekesalan sesaat dan sesat, "kenapa harus ada sih (literature review)?". Ok, kita jawab nanti di akhir catatan ini. Sejenak kita ingat tiga hal yang mendasari riset dan ketiganya harus relevan. Pertama adalah teori-teori yang dipakai. Masa iya riset tentang data mining, tapi definisi dan lingkup data mining yang dipergunakan acak marut? Ada banyak berbagai rujukan dari textbooks, professional books, hingga academic journals yang dipergunakan. Kedua dan ketiga metodologi/metode yang dipergunakan serta penelitian terdahulu. Sebagai umpama, kita akan menyusun PSSI, kita perlu mengkaji metodologi yang lazim dipergunakan. Tujuannya jelas, agar kita mengetahui karakteristik si metodologi/metode, lebih jauh dan lebih utama "apakah metode itu menjadi solusi dan jawaban dari permasalahan?". Silakan tinjau di textbooks, professional books, academic journals, scientific papers, thesis, dissertations, kira-kira apakah metodologi/metode yang pernah dipergunakan oleh mereka cocok dengan kasus uang akan kita terapkan.

Salah satu teknik yang kerap dipergunakan untuk literature review adalah 3C+2S. Teknik ini diperkenalkan di matkul Metpen lalu.
? Compare: try to find the similarities among literatures
? Contrast: try to find the differences among literatures
? Criticize: put your own opinion on what is written in the literatures
? Synthesize: combine several literatures into an idea
? Summarize: restate the article with your own words in a concise way

Nah berikut ini contoh dari 3C+1S yang dipaparkan oleh Pak Hasibuan dan Pak Satria.

Comparing: “Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andri (1999), kinerja IRS dengan menggunakan teknik extended Boolean lebih baik dibanding menggunakan teknik Boolean saja. Hal ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Savoy (1995) dan Salton (1990)”

Contrasting: “Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2006) menunjukkan bahwa gaya belajar konstruktif lebih adaptif terhadap penggunaan ICT. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian lainnya yang mengatakan bahwa gaya positivist yang lebih adaptif terhadap penggunaan ICT (Jones, 1998) dan (Garry, 2010)”.

Criticize: Sistem Informasi Untuk Eksekutif (EIS) dapat membantu pimpinan mengambil keputusan lebih akurat sekitar 90% dibanding tidak menggunakan EIS (Hadi, 2005). Tetapi tidak dijelaskan berapa banyak sample EIS yang disurvei dan kategori keputusan yang bagaimana yang dijadikan sebagai acuan.

Synthesize: Menurut Hadi (2005) keberhasilan suatu Sistem Informasi untuk Eksekutif (EIS) sangat ditentukan oleh tingkat keakuratan menangkap kebutuhan para eksekutif. Sedangkan menurut Amir (2006), EIS sangat ditentukan oleh kejelasan core bisnis dari perusahaannya. Dari kedua pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor penentu keberhasilan EIS antara lain: keakuratan menangkap kebutuhan pimpinan, dan kejelasan core bisnis perusahaan.

Selamat mengkaji

Lomba Penuliaan Artikel untuk Buku Revolusi Kepemimpinan

Heyy kamu...
Iya kamu...

Jangan mau jadi mahasiswa UI...yang biasa saja..apalagi kalau kuliahnya di jenjang S2/S3

HIMMPAS UI (Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana) mengundang Kawan-Kawan dalam proyek yang "nggak biasa". Proyek dimana Kawan-Kawan bisa menuangkan gagasan-gagasan di bidang keahlian masing-masing untuk Indonesia.

Tema» Revolusi Kepemimpinan untuk Indonesia
Pilihan Subtema»
- Revolusi Kepemimpinan Indonesia Masa Depan dlm Perspektif (pilih salah satu) Politik, Hukum, Ekonomi, Sosial Budaya, Sains dan Teknologi, serta Pertahahan dan Keamanan
- Visi Kepemimpinan Indonesia dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
- Inspirasi Kepemimpinan Tokoh Islam untuk Indonesia
- Pemuda dan Kepemimpinan Indonesiaa: Kemarin dan Hari Esok

Karena ini proyek yang "nggak biasa", maka ada banyak benefit di dalamnya
- Ide terbaik Kawan-Kawan akan didengar oleh stakeholder negeri ini
- Hadiah bagi 3 karya terbaik
--Rp 1.000.000 utk juara 1
--Rp 750.000 utk juara 2
--Rp 500.000 utk juara 3
- Ikut bekerja sama menulis bersama tokoh terkemuka dari internal dan eksternal UI
- Kesempatan membaktikan diri untuk Universitas dan Indonesia

