Ayo Belajar Pemetaan

Peta, identik dengan gambar yang njelimet, tulisan kecil, dan tentunya simbol-simbol yang ahhh menjemukan. Weits, nanti dulu gaes. Di balik kesan membosankannya, ternyata peta menyimpan berbeda pesan tersembunyi butuh perasaan peka dan romantis #ceileeehh dari pengamatnya untuk memahami bagaimana wilayah yang ada di peta tersebut perlu dikembangkan.

Mmm, sebelumnya bukan bermaksud menjelekkan kurikulum di Indonesia, tidak sama sekali, hanya bermaksud memberi masukan yang semoga bisa menginspirasi. Seringkali kita hanya diajarkan hal-hal yang bertujuan mengejar nilai raport terkait dengan pembacaan dan penerjemahan peta.

Ya kita tahu ada pulau yang berbentuk backslash di Barat Indonesia, yaitu Sumatera, ada pulau yang membentuk huruf K di tengah Indonesia, yaitu Sulawesi, hingga ada pula dua yang seperti badan burung, yang satu kecil, yaitu Pulau Bali, dan satunya lagi besar, yaitu Pulau Irian. Masih wajar kok hal seperti ini dimaksudkan sebagai pengenalan. Namun perlu perbaikan di tataran pendidikan menengah dan menengah-atas terkait penerjemahan peta, yaitu terkait pengolahan informasi. Peta merupakan rangkaian informasi yang disajikan dalam bentuk visual, sehingga perlu penerjemahan yang dibiasakan agar si manusia tersebut terbiasa menangkap peluang terkait "mengapa" dan "bagaimana kalau". Alhasil sumber daya penerjemah peta di Indonesia (dalam arti stok analisnya) relatif rendah. Justru jadi suatu kesombongan (saya garis bawahi, kesombongan, bukan kebanggaan) ketika bisa mendatangkan analis peta dari luar negeri. Kalau ndatengin orang luar buat ngajarin make komputer ya masih wajar lah karena komputer asalnya dari Amerika. Kalau ndatengin pelatih bola dari luar negeri ya maklumlah karena budaya sepak bola di luar negeri jauh lebih pesat. Nah kalau analis peta? Mmmm, karena ilmu membaca peta memang di luar sana lebih maju atau memang ktia yang tidak bisa mengenali bumi Indonesia sendiri ya?

Ada beberapa contoh unik terkait pemanfaatan peta, yuk kita ulas satu per satu

Sumber: www.worldcitiessummit.com.sg


Itu adalah peta Kota Bandung dengan berbagai aset yang sifatnya institusi pendidikan, sentra kreatif, objek wisata, serta pusat keramaian. Mangga dihitung informasi apa yang bisa didapatkan dari situ?
  • Institusi pendidikan (ungu) banyak berkutat di kawasan seni, budaya, dan pariwisata.
Kalaumau diolah lanjut maka perilaku konsumtif mahasiswa di Bandung cenderung ke tiga hal itu (sok atuhlah disensus pengeluaran buat beli buku dan jalan-jalannya sebulan seberapa?)

  • Industri tekstil dan percetakan condong wilayah Tengahdan Timur (tapi di daerah lain ada hanya saja tidak masif).
Jadi kalau mau buka usaha usaha akan lebih berkurang saingannya jika tidak di daerah Barat, namun masyarakat sudah terlanjut ke wilayah Barat sehingga perlu tenaga lebih untuk berpromosi.

Itu baru dua lho, kalau mau disebut satu per satu, bisa keburu Indonesia lolos Piala Dunia #eh #sorisori Belum lagi jika dikaitkan dengan informasi lain dari sumber lainnya, misalnya lokasi pintu tol sehingga bisa diprediksi area yang macet saat akhir pekan.

Kemudian para bank-bank, baik negeri maupun swasta yang pastinya memiliki peta yang menggambarkan lokasi ATM yang mereka punyai di berbagai kota di Indonesia. Di sini pemetaan berperan untuk mengetahui apakah kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi ataukah belum. Jika peta ini digabungkan dengan informasi dari statistik lain maka aduhmakin romantislah relasi antarinformasi tersebut. Misalnya kenapa di (sebut saja) Balapulang ATM Bank XYZ didominasi oleh nasabah asal (sebut saja) Margasari? Bagaiman kalau di Margasari dibangun ATM Bank XYZ?

Ada yang pernah membuat peta kampus? Ya minimal saat ospeklah ya...
Coba perhatikan ada apa saja di kampus serta lingkungan sekitar kampus. Dari situ mari kita mulai dari satu atau dua sudut pandang pemecahan masalah.

Mulai dari mana ya? OK misalnya harga kos. Buat coret-coretan kecil berisi harga kos di berbagai daerah sekitar kampus. Sangat mungkin ditemukan beberapa daerah yang harga kosnya terlampau tinggi atau bahkan terlampau rendah. Lho kenapa bisa gitu ya? Fasilitasnya wah kah makanya mahal? Airnya terlalu kotor kah makanya murah banget? Sering kemalingan gitu makanya murah? Dari harga kosan saja kita bisa mengekstrak kulit buah pengetahuan gaes...

Jadi inget nih tentang Desa Binaan. Yang sering bikin puyeng dan nggak selesai-selesai beresnya mahasiswa membina daerah sekitarnya adalah terlalu luasnya jangkauan wilayah. Akan lebih bagus ketika para ketua ormawa berkumpul, dan merundingkan pembagian tanggung jawab binaan. Biar nggak ambigu, saya ulangi lagi "pembagian", bukan pemisahan. Jadi akan ada ormawa yang mengurusi geografis tertentu, misalnya (sebut saja) Bojongsoang. Ada pula yang fokus di bidang tertentu, misalnya (sebut saja) KSR di bidang gizi masyarakat. Ataupun satu ormawa mengelola dengna durasi waktu tertentu dan diestafetkan ke ormawa lain. Dan konsep pembagian tanggung jawab itu akan lebih dilakukan ketika dilakukan pemetaan terhadap kondisi realitas di lapangan dan apa yang menjadi ekspektasi alias harapan seharusnya.

Aduh mulai sempyongan ini ngantuk kepala. Well, lanjut besok-besok lagi, semog amenemukan indpirasi :)

Pengalaman vs Penglamaan

Komparasi ini pertama kali saya dengar di perkuliahan RMSW oleh Pak Riri Satria. Agak terkesan guyon, tapi ternyata ini menjadi fenomena yang menarik dibahas, khususnya dalam mengupas karir di bidang TIK. Ujung-ujungnya mah kita dihadapkan pilihan, mau yang berkualitas apa cuma kuantitas. Nah menarik nih diulik satu per satu.

Pengalaman merupakan hasil pembelajaran selama kurun waktu tertentu disertai pembelajaran sehingga terbentuk peningkatan kompetensi. Di sini terjadi pembangunan kualitas. Bahkan ketika kurun waktu itu bertambah, yang terjadi bukanlah stagnan di kondisi saat ini. Jika ditarik formula karya dibagi durasi waktu maka dihasilkan sebuah nilai produktivitas yang sudah cukup menjadi bukti pengalaman.

Sebaliknya, penglamaan merupakan kondisi dimana wkatu terus bertambah namun tingkat kompetensi tidak mengalami peningkatan. Jika formula yang tadi diterapkan maka yang terjadi adalah nilai produktivitas yang relatif lebih sedikit. Lebih jauh lagi, penambahan kurun waktu justru menjadikan nilai produktivitas makin menurun.

Dua kondisi itu sebenarnya berlaku pula masing-masing pada generalis serta spesialis.

Bagi generalis, dia mampu mencari tantangan baru walau cenderung beragam dan kurang mendalami. Namun di tiap bidang baru yang diselaminya, dia mampu menghasilkan karya yang bermanfaat sehingga "pengembaraan"-nya bukan sekedar numpang lewat, tapi merupakan cerminan kapasitas yang dinamis di berbagai "lahan".

Bagi spesialis, dia mampu menunjukkan diri sebagai orang yang fokus. Fokus di sini bukan berarti terkungkum di keasyikannya, melainkan benar-benar total menguasai sebagai "pemain" dan mampu berevolusi menjadi "kontributor" yang memahami perkembangan bidang yang ditekuninya dan aktif menerapkannya di berbagai kasus. Tak lupa dia memberi peningkatan kualitas di tiap karyanya. Sekali lagi digarisbawahi bahwa bagi seorang spesialis, pengalaman ditunjukkan dengan peningkatan kualitas walau bidang yang ditekuni cenderung seragam.

Missing Jacks

Baru sadar belum nulis artikel ini
Yeah, this is about kerinduan yang arggghhh kalau dikuantitatifkan itu bernilai 14 dari 10 (lhaa?). Bukan tentang seseorang, bukan sama sekali. Tapi ini tentang sebuah keluarga, keluarga tempat saya menikmati waktu yang penuh pembelajaran di penghujung masa kuliah di IT Telkom (kini Universitas Telkom). Ini bukan sekedar UKM, bukan pula sekedar klub olah raga, bukan juga formalitas, tapi ini sudah menjadi kenangan yang mengasyikan dan jujur bikin saya sempat (dan masih) kehilangan puzzle yang sudah terlanjur jadi agenda di Kamis malam dan Minggu pagi.

UKM Karate IT Telkom (kini UKM Karate Telkom University) agaknya udah langsung ketebak dengan berbagai clue di atas. UKM Karate IT Telkom merupakan tempat ketiga saya menimba ilmu ber-karate setelah sebelumnya saya menempuhnya di Dojo SMP N 1 Margasari dan Dojo SMA N 1 Slawi. Uniknya ada sejarah yang kembali berulang di tiga wahana ini, yaitu aktif justru di tahun terakhir. Yups, saya justru aktif di UKM Karate IT Telkom malah di semester 8 dan 9 tatkala kawan-kawan seangkatan saya sudah menanggalkan atribut UKM/himpunan/LK/BEM/lab-nya.

Berawal dari canggung, namun saya sungguh berterima kasih pada sosok berwujud Senpai Joko, Senpai Dhika, Senpai Icha yang sangat welcome menerima keberadaan saya yang hanya butiran debu #tsaah. Tidak pernah sesukukatapun keraguan dilontarkan terkait masuknya saya ke UKM ini. Sungguh itu adalah formula awal yang membuat saya betah dan nyaman berada di sini. Mungkin karena saya sudah menggemari Karate dari SMP maka tidak ada problema terkait suka tidak suka ke Karate, baik dari sisi olah raga maupun dari sisi pendidikannya. Namun untuk urusan bersosial, sungguh saya terbantu beradaptasi dengan keramahan orang-orang tadi plus kawan-kawan lain macam Anrio, Ibob, IRma, Onat, Mamat, Aziz, Adum, Dion, Edho, ah bisa jadi database tersendiri malah kalau harus saya rinci satu per satu hehee.

