My Secret_ary_ness [2]

Spesialis perkap yang mulai menapaki karir sebagai sekretaris di kampusnya Begitulah saya yang di sejumlah kepanitia dijejali amanat sebagai perkap, tatkala memasuki dunia perkuliah disertai berbagai ramainya kepanitiaan justru mulai menemukan jalan spesialisasinya. Kepanitiaan di semester 1, yaitu SPP dan Pesona Budaya menempatkan saya di pos humas dan perkap. Khusus di PesBud itu, saya mengajukan diri sebagai pubdok dan sekretaris, namun oleh interviewer-nya, yaitu Bang Rico Julian, saya langsung dicecar pertanyaan tentang perkap, karena agak ngerti dibandingkan perpubdokan, maka komentar beliau "kamu saya tempatin jadi perkap aja ya?"

Barulah di semester 2, kesempatan menjadi ketua di sebuah kepanitiaan membuat saya dapat mengetahui mekanisme pengadministrasian kepanitiaan di kampus ini, selain itu kepercayaan di kepanitiaan TryOut anak-anak rantau BTS sebagai skeretaris menjadi katalis pengetahuan saya. Alhasil lamaran saya menjadi sekretaris di PDKT 2009 pun diloloskan dimana sosok kang Hilman Fauzi TSP menjadi SC saya dan Siti Halimah menjadi partner saya lantaran hanya beliaulah staf saya. Dalam mengisi form sendiri saya belajar dari PesBud sehingga berbagai jejak petualangan saya di perkap tidak saya cantumkan, justru secuil kenangan menjadi sekretaris yang saya tulis, tampaknya ini rumus perlu diterapkan nih.

My Secret_ary_ness [1]


Pencapaian terbesar yang menjadi kepuasan batin adalah ketika bisa mentransferkan sebuah ilmu yang bermanfaat.
Sembari menunggu Barcelona berlaga di Allianz Arena melawan Bayern Muenchen serta ditemani sebuah lagu dari XOTX (band bentukan Lilo ketika hengkang dari KLa Project), tangan ini gatal untuk mengetik apa yang ada di pikiran saya. Sempat bebal akhirnya saya putuskan berceloteh tentang pengalaman selama SMA dan kuliah sebagai sekretaris.

Sekretaris? ga salah tuh? Biasanya tuh sekretaris cewek, cantik, murah senyum. Kalo murah senyum mah itu berlaku bagi saya, lha yang "cewek" dan "cantik"? Tentunya saya hanya bisa melontarkan argumen "gue sekretaris anti-mainstream :p"

Sekretaris, suatu amanat yang memang tidak lazim saya jalani di kelas X dimana oleh seorang kakak kelas bernama Adi Prasetyo, saya dibaiat menjadi kepala suku perlengkapan untuk generasi saya via event seperti PK.3 2006 hingga MOS2006, dan GMB.2006. Mungkin badan kekar nan rupawan jadi pertimbangannya. Hal itu berlaku pula di ekskul Pramuka sehingga terjadilah hattrick seorang perkap, yaitu MOS.2006, GMB.2006 dan MOP.2006 yang hanya berlangsung dalam 14 hari. Ketika itulah saya pun "dilempar" ke arena pemilihan Dewan Ambalan 2006/2007, sempat terdepak dari kompetisi menuju "PA" dan "Prd", akhirnya saya diamanatkan menjadi Kerani Putra alias sekretaris untuk ambalan tersayang :). Btw, itu adalah pertama kali (dan tampaknya terakhir kali) seorang Kerani Putra dipilih langsung oleh seluruh angkatan melalui pemilu yang (tidak) online ^_^, biasanya sih ditunjuk langsung oleh Pradana terpilih. Well, dari situlah sepak terjang saya sebagai sekretaris yang justru sering disepak-sepak birokrasi :(

Kondisi keadministrasian di OSIS-MPK serta (hampir) semua ekskul mendorong saya "memanfaatkan" posisi sebagai Kord.Sie 5 OSIS untuk menyelenggarakan semacam workshop mengenai pengadministrasian yang rapi dan baku. Bersyukur dari Ketua OSIS mendukung sepenuhnya ide ini dan Kepala TU Bapak (alm) Suherdi bersedian menjadi pemateri. Walau belum optimal namun "posisi sentral" sebagai kerani (baca:sekretaris) di Pramuka membuka peluang saya untuk mengamalkan ilmu dari "workshop" tersebut.