Kriteria penulisan bisa dilihat di bit.ly/revpim2015

Berikut tanggal penting yang patut diingat bagi kamu yang nggak ingin jadi mahasiswa pascasarjana yang biasa
- 11 Okt 2015» Batas Pengumpulan
- 15 Okt 2015» Pengumuman 20 Besar
- 17 Okt 2015» Pengumuman pemenang

Narahubung
Inggar 0856-9241-6801

HIMMPAS UI
Selalu Ada Cinta untuk Indonesia
@HimmpasUI

Fenomena Jus Buah di Kawasan Dayko

Hampir 3 bulan berada di Mengger, Bandung Kidul, secara tidak langsung mendorong saya seeing menyusuri kawasan Dayko alias Dayeuhkolot, entah mencari sarapan hingga servis laptop. Di sana ketersediaan fasilitas memang lebih melimpah daripada ke Batununggal maupun Buah Batu. Lantaran sering belanja barang konsumsi ditambah kebiasaan mengamati, maka lama-lama saya jadi penasaran dengan menjamurnya bisnis jus buah.

Jus buah merupakan olahan buah segar yang dikemas dalam gelas plastik. Harganya relatif murah dari 5000 hingga 10.000, tergantung jenis buah yang dipakai. Sebagaimana diulas sebelumnya, fenomena menjamurnya bisnis kedai jus buah menjadi tren di kawasan Dayko.

Apakah laku keras?
Oh tentu, jika tidak maka sudah pasti kedai-kedai itu bertumbangan. Faktor pendorong tren ini bisa dilihat dari sisi internal serta eksternal.

Faktor internal
Operasional jus buah relatif lebih mudah dibandingkan kedai tempat makan macam pecel lele, gudeg, bahkan lontong kari. Aktivitas utama adalah pembuatan jus (kupas dan blender) serta pengemasan. Malah jika jeli, kupas mengupas bisa dilakukan di j ridak sibuk. Agenda penjagaan stok pun lebih mudah karena buah lebih awet daripada daging dan sayur. Artinya risiko stok busuk lebih kecil. Dan tak lupa operasional yang tidak terlalu ribet menjadikan training operator lebih mudah.

Faktor eksternal
Harga murah jadi daya tarik para mahasiswa selaku segmen utama yang sangat konsumtif. Jus juga bisa barengkan sebagai pelengkap makan. Terakhir, citra sebagai konsumsi sehat jelas membuat orang menggemari jus buah.

Dimana peran SI/TI??
Nah ini yang patut didengungkan. Ok..tunggu kelar beli lele dulu baru saya lanjutkan.

S3 atau S2 (lagi), Mumpung Gratis Bermimpi

Parkir dan pipis sudah tidak bisa dikategorikan aktivitas yang gratis. Di Bandung keduanya ditaksir perlu biaya 2000-an. Itulah alasan saya memilih bermimpi tentang kelanjutan studi ini yang lebih jelas gratisnya.

Studi/belajar merupakan kewajiban hidup yang hanya boleh pensiun saat wafat. Kuliah hanyalah salah satu bentuk kecil studi dalam bentuk formal. Perkembangan TIK sudah mendorong studi tidak harus di sebuah kampus. Tidak harus lulus S1 informatika agar bisa ngoding. Tidak harus lulus MM agar bisa wirausaha. Peluang belajar banyak tersedia di dunia internet. Karena itu, minimalkan berkuliah yang sekedar pengin tahu tanpa punya rencan pascalulusnya

Sejak bercita-cita ngedosen, saya punya cita-cita kuliah hingga S3. Motifnya cenderung faktor persyaratan administrasi. Kepo perkuliahan si ITB, ITS, UGM, hingga Qatar University dan Twente University jadi keasyikan tersendiri. Siapa sangka Allah membukakan studi S2 justru di Fasilkom UI. Kenyataan yang sebenarnya sempat terpikir sebagai ide saat kelas XII. Siapa sangka ide itu terealisasi. Unik mengingat dari sisi kerja bisa saling menyesuaikan waktu pelaksanaannya.

Setelah S2 di UI yang beneranlah bikin seneng menggali ilmu, kini ada dua bayangan di benak ini.

Pertama S3 dengan kampus incaran ITB dan Qatar University. Jurusan tetep informatika/ilmu komputer. Spesialisasinya sih yang masih bingung. Barangkali e-commerce, tata kelola TI, dan web engineering jadi passion sejauh ini.