Sekali lagi Karate ini bukan perkara olah raga, namun juga ada unsur pendidikan, dan jika bicara koteks UKM maka ada unsur kekeluargaan di situ. Maka sungguh ada puzzle yang tatkala perlahan lenyap dari rutinitas sudah barang tentu ada kejanggalan. Dan itu yang saya rasakan. Aneh rasanya ketika saya berkunjung ke latihan Minggu pagi pekan lalu. Agaknya ada bisikan "kenapa cuma nonton? harusnya ada di tengah situ". Yups, setahun lebih kayaknya tidak lagi mengenakan tegi, dan sangat berharap bisa kembali ke Dojo, baik itu di SMP, SMA, ataupun di kampus.

jika memang untuk-NYA

Seberapapun jarak, tenaga, hingga risiko yang membuat kita melangkah sejauh ini tentunya akan tetap menyodorkan dua opsi pada kita


Meneruskan ikhtiar

atau

Balik kanan bubar jalan

Hak kita untuk menentukan pilihan
Hak kita pula untuk ber#SIKAP
Dan hak kita juga untuk meminta perlindungan pada-NYA

namun...
jika memang untuk-NYA...
maka bulat dan kuatkan niat bahwa pilihan itu semata karena Allah, bukan emosi temporer yang sangat individualis
maka kokohkan posisi sujud sebagai langkah mendekatkan diri pada-NYA
dan bertanggungjawablah pada keputusan yang kau ambil

Nasihat kali ini:
Bersandarlah pada Allah
Dialah sebaik-baiknya alasan untuk bersikap

Kyoto Inferno

Sejak muncul thriller-nya di awal tahun 2014 ini, tentu target utama adalah nonton movie dari RUrouni Kenshin, sebuah lakon drama asal Jepang yang diadaptasi dari manga tersukses di Jepang dan sukses parah juga anime-nya. Rurouni Kenshin kali ini mengambil fragmen berupa pertarungan Kenshin dengan Shishio Makoto beserta Jupongatana namun sekupnya hanya berlangsung di area Kyoto. Fragmen heroisme Kenshin Himura dalam memadamkan pemberontakan Shishio Makoto memang menjadi titik klimaks serial tersebut. Walau ada fragmen lain seperti versus Aoshi Shinomori, versus para ekspatriat asal Eropa s.d. ..., namun versus Shishio Makoto paling melegenda. Maka tak heran ketika Rurouni Kenshin versi movie muncul pertama kali yang dipertanyakan oleh masyarakat adalah kapan yang tanding lawan Shishio

Movie ini diawali dengan penyergapan yang gagal dilakukan oleh Saito Hajime terhadap Shishio. Penggambarannya sederhana namun sudah mendeskripsikan karakteristik idealisme masing-masing dari Saito dan Shishio. Penggambaran ini berupa Saito yang berhasil menerobos ke markas Shishio walau satu persatu namun anak buahnya hilang. Di sini sudah tergambar karakter Saito yang snagat fokus dan pragmatis terhadap apa yang menjadi target. Tapi Saito justru menemukan sebuah ladang api raksasa dimana polisi-polisi yang sudah ditawan dengan cara diikat di atas ladang itu satu per satu dilempar ke ladang dengan penuh sikap keji. Benar-benar menunjukkan "mahakarya" idealisme Shishio tentang "neraka". Yang makin gokil justru para pengikut Shishio di salah satu tribun kayu yang sedang berdoa (tentunya doa dengna tata cara doktrinnya Shishio) justru dirobohkan tribunnya untuk menghalangi Saito menyerang Shishio. Secara pribadi konsep opening ini memuaskan saya, apalagi aksi ber-katana-nya Saito juga mulai diumbar ketika dikeroyok pasukan Shishio. Justru di movie sebelumnya Saito relatif jarang ber-katana.

Selanjutnya di movie ini tanpa berbasa-basi, langsung dikisahkan Menteri Dalam Negeri, Okubo, langsung meminta Kenshin Himura untuk "angkat katana" memadamkan pemberontakan Shishio. Namun menjelang batas waktu berpikir Himura yang hanya seminggu, ternyata Okubo sudah dihabisi nyawanya melalui serangan Sojiro. Dari sinilah Himura memantapkan diri untuk melepaskan idealismenya yang pantang bertarung lagi. Dia mantap untuk berandil memadamkan pemberontakan Shishio. Sifat melankolis Himura saat menyaksikan tangis kelaurga korban pembantaian Shishio pada menjadi penentu kembalinya Battoushai. Kalau dipikir-pikir tujuan Himura dan Saito sama, yaitu memadamkan pemberontakan, hanya saja latar belakang yang berbeda, yang satu tidak ingin ada masa depan yang penuh penindasan, sedangkan satunya justru berorientasi pada loyalitas pada negara.

Keunikan movie ini terletak pada perombakan (walau tidak 100%) timeline yang sudah ada di anime dan manga-nya ke dalam "puzzle" baru di dalam versi movie. Sosok Aoshi misalnya, kisah terbunuhnya 4 rekan karibnya justru tidak berkaitan dengan Kiryu, melainkan keshogunan. Selain itu proses "training" Himura vs Sojiro juga dikisahkan tidak dengan proses mengendap-endapnya Himura bersama Misao, justru Himura yang diundang langsung oleh Sojiro. Tidak ada pula keterpurukan Kauro lantaran ditinggal Himura, bahkan proses akuisisi pedang baru Himura berlangsung tanpa keterlibatan aktif Misao serta kakeknya.

Dan yang paling membedakan tentu saja definisi Kyoto Inferno di sini. Agresi Jupongatana terhadap Kyoto ternyata menjadi teknik memancing perhatian kepolisian yang rencana utamanya adalah menyerbu Edo (Tokyo) dengan sebuah kapal perang. Memang agak sulit membayangkan sosok Himura yang mengejar Sojiro (beserta Kauro yang diculiknya) hingga jauh ke pinggir pantai. Di situlah Himura pertama kalinya berhadapan langsung dengan Shishio. Laga yang justru berakhir karena Himura memilih menyelamatkan Kauro yang dilempar ke laut oleh pasukan Jupongatana.

Hah?? Kauro dilempar ke laut? Terus Kenshin kemana?

Well, saksikan langsung saja biar bisa tidur nyenyak pas membaca artikel ini hehee

5mansaw1

Smansawie, kalau boleh jujur cuma seongok bangunan yang terletak di Jalan KH Wahid Hasyim
Saya pun cuma berseragam putih-abuabu (dan secara pribadi masih kurang yakin dengan definisi abu-abu di situ) plus batik hanya selama 3 tahun, dengan umur yang mencapai 23 tahun itu berarti hanya sekitar seperdelapan, jelas kalah lama dibandingkan kuliah di IT Telkom atau bahkan SD
Saya bukan orang berlimpah prestasi, justru banyak bandelnya, apalagi aktivis remidi

Saya sekarang cuma alumnus, yang saya kenal pun hanya guru-guru lama dan kebanyakan sudah pensiun.
Saya tidak pernah memberi donasi, tidak pernah pula datang langsung ketika kontingen ini
Saya kapan ya terakhir kali mampir ke sini? Sudah lama... bahkan cuma pake kaos oblong plus sandal jepit

Tapi Smansawie adalah...
Smansawie tempat saya bertemu sosok-sosok hebat, misalnya Arief Adityo, Ananta Esa, Relly Margiono, Aditya Setiaji, Mohammad Masykur, Tri Adi Wibowo, Prihadi Kurniawan, Norma Etika, Sucipah, Falah Syifa, dan beuhhhhh banyakkkkk bangetlah
Smansawie tempat saya menimba ilmu, baiknya yang hardskill dan softskill, dan manfaatnya terus lestari hingga sekarang

Dan sekarang...selamat berulang tahun 5mansaw1

I love this pressureable moments

Semester 1 lalu ternyata masih terhitung "nyaman" jika menengok kondisi sekarang. Lho ada apa sekarang? Sedaaappp...
4 mata kuliah yang aduh mama sayaaaaangeee....
3 pekan pertama langsung dijejali tugas berupa
- 2 kali analisis tesis di matkul SPIS plus 1 presentasi
- 1 makalah analisis korporasi di matkul SPIS pula
- 1 makalah analisis amazon di matkul IMC
- 1 pramakalah analisis korporasi di matkul IMC juga
- 1 bab terkait pratesis di RMSW
Ga kebayang kalau PITI juga latah mengeroyok hehee

Walau demikian gue masih sangat menikmati semester 2 ini. Alasannya ada 3
- target 3 semester, so harus bisa melewati terjalnya semester 2 ini
- gue niat jadi dosen jadi harus bisa menemukan formula terbaik buat jadi pendidikan yang inspiratif
- dahsyatnya cara berpikir yang cepat namun substantif dari para dosen yang menekankan kemandirian, sistematika berpikir, dan tentunya kekritisan memahami peluang berkembang

Mungkin mereka (tidak) lelah

Al Kahfi via @salamui

kenapa sih hari Jum'at di sunnahkan membaca #SuratAlKahfi ?

1. Hari Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan beberapa kejadian besar pada hari tersebut. #SuratAlKahfi
2. Dan juga ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya. #SuratAlKahfi
3. Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca #SuratAlKahfi . Kenapa ya?

4. Berikut ini merupakan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah membaca #SuratAlKahfi dan keutamaannya.
5. #SuratAlKahfi  1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
6. "Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq."
7. HR. Sunan Ad-Darimi. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib.
8. #SuratAlKahfi 2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bersabda
9. "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." #SuratAlKahfi
10. HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, #SuratAlKahfi
11. “Hadits hasan.” Beliau menyatakan hadits ini a/ hadits paling kuat ttg #SuratAlKahfi Syaikh Al-Albani menshahihkan dlm Shahih al-Jami’

12. #SuratAlKahfi 3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
13. “Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, -cont
14. akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” #SuratAlKahfi

15. Lalu, kapan kita membaca #SuratAlKahfi ?
16. Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
17. Salah satu manfaat membaca #SurataAlKahi yang tadi disebutkan; Balasan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at
18. berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan bisa jadi inilah maksud dari kata 'diisinari di antara dua Jum’at.' #SuratAlKahfi

19. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:
20. “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114) #SuratAlKahfi

21. Jadi, tunggu apa lagi ? untuk meniatkan dan melakukan baca #SuratAlKahfi setiap hari Jum'at :)
22. Sekian Salam jelaskan beberapa hal terkait membaca #SuratAlKahfi :)


Provocative Matchday

FC Barcelona versus Athletico Bilbao di Camp Nou
Jelas dari tajuk laga ini sudah bisa dipastikan bahwa Barcelona bakal mengenakan kostum home merah-biru (yang khas kota Barcelona) dan Bilbao mungkin mengenakan away atau boleh home. Dalam beberapa musim belakangan, malah laga tersebut ketika dipentaskan di Camp Nou pun tetap membuat Bilbao memakai jersey home mereka merah-putih (dan celana hitam). Faktor kebanggaan sebagai bagian dari 3 klub paling bersejarah di La Liga agaknya membuat FC Barcelona, Real Madrid, dan Athletico Bilbao ketika berlaga di kandang siapapun bakal tetap memakai jersey home.

Namun pertama kalinya pula dalam sejarah di stadion ini, Barcelona mengenakan jersey away di laga home mereka. Walau demikian, pemilihan jersey away ini sangat mengundang kontroversi, kenapa demikian??

Sumber: dailymail.co.uk


Musim ini Barcelona tetap mempergunakan merah-biru vertikal sebagai warna utama di jersey home-nya, kemudian merah jambu jenis "peachy" sebagai warna away, dan jersey third sendiri berwarna kuning. Tapi yang dipilih Barcelona untuk laga ini justru merah-kuning yang notabene jersey musim lalu. Jelas sebuah opsi yang sangat berisiko mengingat warna itu merupakan "implementasi" dari bendera senyera yang merupakan lambang pergerakan otonomi Catalan terhadap kerjaan Spanyol, bahkan bukan rahasia lagi bertujuan mendirikan negara merdeka lepas dari Spanyol.

Nuansa provokatif makin kental menyaksikan Bilbao yang justru memilih memakai jersey away mereka, yaitu warna hijau. Ada apa dengan Bilbao dan hijau? Sudah bukan rahasia lagi pula bahwa dataran Basque yang berbatasan dengan Prancis juga memiliki kepentingan yang sama dengan eprgerakan di Catalan, yaitu otonomi, bahkan mengarah ke arah kemerdekaan. Silakan pula cari sejarah tentang dua tim yang berstatus (nyaris) negara walau tidak diakui PBB dan FIFA, yaitu tim nasional Catalan dan Basque? Kedua tim ini masing-masing memiliki jersey home berwarna merah-kuning dan hijau. Dan kedua tim ini walau terhitung rival, namun jangna tanyakan solidaritasnya, sangat kompak dan saling mendukung.