Sebagai Kerani di Ambalan Ga-Nas, apa yang saya kerjakan sangat terbantu dengan duet maut bersama Fadillah Falah Syifa. Walaupun kita sering berantem, namun berantemnya kita 95% merupakan percandaan lho ^_^, nah yang 5% itu seujujurnya pengenyekan (perledekan tingkat tinggi) hahahaa...podo ae...

H-7

Bismillah
Allah punya rencana utk menyekolahkanku sebagai pengembara yg harus menejemahkan kebesaranNya dan mengabdikan diri ini sbg insan yg taat membina habluminaAllah dan habluminannas

Jakarta Selatan
Bila memang di situ tempatku menggali nafkah dengan tetap melestarikan perintahNya maka semoga dimudahkan

Bandung
Tempat kubersekolah selama hampir 5 tahun penuh gemerlap kenangan
Bukan maksudku mengabaikan orang2 yg besar jasanya membantuku di sini... Namun saya tidak ingin melebaykan kepindahan saya yang notabene hal yg lumrah dan jamak berlaku bagi alumni kampus saya

Apapun yang terjadi berjalanlah tanpa henti (Jikustik)

Ini Sikap Saya


Sepekan lebih pascakasus Nissan Juke. 
Saya ga akan memaparkan kronologis mengingat saya sendiri belum membaca lansiran resmi dari pihak berwenang. Yang akan saya ulas di sini adalah kejadian-kejadian pascainsiden tersebut.

Pertama perdebatan di salah satu forum internet dimana perjadian perdebatan yang menurut saya adalah perbedaan persepsi, namun peserta debat justru terlalu asyik menghujat tanpa mengerti konteks obrolan. Perdebatan tersebut diawali dari permintaan kerabat "tersangka" yang meminta masyarakat agar tidak terlalu menekan ataupun mengolok-olok tersangka", namun para pengolok-olok ini beserta orang-orang yang tadinya hanya membaca, justru mengira permintaan tersebut sebagai pembelaan yang membenarkan tindakan pelaku ataupun "mewajarkan" apa yang telah terjadi. Padahal bukan itu yang dimaksud oleh kerabat "pelaku". Alhasil berbagai cacian pun semakin memedaskan debat tersebut. Perbedaan persepsi tersebut telah mengarah pada keinginan untuk mempertahakan opini bagi penyerang tersnagka bahwa "si pembela itu bodoh", dan bagi kerabat korban "penyerang kerabatnya adalah orang yang bodoh". Entah apakah kasus ini lebih runyam daripada kasus Eyang Subur ataukah tidak.

INTI-nya Apa??


Diiringi lagu akustik Selalu Begitu by Slank (saya bukan fans Slank, tapi seneng aja denger lagu ini, ok skip) saya baru inget kalau tahun lalu saya berniat menulis tentang Chief, EAT, dan FT. Rencananya saya baru nulis kalau sudah ada reunian dan karena Senin lalu itu terwujud, artinya saya harus melunasi target itu.

Pertama om Dias Yusup Wardana
Yang ada di benak saya ketika mewawancarainya adalah "kayaknya ni orang udah mandi deh", ko gitu? Ya iyalah, sebagai SC yang mewawancarai dari jam 05.30 mandi jelas menjadi prioritas kesekian dibandingkan menjadi gengsi takut telat, hahahaaa. Oh ini yang daftar ketua, "ko tampang pelawak ya?" But untuk keberaniannya mengajukan diri sebagai ketua (waktu itu belum diputuskan namanya "Chief") saya tentu mengapresiasi, apalagi dia bukan orang yang asal tebar pesona tatkala ditekan dengan berbagai pertanyaan. Tibalah sesi simulasi, orang satu ini ya masih kelihatan kurang pede, mungkin terkesima dengan sosok saya #pengen dilempar linggis. Faktor utama yang menjatuhkan pilihan saya kepadanya adalah dia sosok yang mau belajar (terlihat dari tampangnya yang tidak sok pintar, apa malah emang kagak pinter nih om??), ketidaksongonan menjadi faktor utama yang pelru dimiliki oleh seorang ketua PDKT (versi saya), selain itu dia tipikal orang open minded. Seorang Alvin (Ketum 2011) telah menjadi inspirasi saya dimana dia menjadi sosok yang kagak sok tahu dan tidak songong (kecuali kalo ledek-ledekan tentang cewek :p) punya kemampuan komunikasi yang bagus dan open minded, dia menjadi salah seorang ketua himpunan paling legendaris.