Opsi kedua, S2 lagi...
Ahayyy entah kenapa mendadak muncul ide kuliah lagi dengan rumpun ilmu bergeser ke bidang lain, yaitu DKV alias desain komunikasi visual atau ekonomi dan bisnis, khususnya ekonomi kreatif. Bersentuhan dengan ekonomi kreatif khususnya pekerjaan seputar desain asli bikin saya tergoda untuk mempelajarinya lebih dalam. Hanya saja memang opsi ini perlu dipikir matang apakah harus dengan kuliah atau cukup kursus.

Wallahualam

Unknown but Best that I Face and Trust [1]

Instrumen I'm So Happy-nya Laruku mengawal ketika tulisan ini. Lagu ini aslinya berirama rock alternatif yang maskulin sekali. Tapi di versi akustiknya jangan lembut jazzy. Sisi lain mengunkapkan keriangan berekspresi. Aku teringat tentang hari-hari hingga berbulan petualangan di belantara ini. Sangat tidak terbayangkan setahun lalu. Tapi akan terus kunikmati berbagai sajian dari-Nya.

Ada ujar-ujar "many things to blamed may be, but too much others to blessed". Aku kagum pada ujar-ujar itu. Bukan sebagai pelipur lara semata, tapi penggugah rasa syukur. Tentu jangan kufur menyeret kita kehilangan sesuatu berharga yang kita kenal sebagai iman. Sesuatu itu adalah bangunan tak nampak yang batanya adalah hasil tabungan segala amal bertahun-tahun yang hanya perlu hitungan detik untuk merobohkannya.

Aku pern kuliah di IT Telkom dan UI. Tapi sesungguhnya kedua kampus itu hanyalah butiran debu di tengah perguruan yang kita sebut "alam dunia". Aku berkuliah di alam dunia tanpa tahu kapan batas masa studi ini. Masa studi yang terlalu sayang untuk diludahi keputusasaan. Aku akan dan harus belajar mengenai makna hidup setelah alam dunia. Dan aku ingin mengisi makna hidup ini sebaik mungkin dengan manfaat dan ridho-Nya.

Suka ama Lucu aja Ngeliatnya

Beberapa pekan lalu mengitari jalanan KotaBandubg menemukan sejumlah kotak-kotak pipih hitam di atas pembatas tengah jalan. Awalnya saya kira itu semacam reklame. Tapi ada 'feeling' semacam hiasan kota yang entah bagaimana wujudnya. Gambarnya ada di bagi pojok kiri atas.

Nah pas nganter istri tadi sore, saya baru tahu kalu itu adalah semacam hidroponik tengah kota. Lucu ngeliatnya hehee. Entah saya yang gampang menyenangi ide berkebun ataukah memang pemandangannya jadi lebih bagus. Semoga tanamannya awet dan makin hijau Kota Bandung ini.

Tantangan (nggak) Lama Bersemi Kembali

Menulis merupakan kegemaran saya, selain desain dan jalan-jalan tentunya. Alhamdulillah ada kesempatan untuk menulis di sebuah conference hasil kolaborasi dengan 3 dosen MTI, yaitu Pak Rifki, Pak Nizar, dan Pak Satrio. Rasanya menyenangkan walau memang banyak riak-riak revisi yang jelas menjadi risiko dari tantangan ini. Kurang lebih sebulan lalu proses pengiriman "proposal" berupa draft ke panitia ICACSIS berjalan lancar dan berhasil. Kenapa saya harus menyinggung "lancar" dan berhasil"? Karena proses login hingga upload beneran susah banget muter-muter nggaaaak jelas nggaak tahu kenapa *sing sumpah abdi ieu T_T

Nah, tibalah tanggal 4 September 2015 yang kabarnya jadi hari pengumuman kelolosan. Ditunggu ampa sarapan, makan siang, ampe makan malam kok nggak ada email masuk ya? Lantaran sorenya harus ke Stasiun Kiaracondong, maka yaudah anggap saja 4 September-nya itu dalam waktu standar dunia (kalau nggak salah istilahnya ETC) dimana di USA, Kanada, Suriname, itu masih tanggal 3 September 2015. Entah ini naif, khusnudzon, atau mencoba untuk menghibur diri :v. EH, bentar liat FB ada dosen Fasilkom yang sedikit "membocorkan" bahwa sekitar 50% paper yang masuk itu di-cancel. Jiahhh makin galau. Tapi segalau apapun diri ini, kalau ngantuk ya udah langsung lelap pulas tidur.