Jelas bukan kebetulan jika yang dipertontonkan adalah jersey merah-kuning yang notabene jersey away (tepatnya away musim lalu) oleh Barcelona di kandang mereka sendiri dan jersey hijau hijau oleh Bilbao.

Usut punya usut, memang hal ini dikarenakan memperingati sebuah momen bersejarah di wilayah Catalan pada 11 September sebelumnya. Silakan dicari sendiri ada apa di 11 September itu o_O

Desk Research

Terdapat dua jenis riset berdasarkan proses perolehan datanya, yaitu:

  • Primary research, yaitu riset yang sumber datanya diperoleh dari sumber di lapangan, baik yang bersifat positivist maupun interpretive.
  • Secondary research, yaitu riset yang sumber datanya diperoleh dari pihak lain. Beberapa metode yang menjadi representasi jenis ini antara lain literatur pustaka, publikasi ilmiah, browsing dari internet. Jenis riset inilah yang sering pula disebut sebagai Desk/Library Research.


Secondary research memiliki kunci pada kemampuan peneliti dalam melakukan analisis. Selain itu validitas informasi dan kredibilitas lembaga yang memublikasikannya turut memberi kontribusi kualitas secondary research. Riri Satria mengungkap sebuah analogi unik untuk Secondary Research, yaitu "research (is) above researches". Contoh yang jamak dijumpai di berbagai perguruan tinggi adalah proses generalisasi berbagai riset yang memiliki kemiripan sehingga terdapat pola umum yang berlaku. Generalisasi sajakah? Eiits, setidaknya terdapat tiga konsep


  • Generalisasi, yaitu penarikan model dari berbagai penelitian spesial/unik ke dalam pola universal
  • Korelasi, yaitu penelusuran hubungan antara suatu penelitian dengan penelitian lainnya sehingga ditemukan sebuah pola pengaruh
  • Komparasi, yaitu perbandingan kondisi antara sebuah penelitian dengan penelitian lainnya melalui karakteristik unik

Riset dan Lebih Dekat denganmu

Akhirnya masa-masa itu tiba juga. Eitss, ntar dulu, ini bukan ngomongin tentang romantika anak muda lho ya. Namun tentang upaya seorang butiran debu yang terus mencoba optimis untuk menggaet pendidikan di tingkat magister. Sebuah penelitian menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar dalam rupa karya akhir. Secara struktur kurikulum, pengerjaan karya akhir baru kick-off di semester 4, itu normalnya. Dan berhubung saya menjalani pendidikan dalam kondisi selalu di luar normal, maka saya akan meneruskan tradisi tersebut dalam konteks, bismillah, 3 semester. Padahal kondisi normalnya, semester 2 menentukan peminatan/stream plus topik. Penguatan pemahaman tentang dua hal tersebut dilakukan di semester 3 sehingga semester 4 barulah mulai proses implementasi, analisis, hingga pada akhirnya siap sidang karya akhir. Namun menginat 3 faktor, pertama biaya SPP yang relatif mahal (bagi saya), persiapan menuju sebuah rencana, dan tentunya akselerasi target kembali ke Bandung, maka saya menargetkan 3 semester sebagai durasi kuliah. Overekspektasi? Bukan, ini optimis. Menyiksa diri dan mengurasi waktu? Well, semua saya kembalikan pada Maha Kuat yang juga Memberi Kekuatan.

Hampir tiap hari gulang-guling, baik di kost, kantor, kampus Salemba, kampus Depok, tentu saja dengan teknis yang menyesuaikan kondisi tempat menggalau hahaa..
Beberapa target mulai mengerucut walau masih abstrak juga. Tentu dengan keunggulan dan kekurangan masing-masing. Sebenarnya gejolak dalam menentukan topik ini terkendala di beberapa aspek, diantaranya:
1. Masih belum yakin apakah akan tetap di Probindo Artika Jaya sehingga kecil kemungkinan mengambil studi kasus di Probindo AJ
2. Area yang diidamkan adalah antara software engineering atau data mining, namun sangat secuil dua area itu disinggung di dua semester ini. Palingan dikupas secara minor di SEPM dan DBT.
3. Goal akhirnya ingin menjadi dosen, dan masih sehingga agak condong ke area di nomor 2, namun isu area information system masih terlalu "romantis" untuk dibicarakan :) wah ada kemungkinan "dimutasi" ke FRI donk nantinya? wallahualam
4. KK berdasarkan mata kuliah pilihan dan skripsi tentang SIDE, khususnya COBIT, nah agak ragu nih apa mau "topik lama bersemi kembali" atau "move on" ke bidang lain yang lebih menantang dijelajahi.

Walhasil beberapa alternatif muncul sebagai opsi judul, diantaranya:
- standardisasi SI/TI di perguruan tinggi --> bisa dari human, data, app, dll
- SI/TI sebagai solusi utk ekonomi kreatif
- metode SE di dalam gave development
- SI/TI terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN

Melalui pencarian data pendukung yang berkepanjangan, baik komunikasi intrapersonal (kebiasaan unik saya) dan juga ke beberapa teman kelas, justru sebuah ide mengpaung memancing mata saya yang sedang berenang-renang di tepian lautan riset. Pancaran saya itu justru bersumber dari sebuah perguruan di Selatan kota ini, sebuah perguruan tinggi yang (formasi dahulunya) merupakan tempat saya tumbuh, yaitu Telkom University. Apa yang menarik dari situ? Well, sistem informasi (baik akademik, perkaryawanan, keuangan dll) tentu beragam (hampir mustahil menemukan sistem informasi yang benar-benar identik, toh kondisi manusia dan dinamisnya lingkungan tentu memberi efek perbedaan). Nah ketiga terjadi penggabungan tentu perlu berbagai strategi yang kemudian diimplementasi (baik yang maish sesuai rencana maupun tidak). Nah di situlah potensi riset yang menjadi sasaran saya.

Kebetulan saat mengetik post ini, lagu Juwita-nya Yovie and The Nuno ter-play. So ikuti saya reffain-nya sebagai inspirasi
"Risetku tak sekedar riset yang sesaat... Berikan kesempatan lebih dekatmu...
Risetku tak sekedar riset yang sesaat... Berikan kesempatan lebih dekat denganmu...nanti :) "

Sekarang sih Cenderung Visual

Visual atau audio? Pertanyaan yang agak sulit dijawab kalau ditanya cenderung yang mana kecerdasan saya. Kenapa sulit?

Saya bukan orang yang cerdas-cerdas amat. Sewaktu kelas X IQ sekitar 100, saat kelas XI sempat mencapai angka 140, sebuah fenomena yang masih kurang saya percayai hingga saat ini. Bahkan IPK saya saat S1 lalu hanya tiga koma lebih sedikittt banget, bukannya nggak bersyukur tapi memang saya bukan orang yang memiliki bakat intelejensia di atas rata-rata. Selain itu kalau dituduh cerdas secara visual maka saya jadi inget bahwa menggambar adalah sebuah mata pelajaran yang identik dengan angka 60 karena hampir di setiap tugas menggambar, sejak SD hingga SMP selalu meraih nilai itu. Saat SMA nilainya agak jadi 75 karena memang standar minimum kelulusannya jadi 75 hahaa. Pokoknya saya kalau nggambar, khususnya memainkan paduan pulas dna pensil sangat payah. 11 12 dengan kemampuan saya mengolah audio diri ini. Seni meusik adalah momok saya sejak SD walaupun secara kenyataan saya sangat menggemari musik, lebih khusus karakter vokal Katon KLa, Armand Gigi, Hyde L'arc en Ciel, hingga Ari Lasso dan Pasha Ungu. Tapi urusan menapaktialsi cadasnya suara mereka, walah jauh api dari panggang.

Sempat saya cenderung memiliki kecerdasan audio yang agak lebih karena kerap belajar sambil mendengarkan musik. Selain itu di ekskul Pramuka dan KIR, saya banyak melakukan diskusi personal sehingga dituntut segera mengolah informasi yang masuk melalui telinga alias format audio untuk ditindaklanjuti. Khusus KIR, segala penumpahan ide justru dilakukan di dalam format tulisan rapi dengan balutan ejaan yang (entah kenapa terus?) disempurnakan. Bagaimana dengan kecerdasan visual? Menggambar grafik sering salah, menafsirkan gambar ilustrasi di soal fisika dan biologi juga sering salah, mmmm, maklum aktivis remidi :) Bahkan di kelas XII, tugas Gambar Teknik membuat saya puyeng tak karuan. Ide ada namun implementasi melempem wkwkwk. Itu juga alasan saya tidak jadi melanjutkan pendaftaran online di sebuah jurusan teknik bangunan yang bakal sering ngegambar.

Namun kondisi justru berbeda saat saya kuliah S1. Karakter introvert saya mencapai klimaksnya. Jauh dari lingkungan keluarga serta teman-teman yang selama ini kerap asyik diajak suka dan duka. Boleh jadi di situ karakter kecerdasan audio saya mengalami penurunan. Walau demikian kesensitivan saya atas apa yang diutarakan orang masih kuat hahaa. Sebaliknya di S1, banyak kondisi yang menuntuk saya berpikir secara runut dan fokus sehingga perlu mempersiapkan ide secara matang melalui mind-map yang digambarkan secara visual. Begitu pula konten perkuliahan yang sarat dengan gambar-gambar penuh nilai filosofi, mulai dari Entity Relationship Diagram, Context Diagram, Use Case beserta komplotan UML-nya, Gannt Chart, hingga ranah-ranah implementatif macam TOGAF, Zachman dll. Sehingga kebiasaan menggambar yang sifatnya mengedepankan esensial, bukan artistik, mulai terbangun.

Bagaimana dengan dunia kerja serta lingkungan S2? Kurang lebih ekosistemnya seperti di S1? Ya iyalah jobdesc dan jurusan masih mirip dengan disiplin ilmu di Indonesia
Dan lambat laun, tiap kali ingin mengutarakan berbagai pendapat, ide, rencana, hingga hal-hal yang konseptual maupun teknis maka kerap saya gambarkan terlebih dahulu dalam desain visual. Bagi saya sendiri, kecerdasan audio ataukah visual itu bukan hal yang tidak usah dilebih-lebihkan. Yang paling utama tentunya kecerdasan untuk saling memahami. Tentu sangat tidak relevan menolak opini orang yang berbeda karakter visual ataukah audionya. Akan lebih memang ketika kita bisa mengetahui kecenderungan yang mana pada lawan biacara ktia sehingga bisa saling memahami kreativitas yang ingin diutarakan.

Poris van Java

Saya punya sayap, sayap itu merupakan sirit yang "kasat mata" dan melayangkan saya ke langit penuh optimisme. Dan thaukah kau kawan apa yang kumaksud dengan "sayap" itu? Kesederhanaan dan memesonanya silaturahim. Dan beruntungnya saya karena Allah memberi saya kesempatan mengenal orang-orang hebat yang sangat menghargai persahabtan dan senantiasa melestarikan silaturahim yang telah terbina itu.

Terima kasih Mas Esa dan Mba Aas yang udah mengajak untuk silaturahim ke rumah Mas Bayu Lesmana dan Mba Hezti Wiranata. Sebuah kesempatan yang spesial karena memang bagi saya kespesialan sebuah persahabatan itu kerap terjadi ketika seseorang sudah membukakan pintu rumahnya. Bahkan walau ada orang tipikal tertutup tingkat akut, ketika dia sudah mempersilakan orang lain berkunjung maka itu ada lah undangan spesial yang menunjukkan komitmen dia dalam bersilaturahim.