Jalur Pascalulus


Panda alias Penganugerahan Wisudawan kemarin(Sabtu 5/4) berbeda dimana saya menjadi pesertanya, bukan sebagai tukang bantu-bantu dekorasi 2 tahun lalu. Seperti biasa, Panda menjadi kesempatan dari HMIF dan FIF untuk memberikan bekal kepada pada informatikawan yang hendak mengarungi kejamnya dunia yang lebih sadis daripada lembar Kartu Hasil Studi (yang berceceran rantai Karbon).

Masa depan? Ya, menarik membahasnya dan rasanya tidak akan pernah ada habisnya menikmati obrolan masa depan, tentang karir, tentang cita-cita, ambisi, progresivitas, atau (bagi yang sudah siap) tentang menikah (yang ini bukan topik postingan kali ini). Panda kemarin pun menghadirkan bintang tamu yang menurut saya keren parah, yaitu kang Rofiqi dengan pengalaman uniknya dalam berpromosi kemampuan diri serta mba yang namanya saya lupa. Untuk mba yang satu ini (saya sebut dia "putri", kenapa "putri"? kalau "bunga" kesannya kriminal gitu, punten ya mba, lain kali kita kenalan), saya salut dengan cara dia membawakan suasana, mba Putri ini mengajak sejumlah wisudawan untuk maju sharing, pakem demikian merupakan teknik komunikasi yang menjadi favorit saya. Selain memberikan efek "gue yang ngomong di depan bukan yang paling pinter lho" namun juga memberi nuansa dua arah sehingga sesi itu terasa bukan milik salah satu pihak saja.

CV [rujukan dari ECC.UGM]


1. Usahakan membuat CV tidak lebih dari 2 lembar. #tipECC #CV
2. Cari tahu format CV yg menarik di internet atau bertanya pd yg lbh berpengalaman. Gunakan format wajar&tidak berlebihan. #tipECC #CV
Expand
3. Perhatikan jenis font dan ukurannya. Gunakan font yg mudah dibaca. Perhatikan juga spasinya. #tipECC #CV
4. Jika ingin membubuhkan foto pd CV Anda, pastikan mencetaknya dg tinta berwarna. #tipECC #CV
5. Boleh menggunakan header dan footer untuk memudahkan saat dibaca dan supaya terlihat lebih menarik. #tipECC #CV

Nah, kali ini #tipECC akan mengupas tip menulis #CV bagi fresh graduate supaya lebih PD saat memasukkan lamaran. Simak ya ^^

Sukses itu Mengacu Parameternya


Sukses, kalau dalam KBBI Android saya artinya "berhasil". Sukses pun bagi tiap orang, baik yang ber-Android maupun yang tidak pun sudah pasti tertanam di benak sebagai suatu keinginan yang harus dicapai, bahkan tak jarang nama akun di media tertentu mencantumkan frase "sukses", misalnya "Putra Selalu Sukses"(Putra adalah nama samaran). Namun kekeliruan (jika ini tidak dianggap sebagai kesalahan) yang sering terjadi adalah kehilangan parameter dalam menentukan kesuksesan yang hendak diraihnya.