Pagi harinya seusai menyantap bubur kacang hijau plus ketan di depan Masjib Purworejo, alhamdulillah pengumuman itu tiba. Lantaran biasa menerima email "penolakan" ya udah sih pasrah saja kalau ternyata nggak lolos, emang nggak rezeki or nggak jodoh juga. Pasti ada jalan lain kok :D. Saat itu masih menceoba menenangkan diri kalau-kalau nggak lolos, namun semua upaya menenangkan diri itu pupus lantaran ke-loading-an saya mencerna kalimat pengantar Bahasa Inggris yang sangaaaat panjang plus detail review yang disampaikan. Masya Allah, ini kok saya mendadak pusing. Jiaaaah jadi ilang fokus coba. Ringkasnya, alhamdulillah diberi kesempatan memberbaiki sebagai syarat untuk "lolos", dengan kata lain "lolos dengan revisi minor". Alhamdulillah.



Kini sekitar 5 hari setelah pengumuman masih banyak yang perlu dikerjakan. Terlebih amanat sebagai suami juga memerlukan penanganan khusus karena istri sedang perlu perawatan. Bismillah, Allah akan memberi solusi dalam manajemen waktu jika kita ikhlas, khusnudzon, dan mensyukuri apa-apa saja dari-Nya. Setelah setahun alpa tanpa publikasi, ini waktunya menerbitkan kembali semangat menulis ilmiah yang sudah kadung jadi hobi dari tahun 2011. Bismillah. Yuk kerjakan revisinya.

Belajar dari Branding Jogja

Kembali belajar tentang branding dengan inspirasi perjalanan singgah di Provinsi DI Yogyakarta Sabtu lalu. "Pangling" dengan logo khas yang terbaru. Dan mendadak saya ingat betapa ramainya "social media" membahas isu Jogja menjadi Togua.

Nah, kali ini buku yang saya baca adalah Rebranding Jogja yang mana ikut pula Mas Arief Budiman sebagai penyusunnya :D

Pergulatan 23 Tiket EURO 2013

EURO 2016 akan dilangsungkan tahun depan, kisaran Juni-Juli di Prancis. Dengan 23 tiket yang ada, semua negara di Eropa berebut memperoleh tempat agar tidak menjadi penonton. Sebenarnya tiket 23 ini menjadi rekor spesial karena di hajatan EURO sebelumnya hanya ada 14-15 tiket karena ada 16 peserta. Tahun depan 24 negara bergulat di tanah Napoleon tersebut. Hingga malam tadi semua negara peserta kualifikasi yang tersebar di 9 grup telah melangsungkan rata-rata 8 laga. Hasilnya pun mulai nampak dengan di-"booking"'nya 3 tiket oleh Inggris, Islandia, dan Ceko. Masih ada 20 lagi yang diperebutkan dimana kejutan tercecer di berbagai grup. Sistem kelolosan langsung di kualifikasi ini hanya berlaku bagi 2 peringkat teratas di seluruh grup plus satu tiket peringkat 3 terbaik dari 9 grup. Kemudian masih ada 4 tiket "last minute" bagi 8 negara lainnya yang bercokol di peringkat 3.

Grup A sejak awal patut disebut sebagai grup yang berat, paling berat mengingat bercokol Belanda (juara 1988), Ceko, dan Turki. Tiga negara punya nama-nama beken dan legendaris, terutama Belanda. Maka tak heran jika Belanda diunggulkan sebagai peraih peringkat pertama, lalu tinggal melihat siapa yang lebih beruntung antara Ceko dan Turki. Yapi itu hanya angan-angan karena peringkat pertama malah digapai Islandia, negara yang balum pernah lolos ke putaran final Euro. Ceko pun beruntung meraih peringkat kedua. Turki? Laga 3-0 kontra Belanda menempatkan mereka sedikit lebih aman. Menarik menyimak siapa yang kuat mentalnya antara Belanda dengan Turki. Urusan hak siar tentu Belanda lebih menjual. Tapi lebih senang jika Turki yang lolos ke Prancis.

Grup B terbilang unik karena ada tiga negara kuda hitam yang sedang menanjak belakangan di sini, yaitu Wales, Belgia, dan Bosnia-Herzegovina. Dua negara terakhir cukup "berbicara" di gelaran Piala Dunia 2014 lalu. Wales? Saya sendiri bingung mengapa mendadak ditempatkan di unggulan pertama grup ini. Maklum sejak mengamati Euro 2000 dan Piala Dunia 2002, mereka belum pernah lolos dua turnamen itu, bahkan melangkah ke play-off tidak, apa faktor Gareth Bale? Tapi di grup ini memang cukup menarik disimak karena hingga saat ini tidak ada yang terlampau superior. Wales dan Belgia masih berkejar-kejaran di pucuk klasmen. Sedikit riak berupa Israel yang mencaplok peringkat 3 sementara. Bosnia-Heezegovina masih berpeluang menyalip. Dan persaingan dua negara ini agaknya lebih menarik mengingat kualitas negara yang tidak jauh berbeda, bahkan bisa jadi Belgia ataupun Wales malah dikudeta dan musti merangkak dari jalur play-off.