Terima kasih pula Mas Bayu Lesmana dan Mba Hezti Wiranata atas jamuannya. Tak lupa aku kirimkan doa agar diberi kemudahan, kekuatan, serta barokah pada saat nanti proses kelahiran putri pertamanya :)

Flood Color

Lagi ketagihan game ini...
Simpelnya itu lho yang saya demen...

It's about Dashboard

Berawal dari proses riset mengenai pengembangan Dashboard sebuah Portal yang sedang tim saya kembangkan maka saya menemukan beberapa panduan baik yang bersifat teknis maupun konseptual terkait desain visual dahboard di sebuah sistem informasi (pada tataran aplikasi).

Secara konseptual, perumusan dashboard perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Latar belakang
Apa yang menjadikan dashboard perlu ada. Apa benar harus ada? Kalau iya, apakah akan "lebih" memudahkan user?

Profil pengguna
Di dalam sebuah websit etentu ada berbagai jenis pengguna, mulai dari visitor, pemilik akun, kontributor, editor, adminsitrator, hingga executive management. Nah masing-masing jelas punya otoritas dan kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Nah, perlu ada modifikasi tampilan serta keamanan agar dashboard bagi masing-masing level tadi dapat sesuai kebutuhan

Ruang lingkup
Apa saja yang ingin di tampilkan? Reporting/KPI sajakah? Fitur apa sajakah? Archiving-nya perlu nggak? Kompilasi link dibutuhin kagak?

Dashboard != Portal
Jangan sampai konten di dalam Dashboard malah nyaingi Portal. Jika yang terjadi adalah ambiguitas konten, mending bikin aja Portal yang akan memunculkan fitur tertentu bagi yang sudah login tanpa memakai dashboard. Beres tuh. Artinya pahami apa bedanya, bedanya apa? Monggo di-searching dan dipahami dengan melihat berbagai aplikasi yang banyak kita jumpai di dunia maya :)

Dashboard pada WordPress.org

Dasboard pada aplikasi cPanel

Dashboard pada Google Analytics (konsep dashboard favorit saya)


Sementara itu, terkait hal-hal yang bersifat teknis, berikut beberapa panduannya, semoga bermanfaat:
Keep it Simple
Alasannya sederhana. Dashboard merupakan gerbang masuk yang intensitas penggunaannya relatif tinggi dibandingkan halaman lainnya. Artinya kesan pertama sekaligus doktrin kenyamanan website akan melekat erat dari bagaimana desain dashboard dibuat. Tidak perlu muluk-muluk dalam menumpahkan berbagai desain secara jor-joran. Tujuan utama dashboard adalah sebagai "kotak" yang berisi "catatan" apa saja yang bisa diperbuat dan dimiliki oleh pengguna di dalam aplikasi ini. Maka fokus kepada tujuannya dan sampaikan melalui desain visual yang sederhana dan langsung menuju ke fokus utama "catatan" tadi. Bandingkanlah website-website yang ternama seperti Google Analytics, MailChimp dll yang sangat memanfaatkan white space sebagai taktik untuk membuat user lebih nyaman mencerna informasi. Desain keduanya pun tidak muluk-muluk dan pemakaian animasi hanya seperlunya. So, fokus pada bagaimana informasi bisa dicerna tanpa berlebih-lebihan dalam menayangkannya.

Permainan Tab
Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh layar beserta keterbatatas mata kita menerima informasi yang disajikan, maka kita perlu membagi informasi ke dalam dua bagian yaitu active serta inactive. Pembagian ini bukan cuma nambahin "in" doank lho ya... Maksudnya tentukan mana yang bakal langsung muncul ketika pengguna masuk dan mana yang disembunyikan dulu dan baru muncul ketika user memintanya, yang pertama itulah active dan yang kedua adalah inactive. Pergunakan strategi tab untuk memudahkan user memilih mana yang active dan mana yang inactive. Tab dapat berwujud susunan vertikal maupun horisontal. Lakukan analisis berupa pengelompokan fungsionalitas ke dalam tab-tab yang sesuai serta rencanakan tampilan visual yang membuat user dapat menggunakannya dengan baik. Definisi baik meliputi:
-Tahu isi dari masing-masing tab apa walau belum pernah memakainya
-Bisa membedakan mana yang statusnya active, inactive, plus hover-nya

Penayangan Informasi
Ada banyak hal yang bisa dimuat di dalam dashboard, tapi sekali lagi dashboard bukanlah kamus lengkap yang memiliki semua yang diperlukan. Pilih kebutuhan masing-masing user, pahami karakter masing-masing jenis user dalam mencerna informasi, kemudian pilih jenis visualisasi yang cocok. Salah satu yang sering dimunculkan di dalam dashboard adalah pertumbuhan statistik. Dalam kasus tertentu, line chart akan lebih cocok dipergunakan, namun apabila informasi yang disampaikan adalah komposisi konten ataupun distribusi informasi maka jenis pie chart ataupun map chart justru lebih cocok. Dan jangan lupa warna dengan segala permainannya (tebal, kontras, hingga porsinya) akan memegang peranan terkait kenyamanan user.

Sesuai Brand
Sebuah website yang baik pastinya dan harus memiliki pola desain yang sudah standar. Proses standardisasi ini biasanya tertuang di dalam GSM (graphic standard manual) yang berisi panduan bagaimana desain-desain khas dari organisasi tersebut. Kalau tidak memiliki GSM, sebaiknya segera buat standar desain visual yang berlaku di dalam website dengant ujuan agar ada spirit yang kokoh ketika website ini akan terus dikembangkan fungsionalitasnya, misalnya bagaimana button warna dan ukurannya, bagaimana font-nya dll. Pergunakanlah standar tersebut di dalam mengembangkan desain visual pada Dashboard yang akan dibuat.

Dapat Dikembangkan untuk Masa Depan
Aplikasi website merupakan komoditas yang akan terus berkembang. Itu adalah persyaratan website yang baik menurut saya, kenapa? Penggunanya saja terus berkembang maka ada tuntutan untuk ikut berkembang sesuai kebutuhan manusianya selaku pengguna. Selalu ada potensi untuk memunculkan fitur baru ataupun parameter baru yang perlu ditampilkan di dalam dashboard. Maka rancanglah dashborad yang memungkinkan penambahan informasi yang bisa ditayangkan. Jelas suatu blunder kita penambahan sedikit informasi saja mengharuskan pembuatan dashbaord dari awal.

Pertimbangkan Versi Mobile
Era mobile phone, dari kosan, dari KRL, dari pelabuhan kita bisa masuk ke Dashboard. Artinya perlu diperhatikan rancangna desain visual yang cocok untuk dashboard pada versi mobile. Ini berarti kita memperhitungkan pula prioritas informasi, resolusi tiap objek dll.

Referensi: 

  1. support.gooddata.com, Design Tips for Best in Class Dashboards
  2. geckoboard.com, Designing and Building Great Dashboards - 6 Golden Rules to Successful Dashboard Design - Data Dashboards for Businesses
  3. designrope.com, 15 Inspirational Dashboard UI Designs

Policy Research, Ngopo Kuwi??

Kuliah yang impresif dan interaktif plus menarik dari Pak Riri Satria dalam kemasan Research Methodology and Scientific Writing. Kebetulan pekan kedua ini mengupas tentang Policy Research. 
Kenapa saya sebut emnarik karena ada beberapa hal yang membuat saya langsung terkilasbalikkan atas berbagai memori era skripsi di IT Telkom.

Policy Research, kira-kira diterjemahkannya riset kebijakan atau kebijakan risetnya? Sepanjang awal pengantar kuliah saya hanya bengong memikirkan terjemahan yang tepat. Beruntungnya momen saya terngantuk tidak sempat terpantau beliau (atau mungkin dia sadar namun tidak enak untuk menegur saya saking kasihan pada saya :( ) Oh ya, policy research diterjemahkan sebagai "riset kebijakan", maksudnya penelitian yang bertujuan menghasilkan rumusan strategi yang berkaitan dengan kebijakan, baik menginisiasi maupun mengevaluasi.

Oleh Pak Riri sendiri, disebutkan sebuah definisi singkat berupa "Research that aimed to create alternatives for decision making" serta definisi output berupa alternatif untuk pengembangan, baik organisasi maupun publik) Dengan demikian, ada dua jenis policy research, yaitu Policy making yang bertujuan menghasilkan produk kebijakan yang lebih baik, serta Policy analysis yang bertujuan menguji apakah kebijakan yang sudah ada bekerja sebagai rencana awal atau tidak.

Beliau mengutarakan tentang dua mazhab mayoritas tentang riset:
Pertama adalah Positivist Research, poin-poin utamanya:
  • Bersifat eksakta dimana data kerap direpresentasikan dengan konsep statistik
  • Proses prediksi data didasarkan pada data masa lalu dengan kondisi statis (tidak ada campur tangan pengubahan oleh manusia)
  • Menempatkan objek nyata sebagai data sehingga "wajib" dapat diamati


Kedua adalah Interpretive Research, poin-poin utamanya
  • Bersifat non-ekstakta (iki piye maksude yo? aku nambahi dewe' keto'e :v), ya intinya banyak informasi yang bersifat deskriptif
  • Kondisi dinamis sangat mempengaruhi prediksi masa depan
  • Menempatkan gagasan atau ide manusia sebagai data yang patut dikumpulkan dengan karakter kualitatifnya.

Contoh simpelnya dapat disimak ketika kita menebak skor pertandingan di sebuah liga. Sebuah tim yang di seluruh pertandingan sebelumnya tidak pernah menang maka tidak dapat diprediksi menang berdasarkan positivist research. Nah, kalau interpretive research maka kemenangan sangat mungkin terjadi berdasarkan strategi yang dipersiapkan oleh pelatih.

Kembali ngomongin Policy Research...
Dimanakah letaknya riset di dalam pembuatan sebuah kebijakan?

Sumber: Riri Satria, 2014

Di dalam perkualiahan dijelaskan tiga "step" di dalam pembuatan kebijakan umum, yaitu Policy research, Policy design, dan Finalize the policy. Ketiganya memiliki spesifikasi tahapan sebagai berikut.



Secara umum, riset perlu dilakukan sepanjang pembuatan kebijakan. Walau demikian apabila penelitian yang dilakukan berkaitan dengan perancangan  rencana strategis, maka riset akan banyak ditekankan pada ranah pertama alias Step 1, yaitu Policy Research. Mengenai langkah "taktik" agar perencanaan strategis tersebut mampu diterima oleh stakeholder serta realistis diterapkan dan ditetapkan melalui kebijakan formal, akan dimodifikasi agar itu dipersiapkan di Step 1 tersebut.

Oh ya, terkait riset, ada secuil kisi-kisi penelitian yang baik, apa saja hayo??

  • Theoritically/Conceptual Accepted, artinya ada dasar/kerangka pemikiran yang jelas dan berlogika serta tidak mengada-ada alias khayalan semata.
  • Politically Accepted, maksudnya riset ini merupakan payung untuk  kepentingan banyak pihak dan diterima oleh sebagian besar pihak yang terkait.
  • Legally (regulation) Accepted,  yakni sesuai dengan aturan hukum yang lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan aturan hukum lainnya

10 Kiat yang Ciat Ciatt Ciattt

Disarikan dari kajianislam.net karya Abdullah Hadrami, 18 November 2012 :)

1. Mempergauli istri dengan cara yang ma’ruf (baik)
Allah berfirman, artinya, “Dan bergaullah dengan mereka(para istri) dengan baik.” (QS. an-Nisa’: 19).
Ibnu Katsir berkata, “Berkatalah yang baik kepada istri kalian, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada istri. Berbuat baiklah sebagaimana kalian suka jika istri kalian bertingkah laku demikian.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir).

2. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal yang baik
Allah berfirman, artinya, “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf.” (QS. al-Baqarah: 233).

Dalam firman-Nya yang lain, artinya, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya.” (QS. ath-Thalaq: 7).
Rasulullah shallallohu ‘laihi wasallam bersabda, ketika haji wada’,

“Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita, karena kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. (sampai perkataan beliau) Kewajiban kalian kepada istri kalian adalah memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang ma’ruf.” (HR. Muslim no. 1218).

3. Mengajari istri ilmu agama
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Qs. at-Tahrim: 6).

‘Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah mengatakan, “Ajarilah adab dan agama kepada mereka.”
Ibnu ‘Abbas berkata, “Lakukanlah ketaatan kepada Allah dan hati-hatilah dengan maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah (berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka.”
Adh-Dhahak dan Maqatil berkata,“Kewajiban bagi seorang muslim adalah mengajari keluarganya, termasuk kerabat, budak laki-laki atau perempuannya perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang Allah larang.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir).

Mungkin Anda bertanya, “Bagaimana jika kita tidak bisa mendidik istri, karena kita sendiri kurang dalam hal agama?”
Jawab, hendaklah Anda memperbaiki diri. Berusaha untuk mempelajari Islam lebih dalam sehingga Anda bisa memperingatkan dan mendidik istri. Jika tidak bisa, hendaklah mengajaknya datang ke majelis ilmu sebagaimana Anda pun demikian. Atau, cara lain yang dapat meningkatkan keberagamaan Anda dan istri lebih baik dari sebelumnya.

4. Meluangkan waktu untuk bercanda dengan istri tercinta
Inilah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagaimana yang diceritakan oleh istri beliau, ‘Aisyah, Ia pernah bersama Nabi dalam safar(bepergian). ‘Aisyah lantas berlomba lari bersama beliau. ‘Aisyah berkata, Akupun mengalahkan beliau. Tatkala aku sudah bertambah gemuk, aku berlomba lari lagi bersama Rasul, namun kala itu beliau mengalahkanku. Lantas beliau bersabda, “Ini balasan untuk kekalahanku dahulu.” (HR. Abu Daud no. 2578).

5. Mengajak istri dan anak untuk rajin beribadah
Allah berfirman, artinya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” ( QS. Thaha : 132).
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Dan pukullah mereka jika telah berumur 10 tahun.” (HR. Abu Daud, no. 495).

Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya…” (HR. Abu Daud, no. 1450).

6. Melihat sisi positif istri Anda
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika sang suami tidak menyukai suatu akhlak pada sang istri, maka hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridhai.” (HR. Muslim, no. 1469).

7. Jangan memukul wajah istri dan jangan pula menjelek-jelekkannya
Mu’awiyah al Qusyairi, pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah bersabda,
“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan jangan engkau memukul wajah, dan jangan pula menjelek-jelekkannya serta jangan pula mendiamkannya(dalam rangka nasihat) selain di rumah.” (HR. Abu Daud, no. 2142).

8. Jangan meng-hajr (pisah ranjang dalam rangka mendidik) selain di dalam rumah
Allah berfirman, artinya, “Dan hajr-lah (pisahkanlah mereka) di tempat tidur mereka.”(Qs. an-Nisa: 34).
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di mengatakan bahwa maknanya adalah tidak satu ranjang dengannya dan tidak berhubungan intim dengan istri sampai ia sadar dari kesalahannya (Taisir al-Karimir Rahman, ibn Sa’di).

9. Membenahi Kesalahan Istri dengan Baik
“Dan berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan, karena sesungguhnya dia diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas, jika kamu berusaha untuk meluruskannya, niscaya akan patah, jika kamu membiarkannya, niscaya tetap bengkok, maka berwasiatlah terhadap wanita dengan kebaikan.” (HR. Muslim, no.3720).

10. Memberikan nafkah batin
Inilah salah satu pelajaran dari hadits Abu Darda’ berikut ini.
Nabi mempersaudarakan Salman dan Abu Darda’. Suatu saat Salman mengunjungi –saudaranya- Abu Darda’. Ketika itu Salman melihat Ummu Darda’, dalam keadaan tidak gembira. Salman pun berkata kepada Ummu Darda’, “Kenapa keadaanmu seperti ini?” “Saudaramu, Abu Darda’, seakan-akan ia tidak lagi mempedulikan dunia”, jawab wanita tersebut. Ketika Abu Darda` tiba, dia membuatkan makanan untuk Salman lalu berkata, “Makanlah karena aku sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak akan makan hingga kamu ikut makan.” Akhirnya Abu Darda’ pun makan.

Ketika tiba waktu malam, Abu Darda’ beranjak untuk melaksanakan shalat namun Salman berkata kepadanya, ‘Tidurlah.’ Abu Darda` pun tidur, tidak berapa lama kemudian dia beranjak untuk mengerjakan shalat, namun Salman tetap berkata, ‘Tidurlah.’ Akhirnya dia tidur. Ketika di akhir malam, Salman berkata kepadanya, ‘Sekarang bangunlah,’ Abu Juhaifah berkata, ‘Keduanya pun bangun dan melaksanakan shalat, setelah itu Salman berkata, ‘Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak, dan badanmu memiliki hak, istrimu memiliki hak atas dirimu, maka berikanlah hak setiap yang memiliki hak.’” Selang beberapa saat Nabi datang, lalu hal itu diberitahukan kepada beliau, Nabi bersabda, “Salman benar.” (HR. al-Bukhari, no. 968).

Eh Lilinnya Bagus

Betul juga kalimat "sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang sholehah". Kenapa? Well, karena saya belum menikah jadi ini opini yang berdasarkan kajian teoritis, istilah desk research.

"Loe punya perhiasan nggak? Kalo iya, bisa ngasih apa perhiasan loe?" Agaknya analogi tadi terlalu lugu. Tapi jujur saja harta perhiasan yang kita punya hanya menjadi simbol kekuatan ekonomi dunia kita saja. Namun bagaimana dengan istri yang sholehah? Silakan dijawab :)

"Kemana kita musti menjaga perhiasan kita?" saking berharganya perhasan, kita menyimpannya di brankas. Namun intinya justru mmbuat kita tidak tenang memilikinya. Justru waktu kita habis mengurusi perhiasan yang sekedar benda. Istri yang sholehah? Jelas berbeda. Dia adalah makhlul hidup yang dipercayakan kepada kita untuk menjaganya dan dia pun diberi kepercayaan oleh-Nya untuk menjaga kita. Saling jaga..saling asah...asih...asuh

Silaturahim Himmpas UI

Wadah muslim untuk mahasiswa S2, merupakan organisasi yang saya cari ketika awal masuk di Fasilkom UI. Lantaran tidak menemukan dan malah berpapasan dengan info rekruitasi FUKI Fasilkom, maka saya pun mantap bergabung dengan FUKI walau di dalam ekosistem tersebut, hanya saya seorang yang ber-S2, lainnya S1. Seiring proses adaptasi penuh keceriaan nan memesona (biar pas ama taglina FUKI 2014 #CintaMemesona), muncullah sebuah tantangan bersama untuk membuat film pendek oleh Media FUKI. Film pendek ini merupakan request dari Himmpas UI yang akan mengadakan Grand Launching di medio April 2014 lalu. Eh bentar-bentar, Himmpas? Kayak pernah dengar. Kalo nggak salah itu nama yang lazim dipakai oleh himpunan mahasiswa muslim yang lagi S2 ataupun S3 di beberapa perguruan tinggi, misalnya UGM, tempat Kang Fachrie menimba ilmu S2 Ilmu Komputer. Dan ternyata benar itu Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana Universitas Indonesia #jrengjengjenggg

Sempat bingung tapi pada akhirnya tetap bulat untuk berada di FUKI karena bagaimanapun juga niat saya bergabung adalah sebagai ladang amal dan ketika ladang amal itu berkenan menerima saya maka saya pun harus memegang teguh komitmen itu. Wallahualam

Di dalam proses pembuatan film pendek itu berkenalan kami (Media FUKI) dengan Kak Bayu, Ketua Himmpas yang berasal dari FKM. Proses pembautan video ini terbilang kocak karena dikisahkan "sesosok manusia" yang sedang melakukan perjalanan menuju ke sebuah tempat. Kenapa "sesosok manusia" ini saya beri tanda kutip? Karena terdapat tiga orang yang memerankannya, termasuk saya hahaa. Lalu kenapa pula saya singgung proses pembuatan film pendek ini?

Well, time flies and we'll never know exactly what/who will we meet...

Hari ini bertempat di aula Selatan MUI, sebuah silaturahim bagi mahasiswa muslim diselenggarakan oleh Himmpas UI. Agak surprise sekaligus deja vu juga ketika kembali bertemu dengan Kak Bayu. Himmpas ini sendiri baru diinisiasi tahun ini dan masih menginduk ke Salam UI. Wajar jika di awal tahun ini saya belum memperoleh informasi eksistensinya. Nah apakah nantinya saya akan terdaftar sebagai anggota ataukah tidak itu perkara formalitas. Secara organisasi formal prioritas organisasi saya saat ini adalah FUKI. Kalaupun nantinya terdaftar ataupun mendaftarkan diri sebagai anggota, it doesn't matter (mbuh iki opo artine :p). Yang pastinya harapan saya adalah bisa membuka pintu-pintu amalan baik di manapun saya bertempat.

Dan saya sangat tidak menyangka bahwa saya menonton film pendek tersebut di momen ini. Nuhun buat Kang Elka, Kang Ian, Kang Albab, Kang Acad, Kang Aril, dan Kang Acid yang udah bersusah-susah payah membuat film pendek ini.

Silaturahim ini sendiri menghadirkan pembicara, yaitu Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan FHUI, Pak Heru Susetyo dan moderator Kak Faiz Husnayain. Banyak inspirasi yang dihelat dan berseliweran sepanjang diskusi berkualitas ini.

Pertama mengenai prestasi mahasiswa muslim yang belakangan mulai meminor tatkala mahasiswa non-muslim dengan kesungguhannya justru mulai mendominasi deretan mahasiswa berprestasi akademik dan non-akademik. Kemudian dipaparkan pula harapan dia bagi Himmpas UI sebagai wadah yang mengakomodasi kebutuhan mahasiswa pascasarjana dari berbagai fakultas untuk bisa mengembangkan potensi dirinya, terutama terkait berkarya bagi Indonesia. Tak lupa pula dia memberi tips yang sangat penting, termasuk bagi saya, yaitu tentang perjuangan meraih beasiswa.

Sebuah kalimat menarik dilontarkan moderator di penghujung diskusi ini, yaitu "Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan .... silahkan diisi sendiri". Ya, sebuah pertanyaan yang hanya perilaku kita sendiri yang bisa menjawabnya. Kita tidak bsia menggeneralisasinya dengan "prestasi", "warisan", "hutang" atau apapun. Apapun yang kita tinggalkan itu adalah cerminan kualitas hidup kita

:)

Virtual Money

Ekonomi identik dengan kosakata "uang", sebuah benda yang menjadi pula pembeda antara si kaya dengan si miskin. Sederhananya ilmu ekonomi ya seperti itu. Perkara pajak, saham dll itu berakar dari uang, kadang dipanggil juga fulus, money hingga duit. Kita pun agaknya sepakat bahwa teori ekonomi menyatakan bahwa uang memeiliki fungsi sebagai alat pembayaran. Ada yang ingin menyanggah pendapat ini? Dalam teori ekonomi yang saya dapatkan di semester 5 SMP dulu, ada dua jenis uang berdasarkan wujudnya, yaitu uang kartal dan uang giral.