Sebagai mahasiswa, jika ditanyai apa yang menjadi parameter kesuksesan maka adalah setiap orang untuk menentukannya sendiri. Boleh jadi parameter kesuksesannya adalah ketika lulus 3,5 cumlaude IPK 3,91 (kenapa 3,91? saya suka angka 91 karena lahir 1991), mungkin pula kesuksesan didefinisikan ketika mampu mendirikan suatu komunitas yang berkontribusi aktif bagi masyarakat, atau bahkan ketika di semester 3 sudah bisa membayar SPP sendiri lewat kegiatan wirausahanya, well bagi yang hobi berorganisasi tentu akan memunculkan parameter yang lain lagi. Parameter inilah yang menjadi satuan kesuksesan dimana terdapat satuan subjektif, yaitu gagal banget, gagal, cukup gagal, nyaris gagal, nyaris sukses, cukup sukses, sukses banget, sukses banget banget dst (malah berasa aroma fuzzy system). Dan tidak dilarang mempunyai parameter kesuksesan yang lebih dari satu (kepala makin kejang membayang skenario fuzzy-nya).

Bahkan klub sepakbola pun mempunyai parameter kesuksesan masing-masing.

6 Arpil 2013

Jelujur hujan menderai pagi ini
Layaknya sekilas masa lalu
Yang nyaris diliputi kisah menerjang hujan

Kali ini bahagia ini nyata
Bukan imajinasi pilu
Hanya saja segala penebusannya
Menyeret waktu dan daya raga

Kemerlip senyum sekitarku
Haturkan asa menyapa
Terapkan satu capaian terbaik

Gaung memori kumerangkak di lorong
Mendendangkan rayapan berlumur cemerlang
Melengking nafas dan degup khusyukku
Berpadu syukurku pada Illahi

Sempurnanya hari takkan tergapai
Tak apalah bagiku
Karena di satu halte nanti
Berkas syahduku tentang maharindu

Celoteh 4 April


Derap langkah pejalan berlalu lalang
Takkan sudi tahu sendu yang menimpaku
Mengitari kota yang ramai menyelimutiku
Hanya saja sepi pekat menyekapku

Sejumput pelita mengitari lagu ini
Bumi ini permadani pencarianku
Atas s'gala hakikat kefanaan
Mara dan riang datang saling menyela

Parameter Kemelencengan Media


Belakangan isu tidak sedap menjangkiti masyarakat, yaitu ketidakpercayaan terhadap media massa. Media massa di sini, baik elektronik maupun cetak. Baik yang bereporter resmi maupun masyarakat awam yang dapat menciptakan berita. Keberpihakan, kegejean berita, ketidakakuratan berita dan lain sejenisnya.
Pada hakikatnya, media massa bukanlah kitab suci yang diturunkan Illahi melalui para Rasul sehingga jelas akan ditemui kecacatan. Namun tidak berarti media massa bisa seenaknya dalam berceloteh. Masyarakat pun telah menjadikan berita sebagai kebutuhan hidup yang didapatkan dengan pengorbanan secara ekonomis maupun tenaga/waktu. Lantas bagaimanakah kemelencengan suatu media dapat kita identifikasi? Ada beberapa parameter yang dapat menjadi acuan untuk mengetahui kelurusan suatu berita, yaitu :

Tujuan media massa tersebut ada
Biasanya tertuang di visi, misi, dan serupanya. Bila suatu pers kampus telah mendeklarasikan berdirinya suatu terbitan untuk mengkritisi kebijakan kampus maka dapat "diwajarkan" bila berita mereka tidak pernah berisi kesuksesan rektorat/dekanat, begitu pula bila rektorat menerbitkan majalah yang bertujuan sebagai pusat informasi prestasi kampus maka jangan pernah menyebut rektorat "buta" terhadap berbagai problema yang makin menjamur di kampus. Boleh jadi kita terbawa emosi dengan pemberitaan yang kurang berimbang maupun terlalu menohok suatu pihak, namun akan lebih baik bila kita sudah tahu "untuk apa media tersebut ada". Yang tidak "fair" adalah ketika suatu redaksi mencanangkan medianya sebagai media yang melayani informasi seluruh masyarakat secara independen tanpa kepentingan politik, namun beritanya justru mempropaganda untuk mendongkrak popularitas suatu partai, yang demikian sudah tentu (kalau kata Urang Sunda) "goreng pisan".