Bagaimana dengan Grup C? Di sini nama besar Spanyol sebagai juara bertaham di dua kompetisi EURO terkini tidak menjamin mereka melenggang mudah. Negara kuda hitam bernama Slovakia menempel ketat dengan raihan poin sama. Ada pula Ukraina yang menguntit di peringkat 3 dengan 15 poin. Artinya 3 negara ini masih mungkin ada yang terseret ke peringkat 3. Namun setidaknya mereka aman dari ancaman peringkat 4.

Hampir sama dengan Spanyol, Jerman (16) juga ditempel oleh Polandia (14) walau ada gap 2 poin. Jangan lupakan juga Irlandia dan Skotlandia yang asyik mengintip peluang di peringkat 3 dan 4 dengan 12 dan 11 poin. Peluang Jerman dan Polandia terlempar dari dua besar masih ada tapi dengan stabilitas pemain yang dimiliki, kedua negara ini lebih punya keunggalan internal.

Barangkali tidak ada yang menyangka Irlandia Utara menjadi pucuk pimpinan klasmen. Barangkali tidak ada pula yang menyangka Rumania dan Hungaria sedang berebut peringkat 2. Kondisi yang tentu membuat iri Belanda dan Turki di grup A. Lah emang siapa inggulan pertama grup F? Barangkali ekonom lebih punya penjelasan mengapa Yunani yang menjadi unggulan pertama (karena status juara EURO 2004 dan langganan dua piala dunia terkini) justru hancur lebur di dasar klasmen. Apakah memang remuknya ekonomi mereka berdampak pada peringkat klasmennya? Padahal, tanpa memandang remeh Rumania dan Hungaria, Yunani punya banyak kenyamanan persaingan di grup ini pascapembagian grup. Tapi sudah dipastikan federasi sepakbola Yunani  tidak perlu meminta APBN untuk mengikuti EURO 2016.

Grup E berjodoh dengan Inggris yang sukses menjadi negaraertama yang lolos selaintuan rumah Prancis. Negara Swiss dan Slovenia gagal membentuk laju mereka. Malah Slovenia harus ditikung Estonia yang bercokol di peringkat 3. Swiss masih bisa bernafas lebih lega karena berpeluang besar meraih peringkat 2 untuk lolos ke Prancis.

Grup G barangkali lebih cocok mewakili kata Greget. Jelas greget karena ada tiga negara yang punya prestasi dan reputasi seimbang. Rusia, Swedia, dan Montenegro punya kualitas di dua aspek tersebut. Tapi justru Austria yang mencuri pucuk pimpinan dengan 19 poin dan setidaknya masuk tiga besar. Jika di 1-2 laga ke depan mampu mengamankan peluang maka mereka lolos ke Prancis. Nah, sejauh mana Rusia, Swedia, dan Montenegro mampu meredam persaingan mendadak ini? Raihan poinnya pun relatif tipis, yaitu 12, 11, dan 8. Rasanya Austria tinggal menunggu siapa yang menemani mereka di 2 besar dan siapa yang harus was-was di peringkat 3.

Italia dan Kroasia jelas diunggulkan meraih 2 besar, sedangkan Bulgaria menguntit di peringkat 3. Namun skenario itu tidak berjalan mulus. Italia (18) hanya berselisih 2 poin dari si peringkat 2, Norwegia (16) yang mampu mengangkangi Kroasia (15) di peringkat 3. Kroasia sendiri mengalami gangguan akibat perilaku fans yang rasis. Bulgaria? Mereka sudah dipastikan menjadi penonton di tahun depan. Menilik situasi ini, Italia perlu 1 kemenangan lagi untuk memesan hotel di Prancis sem bari menonton persaingan Kroasia dengan Norwegia. Itulah grup H.

Portugal dianggap hanya mampu direcoki Serbia dam Denmark. Tapi faktor politik berupa "kerusuhan" (gara-gara spanduk yang dibentangkan di atas lapamgan oleh sebuah drone) membalikkan kemenangan 3-0 atas Albania menjadi 0-3 untuk Albania. Pasca insiden itu, Serbia merosot tajam dan malah berkubang di peringkat 5. Albania? Mereka asyik menikmati persaingan sengit dengan Portugal dan Denmark. Komposisi saat iniortugal (12), Denmark (11), dan Albania (11). Jelas situasi rumit, bahkan bagi Portugal. Dari sisi politik dan selisih poin, grup I ini adalah grup neraka.