Uang kartal merupakan uang dengan kondisi jelas berupa benda yang diakui oleh negara sebagai alat untuk jual-beli. Saat ini uang tidak lagi diwujudkan dalam kertas yang diterbitkan oleh Bank Indonesia ataupun potongan logam melingkar yang dijuluki "receh". Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral adalah tagihan yang ada di bank umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau telegrafic transfer.

 Namun dalam perkembangan teknologi informasi, agaknya eksistensi uang dalam wujud virtual atau digital perlu dipahami dan diakui karena era digital sudah benar-benar melanda peradaban manusia, termasuk NKRI.

Pernahkah terlibat dalam transaksi mempergunakan e-banking?
Pernahkah membeli "ringtone" dengan memotong pulsa?
Pernahkah mempergunakan KRL sebagai transportasi?
Pernahkah mendengar istilah "bitcoin"
Keempat kasus di atas merupakan wujud dari uang yang tidak berwujud alias abstrak tersebut.

Lebih jauh lagi definisi uang menurut saya sendiri sudah tidak relevan lagi dipahami sebagai benda khusus, melainkan sebuah kemampuan atau daya untuk melakukan aktivitas ekonomi.

Bisa jadi ke depannya saya memperoleh gaji sekian juta lalu yang dislaurkan melalui rekening bank saya. Dalam langkah ini berarti saya tidak memperoleh uang secara nyata. Yang terjadi adalah deposito perusahaan saya dikurangi sebesar gaji saya dan deposito saya di bank ditambahkan sebesar gaji saya. Atau dalam kata lain, kemampuan perusahaan saya bertransaksi dipindahmilikkan kepada saya. Bagaimana kehidupan saya untuk mencari makan, naik angkot, atau bahkan ketika saya menyalurkan infaq? Sangat mungkin ke depannya saya hanya mempergunakan suatu kartu yang berisi kemampuan jual-beli saya yang akan berkurang ketiak saya mengambil hak milik berupa makanan, jasa naik angkot.

Namun akan timbul pertanyaan bagaimana dengan infaq? Jika sudah masuk ke ranah ini, saya mengambil sikap berhati-hati. Untuk proses transfer ATM mungkin masih mudah dilakukan karena cukup jelas pemindahan hak milik dengan satuan yang disepakati, yaitu Rupiah. Bagaimana dengan zakat? Bagaimana perhitungan nisabnya? Saya yakin bahwa saya memerlukan saran dan nasihat dari kawan-kawan yang memahami konsep dan implementasi syari'ah jika berhadapan dengna kasus-kasus itu, kasus yang bukan tidak mungkin ke depannya bakal terjadi.

8-Besar dan 16-Besar

Akhirnya proses seleksi tahap awal di ISL dan Divisi Utama Liga Indonesia telah selesai. Dari 22 dan 61 kontestan di masing-masing kompetisi tersebut, kini tinggal menyisakan 8 dan 16 tim saja yang masih memiliki harapan untuk memperpanjang nafas mereka. Gelar juara, tiket ke ISL sebagai kompetisi di atas mulai terbayang bagi 16 tim terbaik di divisi utama. Bagi 8 tim terbaik ISL, mahkota ISL serta tiket ke Liga Champion Asia/Piala AFC jelas menjadi hal menggiurkan yang patut diperjuangkan.

Sebelum memasuki libur Pemilu 2014 ini, masing-masing wilayah sudah mulai menyodorkan calon-calon penghuni yang berpeluang besar lolos ke 8 besar. Mitra Kukar, Persebaya, dan Persipura di wilayah timur serta Arema Cronus dan Semen Padang menjadi 5 tim di garda terdepan. 3 tiket tersisa musti dipertaruhkan hingga pekan-pekan akhir. Menjelang pekan terakhir Persib menjadi tim keenam dan disusul Pelita Bandung Raya dan Persela yang menggenapi kuota 8 klub ini. Beberapa tim yang masih menyisakan peluang hingga menit-menit akhir harus mengubur impiannya, yaitu Persija, Putra Samarinda, Persiba Balikpapan, dan PSM. Yang cukup nyelekit tentu nasib Persija yang mengalami kemenangan sia-sia atas Barito Putra karena berjarak sekian puluh kilometer di Timurnya, Pelita Bandung Raya memetik poin penuh atas Persita, tepatnya di Karawang (tempat bermusafirnya Persita). Kenyelekitan ini bukan sekedar selisih 1 poin di klasmen akhir, melainkan faktor BEPE20.

Lho kok bisa? Yups, bukan rahasia lagi jika nickname itu merupakan simbol kejayaan Persija sekaligus representasi kebertepuksebelahtanganan pemain dengan loyalitas tinggi namun tidak diperpanjang kontraknya. Dua kali "derby pribadi" antara Pelita Bandung Raya versus Persija berakhir imbang (2-2 dan 1-1) dan 3 gol Pelita diborong oleh Bambang Pamungkas. Menilik daftar pencetak gol, BEPE20 melesat dengan koleksi 9 golnya, bagaimana dengan pemain Persija? Butuh seorang gelandang bernama Ramdani Lestaluhu dengan 7 golnya sebagai pengumpul gol terbanyak di Macan Kemayoran.

Komposisi 8 klub itu memiliki makna yang nyaris unik, kenapa? Mari tengok sejarah Liga Indonesia dari tahun 1994 s.d. ISL (plus IPL) musim lalu. Persib Bandung juara Ligina 1994, Bandung Raya (dulu bergelar Mastrans, sekarang Pelita) juara Ligina 1995, Semen Padang juara IPL 2012, Arema Cronus juara ISL 2010, Persipura juara Ligina 2005, ISL 2009, 2011, 2013, Persebaya juara Ligina 1996 dan 2004. Artinya hanya Mitra Kukar dan Persela yang merupakan tim yang belum pernah menggapai titel juara. Bagaimana dengan para mantan juara? Ada Persik Kediri, Sriwijaya FC, dan Gresik United (dulu Petrokimia) yang terdampar di ranking 8, 6, dan 9 wilayah Barat. Sedangkan PSM Makassar hampir saja mencaplok tiket Persela namun trend dahsyat di pekan-pekan terakhir malah antiklimaks di Stadion Aji Imbut lantaran keok atas Mitra Kukar.

Bagaimana dengan 16 besar Divisi Utama

Pertama-tama selamat bagi Pro Duta, PSIS Semarang, PSCS Cilacap, Persikabo Kab. Bogor, PS Bangka, PSPS Pekanbaru, PSGC Ciamis, Persis Surakarta, PSS Sleman, Martapura FC, Persigubin Gunung Bindang, Persewangi Banyuwangi, Borneo FC, Persiwa Wamena, Persnga Ngawi, Persebo sebagai kontestan di grup J s.d. M babak 16 besar Divisi Utama.
Secara geografis provinsi, keberagaman "agak" lebih berwarna dan terpampang di komposisi 16 klub ini. Jika 8 klub ISL hanya bersumber dari 5 provinsi alias 5:8, maka tercatat 16 lub divisi utama di atas bersumber dari 10 provinsi berbeda. Artinya walau jumlah provinsi lebih banyak namun perbandingannya mirip.

Membandingkan kondisi finansial dan kekayaan skuad maka harus diakui bahwa Borneo FC dan Pro Duta berada di garda terdepan. Walau demikian, ada beberap aklub "mantan" ISL yang tentu memiliki motivasi untuk kembali ke hunian lama mereka, yaitu PSIS Semarang, PSPS Pekanbaru, dan Persiwa Wamena. Khusus Persiwa, tudingan "skandal" musim lalu tentu masih terngiang. Ya, kala itu sebuah rumor bahwa klub-klub lain berusaha "mengeroyok" Persiwa agar terdegradasi. Pengeroyokan  ini kabarnya lantaran Persiwa mempergunakan homebase di Kab. Wamena, sebuah wilayah di pegunungna Jaya Wijaya sehingga memakan biaya yang sangat besar dan sesampainya di sana justru Persiwa yang sering menang. Jika rumor itu benar tentu sebuah sikap yang tidak sportif.

Spirit unik juga digusung oleh Persikabo dan PSGC sebagai tim asal Jawa Barat. Jika mereka berdua bisa lolos ke ISL maka mereka akan menggenapi jumlah klub asal Jawa Barat menjadi 4 klub, artinya dominasi Jawa Timur yang menghadirkan 5 klub di ISL akan mulai tersaingi. Dan yang perlu dibayangkan kelolosannya bakal menghadirkan cerita unik tentu Borneo FC, sebuah klub yang justru didirikan oleh suporter Persisam (sekarang Putra Samarinda).

Ctrl+F Batam+IT

Ceritanya dikasih assignment untuk mencari nama yang cocok diundang ke acara Sosialisasi Portal IK di Kota Batam dengna constraint berupa subsektor teknologi informasi. Batam ya? Emang ada apa ya di sana? bidang IT ya? Kenapa nggak Bandung, Jogja, atau Surabaya? Kurang lebih begitulah gugam saya di awal assignment ini. Dengan demikian beberapa alternatif yang bsia diambil adalah dari kalangan bisnis, baik korporasi mapan maupun start up, bisa juga dari kalangan akademisi, bisa pula riset.

Hari pertama searching dengan kata kunci "IT" dan kota Batam. Nemu berbaga website yang memeprtemukan kata-kata kunci tadi, diantaranya direktori penanaman modal, dinas komunikasi dan informatika, dan berbagai direktori perusahaan yang berdomisili di Kota Batam. Mulai absurd, ketika coba menyusun mind map (lama kelamaan saya makin menyadari bahwa kecenderungan say aadalah kecerdasan visual, aya walau saya nggak cerdas-cerdas amat :v). Mind map itu berisi garis besar antara potensi, arahan strategis, kebutuhan dan penawaran antara Cetak Biru Ekonomi Kreatif, Kota Batam, perkembangan TI di Indonesia. Masih buntu juga, apalagi dateline ngoding juga memenuhi sticky notes saya, khususnya terkait lomba klip yang bakal dihelat di Showcase IK. Ah coba cari di YouTube dengan kata kunci yang sama. Aduh rekomendasi yang kelaur adalah berbagai pagelaran "ajeb-ajeb" di Kota Batam, lhaaaa =___________=

Esoknya mendadak tanpa sengaja saya menyadari bahwa trend IT saat ini yang menjadi keunggulan di Indonesia ada di dua poin, pertama mobile phone dan yang kedua adalah konten. Mobile phone hmmm... konten ya? hmmm. Eh kenapa nggak coba ngelacak ada nggak ya karya orang Batam di bidang mobile phone atau at least produk IT di mobile phone (khususnya Android, Win-Phone, iOS, dll) yang kontennya tentang Batam. Jreng jreng jrengggg. Langsung hajar bleh... Kenapa mendadak kepikiran hal itu? Untuk opsi pertama (orang Batam yang berkarya di bidang mobile phone) merupakan inspirator bahwa kalau mau tekun maka sangat bisa lho Indonesia merajai mobile phone sebagai produsen aplikasi. Sedangkan di opsi kedua lebih menyoroti adanya kreativitas konten yang mengangkat Kota Batam dengan seagala potensinya untuk dipromosikan.