Purworejo: Temen Satu BEM Nikah, Beribu Tunas Kelapa, hingga all Sweety Meals

Purworejo, sebuah kabupaten di Selatan Jawa Tengah yang beberapa kali saya singgahi. Namun tidak seperti kesempatan terdahulu yang hanya numpang mandi, sholat, dan makan, kali ini destinasi utama adalah kondangan. Orang Purworejo mana yang saya (dan tentunya istri kunjungi)??

Dua orang yang di tengah itu tampak familiar bukan? Mereka adalah Bang Gheza feat. Mba Rahma. Dari tahun 2009 s.d. 2011 mereka pernah satu organisasi, yaitu BEM. Kebetulan di periode 2009 dan 2010 satu kabinet pula dengan saya. Jelas mengindikasikan bahwa keduanya bukan orang asing bagi saya. Malah Mba Rahma adalah kawan satu kosan dengan istri selama hampir dua tahun dan ikut menyaksikan akad saya dengan istri. Sebagai tambahan pernikahan keduanya memperpanjang jejak pernikahan satu organisasi yang ada di SC PDKT 2012 hehee

Nah sepanjang perjalanan saya tak hentinya menemukan tugu berupa tunas kelapa di kanan kiri jalan. Tampak familiar mengingat itu adalah icon dari Pramuka. Tapi di Purworejo memang banyak sekali pohon kelapa. Atau jangan-jangan ini juga basis kuatnya kepramukaan di Kwarda Jateng? Mungkin hehee

Nah, yang menarik adalah komentar istri saya bahwa hidangan di sini yang sangaaat manis. Entah karena mengonsumsinya di samping saya atau bagaimana :v. Tapi kultur Jawa yang punya sejarah tanam paksa tebu memang mendoring cita rasa makanan yang kuat dengan tipe manis.

Overall... Perjalanan ini berkesan, khususbya dari sisi silaturahim^^

Wiskul at Jejamuran

Pada Sabtu (5/9) lalu saya dan istri plus beberapa kawan berkesempatan wisata kuliner di Kab. Sleman, DI Yogyakarta. Tempat yang kami singgahi adalah Jejamuran yang merupakan rekomendasi salah seorang diantara kami pascakondangan. Saya sendiri nggak tahu wujudnya seperti apa, bahkan bingung tulisannya itu The Jamuran, d'Jamuran, atau malah Jemuran. Namun setidaknya kami punya tujuan jelas (lirik dua mobil sebelah wkwkwk). Lokasinya sekitar setengah hingga 3per4 jam dari pusat kota Yogya. Kalau dari ringroad, pastikan kita di Utara terminal Jombor. Bertempat di kawasan dataran agak tinggi dan tenang, Jejamuran cocok untuk wisata. Tempatnya bersih, termasuk toiletnya juga.

Sesuai namanya, di sini hidangan utamanya adalah jamur. Ada jamur tiram dan lain-lain (seriusan gw tahunya jamur ini doank) yang disajikan dalam berbagai rupa, mulai dari crispy, tongseng, hingga minuman kuning-biru (yang gw jg ga tahu apa namanya). Kreatif memang konsep yang digusungnya. Bahkan ada pula outlet yang menjual jamur untuk dikebunkan serta olahan lain yang cocok buat oleh-oleh, misalnya kripik jamur. Soal rasa dan porsi mantap bangetlah. Saya yang biasa "porsi kuli" cocok untuk makan di sini. Bagi yang gemar foto, ada banyak spot yang patut didokumentasikan di sini.

Estafet itu Dimulai dari Sini

Ceritanya nyambut maba UI via Welmab bulan Agustus 2015 lalu

Ini adalah momen untuk menyapa wajah-wajah yang akan mengisi dinamisnya Himmpas UI ke depannya.

Emang Metodologi itu Jodohnya?

Yuk ngomongin jodoh, bukan dalam makna pernikahan lho. Tapi terkait kesesuaian antara latar belakang permasalahan di dalam riset dengan metodologi yang dipergunakan. Tempaknya membosankan padahal nggak kok karena di si pni kita didorong berpikir logis terhadap kecocokan secara sistematis dan tidak didasarkan pada "penginnya saya" ataupun "disaranin pembimbing".

Ambil kasus penerapan COBIT untuk menyusun rencana strategis SI/TI (PSSI)? Apakah bisa? Hehee. Untuk memperoleh jawaban itu perlu banyak kajian literatur (yang kerap dianggap baa-basi plus nambah-nambah jumlah halaman aja). Tapi kembali lagi akan sangat konyol ketika saat menerapkan COBIT untuk PSSI selama satu semester lebih namun terjadi berbagai kesulitan teknis karena konsep penggunaannya berbeda dengan tahapan riset yang direncanakan.