Di browser sudah terbuka satu tab pencarian aplikasi Windows Phone, satu tab pencarian di Android, dan satu pencarian di iOS. Kali ini fokus di kata kunci Batam dengna harapan ruang lingkup pencariannya kalau nggak asal usul developer-nya yang dari Batam ya nama aplikasi/kontennya tentang Batam. Dan hasilnya yeaaaayyy Alhamdulillah dapat banyak sekali aplikasi dengan nama "Batam bla bla bla". Dikepoin satu per satu aplikasi itu oleh saya *naluri kepo saya agak tinggi*. Ada produk lokal ada pula produk asing. Dan munculs ebuah nama berinisial AS.

Si AS ini ternyata produktif banget menciptakan aplikasi di Windows Phone dan Android, dua produk mobile phone yang sedang meraja di Indonesia. Ternyata banyak produknya yang memiliki konten Batam dan Kepulauan Riau. Nyari profilnya di linkedin dan Google ternyata dia orang Batam yang pernah kuliah di Malaysia dan sangat gemar riset di bidang IT, khususnya perceptual computing. Produsen aplikasi IT tentang Batam dan asalnya dari Batam. OK klop banget dan langsung saya buat resume profilnya. Semoga di-acc dan bisa memperoleh kesempatan untuk mengontak dia lebih lanjut.

Hikmah dari pencarian ini:

  • Miliki profil yang baik agar ketika ada yang membutuhkan personal dengan kemahiran yang kita punya, maka orang itu bisa menemukan kita. Dan harus diakui si AS ini memiliki portofolio yang jelas dan terstruktur rapi.
  • Dalam mencari tokoh untuk sebuah acara, tentukan ruang lingkup, tujuan serta hal-hal lain yang menentukan kecocokan spesifikasi tokoh tersebut.
  • Uletlah dalam berupaya, yakinlah Allah akan menghadirkan solusi yang spesial.

Glori Glori UGC

User Generated Content saat ini mengalami masa kejayaan yang benar-benar cemerlang. Kenapa bisa dikatakan demikian? Alasannya ada pada dua alasan simpel.

Konten adalah raja
Yang menentukan website akan bertahan lama atau hanya seumur jagung (dan tamat riwayatnya ketika domain-nya habis) adalah bagaimana konten terus berkembang.

Visitor juga raja
Ini juga sama saja dengan alasan di atas. Keberhasilan sebuah website dalam parameter terukur terletak pada banyaknya visitor. Karena itulah ujung-ujung yang patut diperlakukan sebagai raja yang patut dilayani dengan sebaik mungkin, jika tidak makan sang raja akan mencari "pelayanan" yang lebih memenuhi kebutuhan informasi mereka.









Sedapnya Malam Soto

Wah, baru sadar bahwa saya belum pernah mempromosikan (btw yg bener 'memromosikan' atau 'mempromosikan' ya?) santapan lezat yang jadi menu wajib saya jika pulang ke Tegal raya, yaitu Soto Sedap Malam. Saya sendiri agak bingung apakah "sedap malam" merupakan jenis sotonya atau nama merknya. Di Tegal sendiri, khususnya kawasan Butak, terdapat banyak kedai yang mempergunakan nama "sedap malam". Apabila kita mengajak teman kita makan soto sedap malam maka kita langsung beranggapan yang akan disajikan adalah soto yang nantinya akan saya ulas di bawah. Justru jika kita menyebutnya "soto tegal" malah agak kikuk dan boleh jadi membalas tanya "emang ada ya 'soto tegal'?"


Hampir seperti soto-soto lainnya (agaknya) memiliki keseragaman sebagaimana framework masyarakat Indonesia terhadap definisi "soto", yaitu sajian kuliner yang berwujud sup dengan isi sayuran serta daging. Nah, terus apa yang membuat soto sedap malam ini "nendanggg" banget?


Pertama dari bumbu yang kita sebut "tauco", yaitu sambal yang dibuat dari kacang dan terasi *cmiiw

Kedua, sebelum disajikan daging, sayuran, dan nasinya direndam dulu di kuah/kaldu soto lantas diangkat kaldu tersebut dan diangin-anginkan sehingga cita rasa kaldunya terlebih dahulu meresap.

Ketiga, terkait krupuk ternyata tidak ada krupuk di soto sedap malam, ya tentu saja tidak ebrarti soto sedap malam pantang disajikan dengan krupuk, hanya saja sangat jarang idtemui komposisi soto sedap malam disandingkan dengan krupuk. Nah, tapi ada "pemeran pengganti" krupuk, yaitu tulang lunak yang telah dimasak dengna bumbu krispi. Gurihnya beuhhhh, kalau meminjam istilahnya Pak Bontan "maknyuss".

Terus terus terang sajian soto sedap malam merupakan hal yang saya rindukan sejak merantau di Bandung dan Jakarta. Belum nemu cabangnya di dua daerah ini, kurang tahu apakah memang tidak ada atau kurang apdet info :v.

Langit Legam

Langit legam
Tanpa bintang temaram
Duka dan suka sama saja dinginnya
Terbedakan hangatnya dalam kalbu

Langit legam
Awan pun enggan berloncatan
Tampak malu 'tuk menyapaku
Hingga bergulirnya mengerek pagi

Damai ... syahdu aku sendiri
Tiada ampun mengobati senyap ini
Semilir ... ketentraman saraf

Jadi pengikat asa di jembatan sana
Menghunuskan syair sajak kerinduan
Tentang dinamika romansa hikayatku

Berlembar Kisah Non-fiksi

"eh mas, K-nya KIR itu Kelompok atau Karya ya?" Itu pertanyaan paling sulit untuk disepakati jawabannya, karena emang dari jaman ber-romusha mengerjakan karya tulis di komputer SMA hingga kini di laptop masing-masing terus ada perdebatan itu. OK sip, aku ora arep ndebat perkara kui. Hanya sekedar menulsi bebas san lepas (khas gue banget nih :p) tentang sebuah ekstrakurikuler yang punya kespesialan tersendiri (ya sebenarnya Pramuka dan Karate juga punya kespesialannya juga lho). Singkat kata ada beberapa faktor yang menjadikan ekskul inni punya "space" tersendiri di sini (nunjuk ke jantung).

  1. Ekskul apa yang bikin saya pulang dari Slawi jam 9 malem? Cuma KIR lho. FYI: kalau Pramuka pasti langsung gelar tenda, bukan pulang malem-malem malah
  2. Ekskul apa yang bikin saya lembur ampe nginep di rumah pembinanya? Cuma KIR lho.
  3. Ekskul apa yang bikin saya ikut lomba tapi nggak pernah pulang bawa piala? Ya KIR doank.
  4. Ekskul apa yang bikin saya merasakan getirnya Bandung Bondowoso? Ya KIR doank. Beri saya satu malam, akan saya selesaikan karya tulis ini... Dan pada akhirnya di sore hari esoknya baru mau ke tukang penjilidan. Nanti ada cerita khusus di bawah tentang hal ini wkwkwk
  5. Ekskul apa yang bikin saya diledek "udah bisa naik motor?" Ya cuma KIR *kalau di Pramuka cuma ada pilihan "lari" atau "jalan kaki" :/
  6. Ekskul apa yang bikin saya nulis nama orang di lembar persembahan ? Mmmm, langsung skip ke nomer 7 aja lah ya *dan kalau Bu Narni baca ini pasti langsung bilang "oh si itu ya" =____=
  7. Ekskul apa yang bikin saya akhirnya mau belajar nulis ilmiah? Tentu saja KIR donk. Namanya juga KIR, masa bikinnya isu ama gosip
  8. Ekskul apa yang bikin saya mau beratem ama penjahit? Ya KIR doank *mana jas kebanggaan kita nih??

Hahaa, 8 poin yang masih terlalu dangkal untuk menjelaskan betapa KIR memiliki histori yang spesial.

Bergabungnya saya di ekskul ini tak lepas dari kepenasaranan yang hasrat *beuh berat nih bahasanya* untuk mengikuti lomba, suatu hal yang tidak pernah saya gapai di bangku SD dan SMP *maklum siswa medioker :/* Katanya sih KIR sering ikut lomba dan meraih predikat juara. Ya siapa sih nggak tergiur, tapi apa saya bisa ya? Ya daripada bengong sepulang sekolah dan ikutan genk-genk kayak di CrowsHero maka akhirnya saya mendaftarkan diri. Sempat minder dengan senior-senior yang dari tampang saja udah punya aura yang bikin grogi, yaitu Mas Firman (tampangnya itu intelek banget), Mas Agung (senior yang sukses meng-genoside kelas saya saat MOS), Mba Siti Amaliya, Mas Hiang (konon maestro fisika di SMA), Mba Ari Prihartini (sosok paling menggelegar dalam urusan debat, hampir satu angkatan ucma bisa diem saat beliau bicara di GMB III), Mba Yani Sanwaty, aduh banyaklah pokoknya. Eh eh eh, ko isinya anak Imersi ya? Jangan-jangan yang boleh ikutan KIR cuma anak imersi. Ternyata nggak karena banyak juga kok pendaftar yang bukan anak Imersi. FYI pendaftarnya itu ampe membludak, bahkan ketika pengumuman pembagian kelompok untuk pelantikan, itu mencapai satu setengah HVS, banyak banget kan (info: di SMA 1 Slawi, kertas A4 masih jarang saat itu). Dan tebak di hari H pelantikan ada berapa orang? Kurang dari 25 orang?

Gubrakkk eduunn ini ketat banget seleksi alamnya.

Yaps, KIR memang dikenal sebagai ekstra yang menganut sistem seleksi alam yang sangat ketat. Beruntung memang ada rekan-rekan kecee banget yang membuat saya termotivasi untuk "mengintil" alias mengikuti jejak mereka. Mereka berwujud Norma Etika FA, Dewi Agita P, Noorlita Anitami, Dian Dwi A, M Alvian Z, Albert Andika, Rani Fery A, Aveny Septi A, Eka Fitri A, Ika (aduh lalu jeneng lengkapmu sopo yo?). Semangat mereka, terkhusus dua nama paling awal itu masya Allah sangat keren banget.
Setahun pertama di KIR tidak banyak yang saya lakukan selain ikut pelantikan, dlongap-dlongop liat pengumuman senior dapet prestasi ini itu. Maklum saat itu masih cupu (ya padahal ampe lulus juga terus-terusan cupu). Eh nggak tahu kenapa di awal semester 3 malah ditunjuk jadi ketua panitia rekruitasi dan pelantikan. Di sini saja sudah mulai terasa bahwa kaderisasi merupakan hal yang sangat sulit dibangun. Memikirkan konsep sudah menguras separuh otak lebih, dan masih pula harus memberesi segala persoalan administratif terkait pelantikan. Many thanx for kawan-kawan panitia :)

Menjelang akhir tahun 2006, suksesi kepengurusan dimulai. Nah pemilihan ketua KIR sendiri bernuansa deja vu ketika ada dua nama bersaing (tapi nggak pake anarki ataupun demo ke MK lho y). Kenapa deja vu? Ya iyalah, 2 orang di tahun 2003 pemilihan ketua OSIS SMPN 1 Margasari kembali berkompetisi. Dan akhirnya terpilihlah Norma yeyyyyy Deja vu masih kentara ketika saya diajak menjadi wakil dengan alasan yang nggak pernah saya tanyain (dan males juga nanya :p). Penyusunan program kerja mulai agak menggoncang manajemen waktu mengingat ada amanat juga di OSIS sebagai koor sekbida paling "berisik", yaitu sekbid 5 *langsung nabuh kentongan* plus kerani putra (kerani putra paling di-bully sepanjang sejarah). Beruntungnya Norma selaku ketua KIR, Arief Adityo selaku pradana putra, dan bos Aditya Setiaji selaku ketua OSIS bisa memahami hal itu. Kepengurusan ini sendiri tidak terlalu gemuk, sangat ramping karena memang banyak personelnya yang tersedot ke amanat lain.