Masih tentang COBIT dalam mengevaluasi tata kelola TI
#ciee #cobitmulunihh
Ada lima domain dengan total sekian puluh processes. Saat memilih domain ataupun processes yang akan dijalankan perlu argumen yang kuat kenapa sebagai peneliti memilih "jodoh" bagian tertentu tersebut. Jika muncul beda intepretasi itu wajar dan justru di situlah seninya ilmu pengetahuan. Ada sisi manusiawi yang turut andil di dalamnya.

Lantas bagaimana mengutarakan maksud hati dalam memilih jodoh tersebut?
Tidak perlu banyak basa-basi. Ntar keburu ditolak (maksudnya ditolak pembimbing riset karena bahasanya dianggap amburadul). Sampaikan permasalahan inti yang ditemui apa. Oh ya untuk masalah inti itu jangan dipaparkan secara ngasal, maksudnya jelaskan sumbernya, apakah wawancara, apakah observasi yang valid, adakah data pendukung, dll. Lalu sampaikan bahwa metodologi yang akan dipergunakan/diusulkan memiliki tujuan dan menjadi solusi yang sesuai dengan masalah sebelumnya. Jika perlu gunakan kata-kata kunci yang menjadi penghubung antara masalah inti dengan metodologi tersebut. Oh ya gaes, satu lagi nih, jangan lupa pakai teknik mengutip yang baku agar tidak dijegal pengadilan plagiarisme.

Salam

Remote Projects for Social Passion

Masih ada tanggung jawab di Depok, tepatnya "kontrakan" bernama Himmpas UI. Kenapa disebut "kontrakan" karena status sebagai mahasiswa sudah lekang dengan kondisi lulus. Tapi biatlah (perlahan) "kontrakan" itu menjadi "rumah" yang tentunya takkan melebihi nilai rumah saya yang sebenarnya di Bandung. Yapz, domisili di Bandung mendorong saya banyak melewatkan sederet agenda bersama kawan-kawan Himmpas UI. Saya menyebut iu bagian dari dinamisnya situasi dalam berorganisasi. 

Barangkali faktor kebetulan diamanatkan menjadi tukang desain di dua proyek sosial Himmpas UI yang menjadi jembatan saya perlu ke Depok walau itu sangat jarang. Hampir 95% peran saya dokerjakan melalui teknologi jarak jauh, terutama internet. Salah paham, kurang puas, revisi, ah itu biasa dalam sebuah proses kreatif. Hanya saja skala tantangannya melebihi kolaborasi secara langsung.

Entahapakah saya bisa survive dengan situasi remote ini mengingat banyak hal-hal yang memaksa saya mengeluarkan daya pikir saya. Namun selama masih bisa memberi, kenapa harus berhenti.

Dimulai dari Diri Sendiri

Tak mungkin orang-orang di sekitar kita berkarakter persis seperti kita damba. Riak bukan hal yang tabu selama bisa terkendali. Rasa kesal bukan aib 'tuk disesali jika mampu memberi arti belajar.

Boleh jadi kita geram dengan kepiawaian orang menyela pendapat. Di saat jengah jelas sikap tadi bumbu untuk suntuk melanjutkan perbincangan.

Boleh jadi kita sepat dengan tradisi orang lain mencari orang yang oatut dipersalahkan. Lebih akut bila kita berada di pihak itu tanpa ada daya orang mendengar penjelasan kita.

Namun sudahlah itu akan menjadi jelitanya asam tiada muara. Sekali dua kali kita mencoba bersabar. Tiga empat hingga sepukuh kali kita mula menghela nafas panjang hingga menggelengkan arah. Seterusnya temaram menjadi selaput ego kita. Geram dengan diselanya apa yang kita sampaikan. Sepat dengan dipersalahkannya kita. Baiknya kita mulai dari diri sendiri untuk menyolusikannya.

Mulai dengan memberi maaf
Mulai dengan bersikap tegas tanpa keras
Mulai dengan memberi teladan

Debutan dan Mantan (Jebolan) European League Fase Grup

Jika sebelumnya kita menyinggung siapa-siapa saja debutan plus mantan UEFA Champion League, maka di sesi ini dikenalkan sekelumit duakelumit kasus serupa di European League. Diawali dari 7 klub debutan di turnamen yang menjadi suksesor dari UEFA Cup sejak 2008.

Pertama ada FC Ausburg, wakil dari Bundesliga yang mengawali kiprahnya di kompetisi antarklub Eropa dimana pada musim lalu Ausburg menggapai peringkat 5 sekaligus mengingguli nama-nama tradisional macam Dortmund, Hertha Berlin, Schalke 04, Wender Bremen, hingga VfB Stuttgard. Kemudian ada wakil negara Monako yang berkiprah di Ligue 1, kompetisi nomor wahid negara Prancis, yaitu AS Monaco. Klub ini sebenarnya alumni UCL musim lalu namun kemerosotan prestasi membuat mereka musti merangkak di kompetisi di bawahnya, European League. Di era grup UEFA mereka hanya pernah pentas di 2005-2006. Groningen menjadi klub Eredivisie yang mewarnai kompetisi ini tanpa aksen merah atau putih sebagai 5 klub biasanya (Ajax, PSV, Feyenoord, Twente, dan AZ Alkmaar). Beranjak ke FC Sion, wakil dari Liga Swiss. Tidak banyak yang saya tahu dari klub ini karena FC Basel lebih familiar sebagai icon Liga Swiss. Midtjylland yang menjadi jawara Danish Alka alias Liga Denmark juga patut diwaspadai setelah mereka mampu meruntuhkan hegemoni Kobenhavn do kompetisi domestik musim lalu. Skënderbeu Korçë jadi deputi tunggal Albania, bahkan menjadi klub Albania pertama yang melaju ke fase grup di kompetisi European League dan UEFA Cup. Belenenses menjadi wakil Liga Portugal yang turut meramaikan persaingan di kompetisi ini, tak patut disepelekan karena Liga Portugal pernah menorehkan all-Portugal final antara FC Porto vs Sporting Braga.

Ada pula jebolan masa lalu European League tingkat fase grup, yaitu Ajax Amsterdam, Borussia Dortmund, dan Lech Poznań. Siapa yang tidak kenal Ajax Amsterdam? Mereka pernah menorehkan satu title UEFA Cup plus beberapa trofi UCL. Sebenarnya pun ini bukan kompetisi asing bagi mereka. Beberapa musim ini mereka berstatus konektor UCL dengan European League lantaran raihan peringkat 3 di grup UCL sehingga terdampar di European League berpapasan dengan klub-klub yang lolos grup EL. Dortmund? Ah mereka belakangan menjelma sebagai klub yang diperhitungkan di pentas UCL dengan partisipasi terakhir di EL pada 2010-2011. Poznañ barangkali lebih asing mengingat kompetisi asalnya, Liga Polandia kurang terpublikasi. Mereka yang juga alumni putaran grup LE 2010-2011 terpinggirkan lantara kedigdayaan rivalnya, Legia Warsawa sebagai wakil Polandia di kancah Eropa.

sumber gambar: telegraph.co.uk, wikipedia.org, matchprediction.com, birminghammail.co.uk, outside90.com, spazionapoli,it, espnfc.com, sbotetindo.com, kabarbola.com

Manisnya Survey Kualitas Informasi

Ada tiga hal menarik tang bisa dipetik dari proses survey kualitas informasi pada tesis saya yang lalu. Tiga hal ini disusun tidak berdasarkan prioritas, namun beriringan dan malah saling melengkapi. Ketiganya tidak diajarkan di bangku kuliah, jadi perlu bantak belajar di berbagai sawah lainnya.

1. Memanfatkan koneksi
Alhamdulillah Allah mengizinkan saya "pecicilan" di beberapa "sawah" dan mempertemukan saya dengan orang-orang yang beranekaragam namun punya satu kesamaan: gemar membantu. Berbekal daftar kawan di email, phonebook, hingga social media, saya bersyukur mampu menggaet responden dari berbagai daerah di Indonesia. Tentu ada peranan Allah yang menjadikan mereka berkenan dan sempat membantu. Terlepas dari tujuan menggaet mereka sebagai responden, saya juga berkesempatan menggugah kembali silaturahim ke sempat tersendat karena perbedaan ruang saat ini.

2. Berbahasa santun
Jelas bukan hal yang mudah bagi introvert macam saya untuk mengungkapkan niat "nembak" seseorang agar mau menjadi responden. Ya iyalah, kalau asal tothepoint ya jadinya tersinggung karena mengesankan kita seenaknya saja menghubungi kalau lagi butuh. Maka perlu disusun kalimat yang nyaman dibaca. Lebih dari itu, karakter orang beragam turut mendorong saya memodif kalimat minta tolong agar sesuai dengan si pembaca.

3. Kejujuran
Lho bukannya ini sepele? Siapa bilang? >_< Justru kejujuran patut dijunjung tinggi. Pertama jujur mengenai maksud kuesioner kepada calon responden. Kedua jujur terhadap dosbing dan dosji tentang hasil survey yang diperoleh. Godaan untuk mengisi data fiktif tentu ada, namun karena ini untuk kebaikan apa layak dinodai kedustaan? #tsaah

Nuhun kepada seluruh responden, termasuk calon responden yang berhalangan untuk berpartisipasi.