Nah, ini nih yang paling jebreddd jika bicara KIR, yaitu pengalaman membuat karya tulis.

Project pertama dimulai di sebuah event berupa kompetisi ide kreatif menangkas rokok yang diadakan oleh BEM FK UGM. Kompetisi ini pengumpulannya sekitar akhir November 2006 dimana oleh Bu Narni (pembina KIR) di-plot-kan satu kelompok dengan Mba Ari Prihartini dan Norma. Sebelumnya saya hanya tahu dan kenal dengan Mba Ari tapi nggak pernah banyak ngobrol. Hingga akhirnya project nulis inilah kami bertiga mulai menanggalkan kecanggungan. Ternyata keren banget Mba Ari. Walau dalam suasana lelah, selalu mengerahkan kemampuan bicara yang 200%. Tak hanya itu, dia tidak sombong sebagaimana diisukan ornag-orang. Dia sosok yang humble (humble kuwi opo??) dan sangat terbuka terhadap masukan orang lain.

Komposisi yang sebenarnya sangat meminderkan saya, tapi karena cowo masa minder sih hahaa. Beruntungnya kami bertiga saling melengkapi. Norma memiliki kemampuan konseptual yang yoii banget, Mba Ari memiliki daya jelajah orasi yang luas dan mampu mengkritisi ide secara kolektif, dan saya memiliki kemampuan administratif yang agak unggul hehee. Ternyata ada 4 tim dari Smansawi yang lolos ke final. Eduun, gokil tingkat dewa nggak sih? Namun apa daya, kami bertiga bertangan hampa sepulang dari Yogyakarta. Event yang dihelat 17 Desember 2006 itu ternyata menyingkap rasa pantang menyerah yang berharga banget di masa-masa berikutnya.

Project kedua hingga satu proyek sebelum proyek terakhir cukup beragam dan penuh liku-liku. Mulai dari yang hanya mencapai komentar diplomatis "event-nya bagus tapi lagi sibuk ey", ada pula yang mulai terpkirkan berhari-hari dilanjut diskusi namun nggak bisa move on statusnya dari "wacana", hingga yang menempatkan penulisnya menuju kondisi "nyaris menang". Yups, etaa pisan ieu, saya banget tuh tiga kondisi tersebut. Mulai dari mana ya? Seingetnya lah ya..

Topik transportasi menghentak karena bukan hal yang dibincangkan tiap hari sebagaimana topik lingkungan, kesehatan, dan pendidikan. Penyelenggaranya dari Astra dan tingkat nasional. Kebetulan ada tiga orang yang ikut dari KIR Smansawi, yaitu saya, Dewi, dan Norma. Kebersamaan bertiga dalam urusan bahu-membahu tidak perlu didetailkan, selain sebaya sehingga tidak canggung untuk saling meminta maupun memberi pertolongan, kondisi senasib alias masih kelabakan hingga dateline menjadikannya memori keren. Namun apa daya hanya Dewi dan Norma yang sukses diboyong ke Jakarta dan saya tidak hehee. Peringkat 4 yang diraih Norma keren bangetlah. Eh bentar kok saya mulai ragu, itu Dewi Agita ikut nggak ya yang lomba Astra? Ko jadi bingung ya? Ah tahulah..udah malem males memulai lagi mikirlah, lanjut sajalah ya. maaf ya Dewi kalau ternyata nggak ikut, setidaknya sempat terkesan keren lho udah masuk final.

Topik pembangunan juga sempat jadi ajang pemenuhan hasrat penasaran yang ternyata masih belum menemui hasil positif. Kandas di penyisihan dan tidak memperoleh undangan final. Mungkin karena kurang akrab ama Allah :)

Oh ya, project kolaborasi juga pernah terjadi antara Pramuka dengan KIR, tepatnya di TKPP GSKB V. Kebetulan ada dua anak Pramuka yang juga ikut KIR, yaitu saya dan Rani. Nah cocok nih buat ikut lomba karya tulis aplikatif yang merupakan cabang lomba di TKPP kali ini. Walau secara hitung-hitungan tidak bisa diklaim sebagai prestasi KIR, Bu Narni tidak menolak untuk membimbing kami berdua. Banyak masukan berharga yang turut mempermatang persiapan, khususnya dalam menyikapi kejelasan konsep.

Yang lumayan terkenang spesial tentu dua project menulis yang terakhir kali saya ikuti. Yang satu tentang teknologi lokal dari Undip dan satunya lagi tentang statistik dari BPS. Teknologi lokal, jujur saya nge-blank ketika diundang Bu Narni ke perpus untuk brainstorming-nya. Selain bureng karena topiknya yang berat, saat itu habis berantem dengan orang-ornag di OSIS. Dan saking buremnya H-2 pengumpulan belum ada selembar pun draft-nya. Sungguh pembandel yang patut diapresiasi dengan jeweran hahaa. Saat itu kebetulan ada Dewi juga yang ikut kompetisi ini. Langsunglah tanpa basa-basi, saya dan Dewi (yang juga belum selembar pun draft-nya, namun jauh lebih tidak bureng) dipertanyakan keseriusannya :/ Lantaran masih yakin untuk ikut, akhirnya kami pun diwajibkan romusha menyelesaikan karya tulis yang benar-benar saya sendiri tidak percaya bisa diselesaikan di menit-menit akhir. Sebulan berselang akhirnya muncullah undangan final *alhamdulillah akhirnya mengakhiri paceklik final :p) bagi saya dan juga Dewi. Langsunglah digeber pembuatan file dan teknik presentasi. Kesungguhan secara konkret, itu jadi pelajaran berharga yang membuat saya banyak merenung sebagai pembeda antara orang yang sukses dengan yang secara sengaja menghindari kesuksesan. Ekspedisi ke Undip benar-benar membuat saya bersyukur bisa menemukan pelajaran tersebut. Bahkan peringkat 5 pun tidak membuat saya berkecil hati, eh peringkat 5 apa 6? Pokoknya persis satu peringkat di bawah Dewi. Juara satu di kompetisi itu membahas Zeolit, sebuah zat kimia yang baru kali itu saya dengar o_O

Dan kompetisi pamungkas yang saya ikuti adalah penyisihan Olimpiade Statistik yang berupa project riset statistika. Di sini ada 2 pelajaran spesial yang nanti saya sebutkan gamblang. Di kompetisi ini selain saya, ada pula Dewi dan Norma, dua sosok yang bisa disebut sebagai top scorer partisipasi dalam kompetisi hehee. Kompetisi ini sendiri sangat berharga bagi saya kala itu, kenapa? 5 besarnya cukup mengikuti tes kesehatan untuk bisa berkuliah di STIS, sebuah perguruan tinggi yang saya idamkan, boleh jadi hal itu berlaku pula bagi Norma dan Dewi. Karena itulah, kami benar-benar totalitas di situ. Bahkan saya yang biasanya agak lelat lelet mengumpulkan data mendadak rela bergerilya, berburu, dan mengais data ke berbagai narasumber.

Motivasi saat itu bulat, yaitu sebagai cara masuk ke STIS (padahal kalau mau masuk STIS tinggal naik angkot 16 jurusan Ps. Minggu - Kp. Melayu). Kami bertiga benar-benar dalam tekanan yang yoii bangetlah kenapa? Kembali ke nomor 4 dari 8 nomor yang saya sebutkan di atas. Besoknya itu dateline pengumulan karya, saat itu masih memakai pengumpulan hardcopy, belum melalui email yang lazim dipakai saat ini. "Sekali lagi batas pengumpulannya itu besok", kurang lebih begitulah peringatan keras dari Bu Narni saat H-1 kisaran Maghrib. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan, tidak ada pula opsi untuk berdebat. Kalau boleh jujur, tidak ada opsi untuk mundur, kenapa? Simpel saja alasannya, karena kondisi saat itu benar-benar riweh sehingga walau sifatnya individu namun jika ada satu orang mundur maka konsentrasi 2 lainnya bakal amburadul dan terancam menggagalkan semuanya ikut kompetisi ini. Jam terus berputar hingga akhirnya adzan Ashar di hari H, ya di hari H. Dan tebak ada dimana saat itu? Baru memutuskan untuk mengakhiri penulisan dan ikhlas terhadap penilaian tulisan yang harus dikirim saat itu juga.

Jam 5 sore jadi saksi tiga buah karya kami masing-masing selesai dijilid. Bagaimana dengan pengumpulan? Kantor pos Slawi jelas bukan opsi yang tepat karena sudah tutup, jasa kurir belum ada dan opsi terakhir adalah mendatangi kantor pos Kota Tegal yang termasuk skala besar layanannya. Karena transportasi umum ke sana tidak ada, maka diputuskanlah cukup saya saja yang menuju ke kantor pos Kota Tegal, pertimbangannya jelas, kondisi fisik saya yang masih on, Norma dan Dewi tepar. Sesampainya di Kota Tegal kurang lebih 20.30, kantor sudah tutup. Berbekal cerita dari mba Yani bahwa jika kantor pos tutup, coba lewat belakang dan ceritakan urgensinya, kemungkinan besar akan dibantu. Tapi... petugas dengan wajah penuh simpati hanya bisa memperlihatkan urangan besar kantor itu yang sudah tidak ada orang.

Akhirnya saya pun kembali dengan penuh penyesalan dan pengandaian. Andai saja kami lebih siap jauh-jauh hari..andai saja...ah sudahlah.

Pandangan kosong itu pun sepakat kami konversi menjadi optimisme ketika rencana baru disiapkan. Tetap mengirim di esok harinya dengan sikap nothing to lose plus konfirmasi permasalahan sebenarnya yang kami hadapi. Dari bahasa panitianya saat kami telpon untuk konfirmasi sih agak diplomatis, tapi sekali lagi tidak ada yang perlu diratapi karena yang kami lakukan adalah buah perilaku kami sendiri di masa lalu. Ikhtiar dan tawakal, itulah pelajaran pertama di kompetisi ini.

Pelajaran kedua? Tentunya terkait muara hasil penyisihan yang menyisakan nama saya seorang sebagai peserta yang tidak lolos dari kami bertiga. Norma dan Dewi lolos, bahkan menduduki peringkat pertama dan ketiga di final alias tiket masuk ke STIS digapai. Honestly, itu adalah masa terberat selama ada di SMA 1 Slawi, apalagi untuk mencegah adanya rasa dengki, owh meeen sungguh berat menjaga hati ini. Tapi sekali lagi, Allah punya rencana terhebat yang sering kita keluhkan dengan rasa sok tahu. Ternyata Allah mengganjar saya beberapa bulan kemudian dengan tiket ke S1 Teknik Informatika IT Telkom. Sebuah pilihan program studi/jurusan serta perguruan tinggi yang sangat tepat dan tidak saya sesali. Boleh dibilang ketidaklolosan saya adalah kemenangan dalam kekalahan. Mungkin saya lebih sakit hati jika lolos ke final tapi tidak masuk  besar, ya kali aja lah yaa hahaa.

Akhirnya, ya akhirnya...besok saya harus kerja, sudah kebayang berbagai tumpukan agenda menanti. Sungguh memang saya tidak menyesali masuk KIR. kalaupun ada rasa sesal, mungkin itu terkait ketidakseriusan dalam menulis di berbagai project yang saya ikuti maupun tidak jadi saya ikuti. Tapi sekali lagi boleh jadi itu cara Allah menumbuhan dini dengna menyesali sikap kita di masa lalu dan berjanji memperbaikinya :)

Pas HbH tahun berapa y? kalau nggak 2010 ya 2011

Sekali lagi...terima kasih kepada seluruh ciptaan-Nya yang dikirimkan melalui KIR Scientist SMA Negeri 1 Slawi :)